Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

fiiliyahAvatar border
TS
fiiliyah
Bertemu Dengan Sosok Yang Tak Bernyawa Di Gunung Ciremai



Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam dari rumah Dimas, akhirnya rombongan kami telah sampai di posko pendaftaran. Ini adalah kegiatan wajib bagi kami, untuk merayakan kelulusan kami, kita berlima telah sepakat memilih gunung Ciremai untuk pendakian kami kali ini.

Setelah melakukan pendaftaran yang diurus oleh Dimas, kami berlima mulai naik via jalur Apuy. Dimas adalah pemimpin dalam perjalananan kami, bukan tanpa alasan, si doi memang asli orang sini dan sudah beberapa kali saja pria bertubuh tegap ini naik turun Ciremai. Aku, Nadin, dan Rita berjalan dibelakang Dimas, sementara teman kami satu lagi dibarisan paling belakang sebagai Sweeper, yaitu Hangga. Ini adalah pendakian kami yang kedua kali, namun tidak dengan Nadin. Ia baru pertama kali naik gunung, maka tidak heran jika ia sudah tidak sabar menanti hari itu tiba.

sumber gambar

Sebagai sang pemimpin Dimas mewanti wanti teman temanya, agar selalu hati hati dalam bersikap maupun ucapan, terlebih lagi Nadin yang sepertinya sangat antusias. Takut bocah itu keceplosan sangkin senangnya jika nanti tiba di puncak atau saat kelelahan saat naik, kami selalu mengingatkanya untuk tidak bersikap sembrono.

Jalan setapak mulai kami telusuri, kicauan burung burung yang saling bersautan terus terdengar seakan menyambut kedatangan kami. Sepoi sepoi angin berhembus membelai lembut wajahku, membuat rambut rambut kecil yang tertinggal dari kunciran berayun ayun manja diwajahku. Tak terasa kini kami sudah sampai di pos 2, kamipun istirahat disini untuk membasahi tenggorokan dengan persediaan air. Tak lupa juga untuk mengisi kebutuhan karbohidrat agar tenaga kembali terkumpul untuk bekal perjalanan.

Kurang dari 30 menit kami kembali naik menuju pos 3. Kami berusaha agar sampai puncak sebelum gelap, maka dari itu kami berangkat pukul 5 pagi.

"Ternyata naik gunung itu capek juga yah temen temen." Keluh Nadin

"Inget loh Nad, nggak boleh ngeluh, apalagi ngomong yang enggak enggak." Ucap Dimas dengan lembut seraya memberi peringatan pada Nadin dengan halus.

"Iyaaa Dim, tenang aja masih inget gue. Lagipula gue nggak nyesel minta ikut kalian" jelas Nadin

"Syukur deh kalo gitu" Rita menimpali dengan sedikit jutek, karena memang Ritalah yang paling khawatir dengan Nadin. Mengingat Nadin anak mamih yang jarang beraktifitas diluar ruangan.

Kami masih terus berjalan, hingga sampailah di pos 5. Nadin meminta untuk istirahat sejenak, kamipun memberi waktu 15 menit untuk istirahat, karena dia memang terlihat kelelahan.

"Udah 15 menit nih, yuk jalan lagi." Hangga meminta untuk segera lanjut" Dimas melirik Nadin, yang masih terlihat betah duduk dibawah rindangnya pohon.

"Ya udah yuk lanjut, tapi kalian duluan aja nanti gue cepetan nyusul"

"Serius loh Nad jangan lama lama, jangan sampe kepisah dari kita." Dimas memperingati. Merekapun jalan lebih dulu. 5 menit telah berlalu, akan tetapi Nadin belum juga menampakan diri, akhirnya aku berniat menjemput Nadin agar segera menyusul rombongan. Sementara mereka menunggu dibawah pohon, tidak begitu jauh dari pos 5.

Dalam perjalan menyusul Nadin yang sudah tertinggal lumayan jauh, aku menemukan Nadin berjalan tapi tidak sesuai jalur.

"Nad.... Lo mau kemana.. Kita disini." Teriaku pada Nadin. Tapi Nadin tidak menggubris ia terus berjalan, dengan cepat aku segera menyusulnya.

