venomwolfAvatar border
TS
venomwolf
Analis Drone Emprit Sebut Buzzer Buat Pemerintah Tak Bisa Dengarkan Kritik
Jakarta - Analis media sosial Drone Emprit and Kernels Indonesia, Ismail Fahmi menilai buzzer membuat pemerintah menjadi tak bisa mendengarkan kritik yang disampaikan masyarakat di media sosial. Sebab, menurut Ismail, para buzzer pendukung Joko Widodo (Jokowi) langsung 'menghajar' ketika ada kritik.

Ismail awalnya menjelaskan soal buzzer yang dipelihara. Dia menyebut buzzer negara memelihara buzzer semenjak tahun 2014.

Baca juga: Moeldoko Nilai Buzzer Perlu Ditertibkan: Di Kedua Belah Pihak
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Sekarang, semenjak tahun 2014, dalam menghadapi media sosial itu, negara bukan memberikan berita positif, tetapi negara malah menaruh buzzer untuk menghadapi opini. Itulah yang kemudian apa, menyebabkan buntu. Mereka yang mengkritik jadinya seperti buzzer," kata Ismail kepada wartawan, Kamis (3/10/2019).

"Akibatnya apa? Karena tidak mendapatkan tanggapan dari pemerintah, dan pemerintah juga mendengar. Jadi buzzer membereskan aja, ketika ada ini, diberesin ini. Ketika ada sesuatu yang bikin ramai, ditangkal isu lain. Kemudian ada satu isu yang pemerintah mau angkat, dia bikin kampanye luar biasa, yang menghalangi langsung dihajar oleh buzzer itu," imbuhnya.


Menurut Ismail, buzzer di media sosial membuat pemerintah tidak bisa mengetahui aspirasi apa yang disampaikan masyarakat melalui media sosial. Dia menilai pemerintah seharusnya membuat sistem yang bisa menampung kritikan masyarakat di media sosial.

"Seharusnya tidak ada buzzer di Istana, tidak ada buzzer di oposisi, yang ada adalah rakyat, yang ada adalah publik yang menyampaikan suara di media sosial, menyampaikan kritikan. Kemudian pemerintah mendengarkan big data, mendengarkan sinyal itu," ucapnya.



Dia menuturkan bahwa media sosial seharusnya bisa membuat masyarakat Indonesia lebih cerdas. Hal itu, Ismail mengatakan akan bisa terwujud jika pemerintah mengelola dengan baik media sosial.

"Ya betul, media sosial bisa menjadikan lebih cerdas sebetulnya. Cuma dengan adanya buzzer pemerintah jadi tidak bisa mendengarkan, tidak ada sinyal yang terdengar," sebut Ismail.

Baca juga: Moeldoko Tertawa Tanggapi Isu Kakak Pembina Buzzer


Apa yang disampaikan Ismail tersebut merupakan tanggapan terhadap pernyataan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko. Diberitakan sebelumnya, Moeldoko menilai para buzzer perlu ditertibkan.

"Saya pikir memang perlu (ditertibkan). Kan ini kan yang mainnya dulu relawan, sekarang juga pendukung fanatik," ucap Moeldoko di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (3/10).

(zak/azr)
https://m.detik.com/news/berita/d-47...ritik?single=1

Moeldoko Minta Buzzer Jokowi Tak Menyerang, Netizen: Baru Ngaku Sekarang



RIAU24.COM - Pada saat jelang pemilihan presiden (pilpres) 2019, banyak akun-akun yang menjadi pembela Presiden Joko Widodo di media sosial. Meski pun pilpres sudah usia, akun buzzer tersebut masih ada dan kembali jadi sorotan saat banyaknya demonstrasi menentang kebijakan Jokowi soal beberapa RUU.

Tak hanya membela Jokowi habis-habisan, para buzzer tersebut juga menyerang akun atau kelompok lain yang berseberangan dengan pemerintah.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengakui keberadaan buzzer itu. Kepada para buzzer, Moeldoko meminta agar mengganti cara berkomunikasi yang baik.

