Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

linalusianaAvatar border
TS
linalusiana
Rahasia Yang Terkuak Di Rinjani!
Rahasia Yang Terkuak Di Rinjani!





Terik matahari mulai menyengat membakar kulit sekalipun terlindungi pakaian panjang dan sunblock. Rombongan Sam, Shakti, Naura dan Linta begitu kepanasan ketika menjejak padang savana. Berbeda ketika memulai perjalanan tadi, banyak Lutung dan monyet berekor panjang yang menjadi hiburan sepanjang jalanan yang mereka lalui lewat hutan.

Libur panjang tiba, Sam, Linta, Shakti, dan Naura memutuskan untuk Mendaki Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung yang menjadi impian setiap kaula pecinta alam. Namun baru sekarang terealisasikan.
Mendaki lewat jalur Sembalun, kemudian nantinya akan turun melalui jalur Senari.

"Anjay, panas banget." Suara keluhan Sam membuat yang lain mendelik memperingati. Tapi yang namanya Samudra, tidak akan begitu peduli. Ia hanya cengengesan untuk menanggapi.

Dari pos 2 sampai pos 3 dominan oleh padang savana seluas mata memandang. Medannya cukup landai.
Perjalanan paling melelahkan yang mereka rasakan, dimulai dari pos 3 menuju Pelawangan Sembalun. Track mulai sadis, jarangnya pepohonan membuat susah untuk mencari tempat berteduh, ditambah dengan kehadiran bukit penyesalan. Sebuah bukit dengan tanjakan panjang, seakan tiada ujung. Mental dan fisik Shakti dan kawan-kawan mendapat ujian cukup berat.


Rahasia Yang Terkuak Di Rinjani!





Perjalanan panjang nan melelahkan itu berakhir, begitu mereka menjejakkan kaki di pinggiran danau Segara Anak.
Wajah bahagia terlukis diwajah mereka berempat.
Rinjani dengan segala pesonanya telah menyambut mereka. Keempat muda-mudi ini seperti diberi angin segar karena akhirnya bisa sampai di tempat ini. Sebab, sumpeknya berada di kampus dan mata pelajaran yang membuat pening, membuat dada terasa plong sekarang.

Langit petang membentang indah, menyajikan pemandangan yang tak membuat bosan. Air danau Segara Anak terlihat berkilau terkena pantulan cahaya. Sebuah mahakarya yang tiada ternilai harganya. Angin sepoi kian menambah nyaman suasana.

"Sialan! Kenapa nggak dari dulu aja sih, kita ke sini." Sam mengumpat, membuat Shakti mengerling tajam memperingatkan. "Ya ampun, Shakti, cuma bilang beitu doang. Kecuali aku bilangnya, setan, genderuwo, kun-"

"SAM!" Kali ini Linta yang menegur secara lantang.

"Oke. Maaf."

Sam baru ingat nasehat Shakti, di mana bumi dipijak, di situ langit di junjung. Juga pantangan selama melakukan pendakian dan berada di puncak Anjani. Tapi, dasar dirinya sudah terbiasa mengumpat, akan sulit mengendalikan lidah. Pesona Rinjani telah menghipnotis Sam sehingga tanpa sadar malah mengumpat, bukannya mengucap pujian pada sang pencipta alam semesta ini.

Malam mulai menjelang, tenda telah selesai didirikan. Semuanya berkumpul membentuk lingkaran, menikmati malam senyap ditemani gemerisik dedaunan. Udara malam yang menusuk kulit tak begitu dihirau, sebab sweater tebal menjadi andalan.

Rahasia Yang Terkuak Di Rinjani!
sumber

Api unggun meliuk-liuk ditiup angin. Shakti mengutak-atik kamera di temani Naura. Keduanya asik melihat hasil jepretan sepanjang perjalanan selama mereka melakukan pendakian. Terutama ketika hamparan bunga Edelweis yang membuat Naura dan Linta terpesona.
Rahasia Yang Terkuak Di Rinjani!
sumber

Juga ketika berada di padang savana

Rahasia Yang Terkuak Di Rinjani!
sumber

Dan besok, mereka akan mencapai puncak Anjani. Puncak dari kebahagiaan mereka di gunung ini.


**


Naura berlari dengan sekuat tenaga, menembus semak belukar. Beberapa kali ia terjatuh dan bangkit dengan cepat. Nafasnya terengah. Suara geraman dengan gemelutuk gigi terdengar dekat sekali. Air mata Naura sudah tidak terkira, perih di kakinya bahkan sudah tak ia hiraukan. Hanya berlari sampai ia menemukan tenda teman-temannya lagi.

