Jika berbicara tentang satwa yang menghuni gunung maka kita pastilah terpikir dengan hewan hewan seperti serangga atau ular. Rasanya akan mustahil bagi kita untuk menemukan hewan imut seperti kucing di kedalaman gunung.

Namun hari itu, kami menemukannya. Seekor kucing persia yang menjadi awal dari kesialan kami.

Hari itu aku dan dua temanku, Budi dan Andi, memutuskan untuk refreshing dari kegiatan kuliah yang sangat berat. Kami memutuskan untuk mendaki gunung seperti biasa. Gunung yang kami putuskan untuk didaki merupakan gunung yang cukup terpencil di wilayah desa namun kami sengaja memilihnya dengan alasan agar dapat mencium aroma pedesaan yang masih asri.

Akhirnya pada hari sabtu kami berangkat menggunakan motor masing masing. Butuh waktu cukup lama untuk mencapai gunung itu karna kami sempat tersesat namun setelah bertanya kesana kemari akhirnya kami tiba di lokasi.

“James, lu bawa senter nggak? Senter gue baterainya habis”

“Santai, gue bawa kok”

Kami memulai pendakian kami dengan semangat. Pendakiannya sendiri sebenarnya biasa saja namun kebosanan itu terbayar saat kami melihat pemadangan yang begitu indahnya dari puncak gunung.

Kami menghabiskan waktu dengan bercengkrama sambil curhat masalah sehari hari. Tak terhitung sudah berapa batang rokok yang kami hisap saat matahari mulai terbenam.

“OKE, balik yok”

“Ok”

“Sipp”

“MEONGG”

“Lucu banget suara lu Di”

“Itu bukan suara gue”

“Lah terus?”

Kami mencari sumber suara dari eongan tadi dan menemukan seekor kucing yang berjalan melewati kaki kaki kami.

Kucing bukan sembarang kucing. Itu adalah kucing persia yang termasuk jenis kucing mewah.

“Kok ada kucing di gunung? Dibuang yang punya kah?”

“Kayaknya iya sih tapi rejeki nomplok nih. Kucing persia kan harganya mahal”

Akhirnya kami memutuskan membawa kucing itu pulang.

BRUAAKKK

“AWWW”

Saat menuruni gunung tanpa sengaja aku terpleset oleh sampah plastik yang tak kuperhatikan karna tanganku sibuk menjaga agar kucing itu tidak kabur.

“Hati hati dong, sini biar gue yang pegang kucingnya”

Akhirnya aku menyerahkan kucing tersebut pada Andi

“OW OWOW, KUCING baik”

Belum sepuluh detik Andi langsung terkena cakar kucing itu. Akhirnya kami memasukkan kucing itu ke tas dan pulang.

Anehnya tak bosan bosannya kesialan menimpa kami. Mulai dari ban motor yang bocor hingga hujan deras selama perjalanan namun pada akhirnya kami berhasi kembali ke kosan kami.

Namun keanehan tidak berhenti disitu. Kemanapun kami menawarkan kucing persia itu tak ada yang berniat membelinya sehingga kami terus merawatnya di rumah. namun suasana kos kosan benar benar berubah semenjak kami pulang. Penghuni kos yang lain seolah menjauhi kami dan kesialan kesialan terus mendatangi kami.

Mulai dari dompet hilang sampai hampir ketabrak mobil. Kami pun merasa bahwa kucing persia yang kami bawa dari gunung itu adalah penyebab semua ini. akhirnya kami memutuskan membuang kucing tersebut ke tempat yang jauh.

Namun seolah tidak bosan bosan dengan kami kucing itu terus dan terus kembali meski kami membuangnya keluar kota sekalipun. Kami akhirnya sadar bahwa kucing ini merupakan pembawa sial bagi kami.

Akhirnya kami memutuskan membawa kucing itu kembali ke gunung tersebut. Saat kami melepaskannya di kaki gunung itu si kucing langsung berlari mengikuti jalan setapak menuju puncak gunung namun sebelum dia menghilang dari pandagan, dia berbali dan menatap kami dengan matanya yang tiba tiba berubah menjadi merah.

Setelah itu kami tak pernah melihat kucing itu lagi dan kehidupan kamipun kembali normal. Nampaknya kucing itu adalah penunggu di gunung itu dan kami melakukan kesalahan dengan membawanya kelaur gunung sehingga dia mengutuk kami dengan kesialan. Akhirnya kami melanjutkan kembali khidupan normal kami tanpa pernah melupakan kucing itu.