BACA JUGA : Mencekam, Begini Suasana Saat Perusuh di Wamena Beraksi dan Bikin Kacau di Sekolah

"Menurut saya yang paling penting perlu ada kesadaran bersamalah kita semuanya menurunkan tensi, kemudian kita tata ulanglah cara berkomunikasi," kata dimelansir dari Kumparan.com.

"Perlu mencari diksi-diksi yang lebih. Kan tidak harus menyerang, tidak harus saling menjelekkan, tidak harus saling mengecilkan," lanjutnya.

Pernyataan Moeldoko tersebut dikomentari oleh sejumlah netizen. Mereka mengatakan jika hal tersebut merupakan bentuk pengakuan jika buzzer yang selama ini benar keberadaannya.

BACA JUGA : Usai Pamer Slip Gaji di Instagram, Bupati Ini Terus Disorot Netizen

"Sebuah pengakuan tentang keberadaan buzzeRP," kicau @zarazettirazr.

"Secara tdk langsung mereka mengakui melihara buzzer," komentar @gunungledang1.

"Rakyat di pecah belah demi kekuasaan sulit untuk disembuhkan." ujar @martinusbudi70

"Jadi buzzer itu nyata ada dan mereka selalu aman," kata @KepakElang.

"baru ngaku sekarang dulu kemana," tutur @Rido_Lizze.

Penulis: R24/ibl
http://m.riau24.com/berita/baca/1570...Ngaku-Sekarang



Jubir Prabowo Respons Moeldoko soal Buzzer: Silakan Ditertibkan!

– Dahnil Anzar Simanjuntak menegaskan bahwa Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tak mengorganisir buzzer di media sosial. Juru bicara Prabowo itu mempersilakan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko apabila ingin menertibkan buzzer.

“Pak Prabowo tidak pernah sama sekali mengorganisir dan membayar buzzer, dan kita merasa tidak perlu. Silakan saja (ditertibkan), kan para pengamat sosial media dengan berbagai alat canggihnya bisa mendeteksi hal tersebut,” kata Dahnil kepada wartawan, Kamis (3/10/2019).


Moeldoko memang menilai buzzer perlu ditertibkan karena pemilu sudah selesai. Dahnil berpendapat pernyataan tersebut justru membuktikan bahwa kubu Jokowi-lah yang mengorganisir buzzer.

“Justru statement Pak Moel itu menerangkan ada pengorganisiran buzzer oleh pihak sana. Jadi, silakan ditertibkan saja Pak Moel,” terang Dahnil

BACAAN LAINNYA
Pesawat Kargo Ukraina Mendarat Darurat Karena Kehabisan Bahan Bakar, Empat Tewas
Usulan Anggaran Renovasi Rumah Dinas Gubernur DKI Capai Rp2,4 Miliar
Dituding Jadi Dubes, Fahri Hamzah : Utang Belum Bayar, Difitnah Kiri Kanan
Jelang Pelantikan Jokowi, PAN Akhirnya Ambil Sikap Jadi Oposisi



Diberitakan sebelumnya, Moeldoko menepis anggapan bahwa buzzer di media sosial yang pro-pemerintah ‘dikomandani’ kantornya. Justru, Moeldoko menilai para buzzer perlu ditertibkan.

“Saya pikir memang perlu (ditertibkan). Kan ini kan yang mainnya dulu relawan, sekarang juga pendukung fanatik,” ucap Moeldoko di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (3/10).

Menurut Moeldoko, para buzzer cenderung tak ingin sosok yang diidolakannya diserang. Namun, bila itu terjadi, disebut Moeldoko, para buzzer tersebut pasti bereaksi.

“Contohnya begini–bukan saya maksudnya–para buzzer itu tidak ingin idolanya diserang, idolanya disakitin. Akhirnya masing-masing bereaksi. Ini memang persoalan kita semua, juga kedua belah pihak, bukan hanya satu pihak. Kedua belah pihak,” ujar Moeldoko.[dtk]


0
1.3K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.1KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.