"Grrrmmm!"

"Ahh!" Naura menjerit. Nafasnya putus-putus. Cengkeraman kuku tajam pada bahunya membuat dia meringis merasakan sakit. Ia lirik takut-takut. Tangan berbulu hitam dengan kuku runcing seperti kuku- entahlah. Naura tidak tahu itu apa, sedang menancap pada bahunya yang untung saja tertutup sweater rajut warna marun. Yang jelas, jantungnya rasa diremas, ketakutan menjalar disetiap jengkal tubuhnya. Lalu, dengan kekuatan tak seberapa yang ia miliki, mungkin juga karena rasa takut yang sudah terlewat batas, Naura tiba-tiba menggigit tangan berbulu itu sekuat tenaga. Tidak peduli lagi kalau sekarang ia merasakan ada lendir yang menetes dikepalanya. Tangan makhluk yang besar dan menyeramkan itu Naura gigit dengan gigi-giginya tanpa hirau kalau tangan itu terasa seperti sesuatu yang keras, juga berbau menyengat sampai Naura rasa ia akan muntah. Mungkin saja makhluk itu akan menyakitinya lebih lagi kalau ia tidak nekad. Setelah cengkeraman tangan menyeramkan itu terlepas, Naura langsung melangkahkan kakinya untuk kabur. Susah payah, jatuh bangun, beberapa kali wajahnya tergores tanaman berduri. Kali ini pacuan semangat seperti merasukinya. Suara geraman tadi sudah jauh tertinggal, hanya terdengar lamat-lamat.
Tapi, tiba-tiba saja di hadapannya muncul sosok menyeramkan dengan rambut terurai panjang.

Spoiler for ilustrasi:

sumber

"Ahhh!"



"Ra, Naura!"

Naura membuka mata, langsung terduduk.

"Kamu kenapa?" Wajah Linta terlihat cemas memandang Naura. Ada juga Shakti dan Sam yang sama cemasnya.

"Kamu mimpi buruk lagi, yank?" Shakti mendekati kekasih hatinya itu, menenangkan dalam dekap hangat.

"Lagi?" Sam melempar tanya penasaran.

"Iya, Sam. Naura sering mendapat gangguan dalam tidurnya."

"Aku ke luar dulu." Linta beranjak dari tenda yang ia tempati dengan Naura itu.

"Kamu temani Naura aja, bro. Biar Linta sama aku ditenda sebelah."

"Kalian jangan macam-macam, ya!" Peringat Shakti kepada Sam yang hanya menanggapi dengan senyum samar. Lelaki berperawakan tinggi jangkung itu segera keluar menyusul Linta yang duduk menghadap api unggun. Entah apa yang ia pikirkan sehingga kedatangan Sam tak ia hirau. Hanya setelah Sam menyentuh kepalanya saja, baru Linta mendongak.

"Ayo tidur. Besok kita harus sampai puncak. Siapin tenaga."

"Naura udah nggak apa-apa?"

"Sudah tenang. Kan, si babang gantengnya yang menangani." Ucapan Sam membuat Linta bernafas lega.

Lalu keduanya masuk ke tenda yang tadi ditempati Sam dan Shakti.

Senyap mulai merambat, hanya terdengar suara nafas keduanya setelah berbaring dengan tenang.

"Aku penasaran soal cerita tuselak yang melegenda di Lombok ini." Tiba-tiba Sam membuka percakapan, sampai Linta disebelahnya mencubit memperingatkan.

"Oke, beb. Aku keceplosan. Soalnya penasaran, sih soal cerita penuh misteri dan teka-teki. Menantang adrenalin."


**

Linta sudah nyenyak dalam buaian mimpi, sedangkan Sam masih terjaga sepenuhnya. Ia menerawang, pikiran berkelana jauh. Penasaran soal tuselak manusia berilmu hitam yang terkenal di Lombok yang pernah Shakti ceritakan. Terlebih lagi soal-, ia melirik Linta yang sudah terlelap di sampingnya.

Sam menggeleng. Dia malah teringat perkataan Shakti tadi kalau Naura sering mengalami gangguan dalam tidur alias mimpi buruk. Bukan tanpa alasan Sam memikirkannya. Linta dan Naura ngekost bersama, barang tentu Sam curiga.

