Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bej0cornerAvatar border
TS
bej0corner
Misteri Pasar Tak Kasat Mata di Gunung
Misteri Pasar Tak Kasat Mata di Gunung

September tanggal 12 tahun 2001, cerita ini dimulai dari ajakan seorang teman kepadaku untuk mendaki sebuah gunung yang berada ditanah jawa.

Sebenarnya aku tidak mau, sifat introvert membuat rasa malas untuk keluar dari rumah apalagi ini harus mengeluarkan tenaga lebih untuk mendakinya. Namun, singkat cerita karena dia terus mendesak untuk aku ikut, yaudah aku setujui saja.

Tanggal pendakian Gunung X itu pun sudah ditetapkan, "Tanggal 5 Oktober yo bro. Engko stay ning kono selama 3 dino (tanggal 5 Oktober ya bro, nanti stay disana selama tiga hari) " ujar Rudy teman yang memaksaku untuk ikut.

Oktober, Tanggal 5 tahun 2001. Total ada empat pendaki di kelompok kami, yakni aku, Rudy, Bagus, dan Sapta. Kelihatan kalau aku bukanlah anak gunung sendiri disana, namun semua itu dimaklumi oleh Rudy, Bagus dan Sapta yang sudah sering naik-turun gunung.

Kami pun melakukan perjalanan estafet menuju lokasi, berpindah-pindah angkuttan umum. Maklum, saat itu belum banyak orang memiliki kendaraan pribadi seperti saat ini.

Tiba di kaki gunung, kami melakukan pendaftaran pendakian terlebih dahulu. Disanalah dijelaskan beberapa aturan yang tidak boleh dilanggar. Intinya, para pendaki tidak boleh melakukan tindakan asusila, mengotori gunung ataupun berkata kasar.

Singkat cerita kami yang dipimpin oleh Bagus sudah sampai setengah perjalanan. Rasa lelah aku rasakan saat ini, kaki sudah tidak kuat untuk melangkah. Rasanya seperti ada duri tajam banyak yang menancap di kaki.

"Yawes, kita istirahat ning kene sik. Nunggu kondisine Argo pulih sik (yaudah, kita istirahat disini dulu. Menunggu kondisinya Argo pulih dulu" ujar Bagus yang memang terlihat memiliki jiwa pemimpin, maklum saja dia adalah Ketua BEM salah satu Universitas Negeri yang diidam-idamkan oleh seluruh anak negeri.

Tanpa sadar, kami yang awalnya hanya duduk tiba-tiba rasa mengantuk luar biasa datang. Dan...dalam hitungan menit saja, kami berempat sudah dalam keadaan tertidur.

Entah berapa lama kami tertidur, pukulan ringan ke lengan kanan ku membangunkan tidurku. "Bangun-bangun" ujar laki-laki disampingku yang ternyata adalah Sapta.

"Lho dewe ning ndi iki ? Kok dadi pasar dan rame ngene sih ? (Lho kita dimana ini ? Kok jadi pasar dan rame begini?) " tanya Bagus, dengan tetap menatap kondisi sekeliling yang sudah berubah.

Pasar diatas gunung ? Rasa-rasanya sangat ganjil, kami pun memutuskan untuk fokus dan melanjutkan perjalanan. Wajah-wajah para pedagang dan para pembelinya begitu aneh, matanya merah dengan tatapan kosong. Dan anehnya, pasar ini sunyi tanpa suara, bahkan transaksi pun tidak mengeluarkan kata-kata apapun.

Semakin kami berjalan, semakin besar dan ramai pasar yang dilalui. Mungkin sudah hampir dua jam kami berjalan, tapi yang ada hanyalah penampakan sebuah pasar yang begitu besar.

Jantung kami pun terpacu semakin kencang, rasanya ingin teriak minta tolong namun takutnya para penghuni pasar yang sepertinya adalah para penunggu gunung akan marah dan menyerang kami.

Seorang kakek tua dari pasar tiba-tiba mendatangi kami. "Ameh ning ndi nang ? (Mau kemana mas ?)".

"Kami badhe menuju pos ketigo gunung mbah (kami mau menuju ke pos ketiga gunung mbah)" jawab Sapta.

Misteri Pasar Tak Kasat Mata di Gunung

Tanpa kata-kata lagi, kakek tua itu pun hanya menunjukan jarinya ke arah lorong yang ada di pasar tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih, kami melanjutkan perjalanan menuju lorong tersebut.

"Rudy, Argo, Sapta, Bagus...kalian dimana ?" Suara teriak-teriak dari beberapa orang terdengar di ujung lorong. Tanpa arahan, kami pun mempercepat langkah.

"Ardy....Bagus...Sapta...Argo..." .

"Tolong-Tolong-Tolong" teriak kami serentak setelah keluar dari lorong tersebut.

"Lho kalian darimana ? Sudah dua hari ini kami mencari kalian" ujar salah satu warga yang mencari kami.

"Dua hari pak ? " sontak kata-kata warga tadi membuat kami berempat tidak percaya.

Kami pun dibawa ke pos terdekat, disanalah kami mulai percaya kalau sudah dua hari di gunung tersebut. Mengingat perut kami sangat-sangat lapar, ditambah wajah kusam yang tidak bisa dielakan lagi.

Setelah diberikan makan, dan minuman hangat. Kami pun diminta bercerita apa yang terjadi. Disanalah semua warga yang total berjumlah 10 orang merasa kaget sekaligus bersyukur.

"Untung mas, kalian dipulangkan dari pasar itu. Soalnya kalau enggak, selamanya sampeyan-sampeyan bakal di dunia lain itu".

Cerita ini mungkin bagi sebagian orang tidak akan dipercaya, namun kami berempat lah pelakunya langsung. Dan kami yakin, karena tingkah kami yang tidak melanggar aturan makannya kami dipulangkan oleh para penunggu gunung.

Sumber Tulisan : BejoCorner
Sumber Gambar : Kaskus dan juga Pixabay
ceuhettyAvatar border
sebelahblogAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
541
2
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.