Mungkin karena rasa penasaran akan suatu hal sudah tak bisa lagi Sam bendung, ia mulai menggerakkan tangannya di kepala Linta. Perlahan, menyentuh dengan lembut dan kehati-hatian. Tidak ingin mengusik dara jelita berkulit hitam manis yang telah menjadi kekasihnya setahunan ini.
Awalnya usapan Sam hanya di sekitar dahi, jemarinya lantas beranjak perlahan menelusuri rambut ikal Linta hingga mencapai puncak kepala. Bayangan suara tawa ketika tak sengaja ia melihat Linta di tempat gelap, juga saat petang tadi ia tidak melihat bayangan Linta di danau Segara Anak. Bukan hanya sekali, sudah berkali-kali Sam mendapati setiap tak sengaja berada di dekat cermin, Linta akan menghindar. Bahkan Naura pernah mengomel karena Linta tak memperbolehkan Naura membeli kaca besar di kamar kos mereka.

Jantung Sam bertalu. Keganjalan yang ia rasakan selama ini akan terbukti sebentar lagi. Firasatnya kuat mengatakan kalau kekasihnya ini adalah sesosok kuntilanak. Jemarinya mulai merasakan sesuatu yang memang ia cari. Dapat. Terasa dingin ditangan Sam logam kecil di tengah kepala Linta. Hampir terhenti nafas Sam.

"Sam-"

Jantung Sam seakan melompat. Wajah Linta yang selalu ia lihat serupa wanita cantik, kini berubah sangat mengerikan seiring dengan tangannya yang mencabut paku di kepala Linta.

"Seharusnya kamu tidak penasaran, Sam." Suara geraman Linta yang berubah wujud mengerikan itu terdengar menakutkan.

Tak berapa lama Sam merasakan kuku tajam menancap di lehernya.

**

Shakti menukas.
Naura sampai ikut terbangun. Tanpa banyak tanya, Naura mengikuti Shakti yang tergesa keluar dari tenda menuju tenda satunya.

Wajah Shakti memucat. Meremas rambut dengan frustasi sambil menatap Naura yang tidak paham.

"Aku tadi dengar suara Sam menjerit." Hanya itu yang mampu Shakti sampaikan. Selebihnya dia menghalangi Naura yang ingin melihat ke dalam tenda. Gadis bertubuh semampai itu berusaha berontak.

"Lepass! Aku mau lihat Sam!"

Gelengan Shakti menjadi pertanda larangan. Tapi karena tubuh Shakti sedang tidak begitu bertenaga, Naura dengan mudahnya melepaskan dekapan Shakti. Berlari secepat kilat ke dalam tenda.

Naura menjerit. Ia berbalik mendatangi Shakti kembali. Air mata gadis itu merebak tak terbendung. Ia membekap mulutnya menahan isak.

"Sstt, tenang. Ayo berkemas, kita turun sekarang juga!"

"Sam-"

"Ayok, Ra!"


**


Rahasia Yang Terkuak Di Rinjani!


Sepasang kekasih itu tiba di basecamp 2 jalur Senaru yang memang menjadi pilihan mereka sejak awal untuk jalur turun. Mampir ke warung yang ada di sana dengan nafas ngos-ngossan.

"Bu, bisa minta tolong?" Shakti langsung menemui pemilik warung.

"Iya?"

"Teman saya meninggal di gunung. Kita nggak bisa bawa turun." Penjelasan itu berhasil membuat sang pemilik warung kaget.

"Kenapa? Kalau yang melegenda di daerah sini, nggak mungkin. Apa karena sakit?" Ibu itu menggeleng tak percaya.

"Bukan itu! Tapi-" Shakti ragu mengatakannya. Dia melirik pada Naura yang bermuka sembab dan pucat, karena terlalu lama berjalan turun sambil menangis. "Sundel bolong." Suara Shakti nyaris seperti bisikan.

"Aku tau Linta nggak bermaksud membunuh Sam." Suara Naura lirih terdengar dibarengi isakan paling memilukan. Dia tahu, ketika diperjalanan sempat melihat Linta dikejauhan memandang pilu padanya. Begitupun ketika Naura melihat Linta dalam mimpi yang sering menghampirinya.

Dan mereka semua lantas terdiam.




Spoiler for ilustrasi:




Tamat





Quote:


Referensi : di sini

Jangan lupa Cendol emoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Gan
Diubah oleh linalusiana 30-09-2019 02:49
ceuhettyAvatar border
sebelahblogAvatar border
zafinsyurgaAvatar border
zafinsyurga dan 23 lainnya memberi reputasi
24
6.2K
149
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.