"Nad lo ngapain kesini" Aku menepuk pundaknya, setelah ia membalikan badan. Aku kaget ternyata bukan Nadin, melainkan pendaki lain yang kukira Nadin. Perasaan tadi beneran Nadin kenapa berubah jadi orang lain, ah sudahlah mungkin karena efek kelelahan, pikirku.

"Maaf aku bukan Nadin" ucap perempuan itu

"Eh sory, salah orang kirain temen gue Nadin"

"Aku Nindy." Ucapnya dengan ramah sambil mengulurkan tanganya.

"Aku Gita, dari Jakarta" aku menjabat tanganya.
"Btw kenapa kamu sendirian disini" tanyaku

"Iya nih aku kepisah dari rombongan" jawab perempuan berparas ayu khas pasundan itu.

"Aku tadi lagi nyusul temen yang kepisah juga dari rombongan, yuuk gabung kita aja, temen temen gue udah nunggu diatas" ia pun mengangguk.

Sebelum menyusul temen temen yang lain Aku dan Nindy kembali ke pos 5 yang lokasinya tidak jauh dari sini untuk menyusul Nadin, tapi rupanya gadis itu sudah tidak ada disini. Mungkin sudah menyusul temen temen diatas, pikirku. Aku dan Nindy pun segera naik keatas menyusul rombongan, namun sayang sekali aku tidak menemukan mereka. Hingga akupun berjalan terus sampai di pos 6 tapi belum juga menemukanya. Bagaimana bisa mereka jalan duluan kepuncak tanpa menungguku dulu, gerutuku kesal.

Hari sudah terlanjur sore, kini langit yang sebelumnya berwarna orange perlahan berganti menjadi gelap. Karena sudah memasuki waktu maghrib maka aku dan Nindy memutuskan untuk istirahat sejenak. Tak lama kemudian, kami melanjutkan perjalanan kami menuju puncak. Anehnya dua jam sudah berlalu, tapi kami belum sampai dipuncak juga, padahal menurut penjaga pos pendaftaran tadi jarak dari pos 6 sampai puncak hanya sekita satu jam saja. Aku berusaha terus berpikir positif, dan tetap berjalan.

Angin tiba tiba bertiup lebih kencang, mendadak udara berhembus lebih dingin, menembus jaket yang kukenakan meski tebal. Setetes demi setetes air jatuh membasahi dedaunan yang sedari tadi bergerak kian kemari. Sebelum gerimis romantis ini berubah menjadi hujan deras, Nindy mendirikan tenda untuk kami berteduh, akupun membantunya, untung saja ada lahan kosong yang layak buat nge-camp.

Kulihat jam yang melingkar erat dipergelangan tanganku menampilkan angka 20:38, aku dan Nindy sempat berbincng bincang kecil sebelum akhirnya aku tertidur. Sayang sekali padahal aku ingin segera menyusul temanku yang sudah dipuncak.

**********

Masih kupejamkan mata ini, kurasakan tubuhku mengigil, sangat dingin. Kini tubuhku sedikit terguncang, serasa ada yang menggerakan, akupun terbangun. Sepasang mata ini terbelalak melihat beberapa orang disekitar mengelilingiku, rupanya malam sudah berlalu, hingga keberadaanku terlihat oleh mereka.

"Mba udah sadar.??" tanya salah satu diantara mereka. Aku masih mencerca pikiranku berusaha mengingat apa yang sudah terjadi, mengapa tiba tiba aku dikelilingi banyak orang. Bukanya semalam aku tidur ditenda Nindy denganya, bagaimana bisa sekarang aku terbangun tanpa alas dan tenda. Setelah kita saling menjelaskan, aku bergabung dengan mereka untuk naik kepuncak. Mereka adalah pendaki lain yang mengira aku pingsan karena melihatku terbaring seorang diri tanpa tenda dan alas, beruntung, karena khawatir mereka membangunkanku.

Kini beberapa pertanyaan masih mengganjal dibenaku, kemana perginya gadis yang semalam tidur denganku itu, ia pergi tanpa membawa carrier nya, masa iya dia lupa. Lalu bagaimana dia mengeluarkanku dari tendanya. Ah sudahlah sebentar lagi aku akan bersenang senang dengan temanku yang lain dipuncak, mungkin saja Nindy juga sudah dipuncak, aku akan mengembalikan carrier miliknya.

Akhirnya tibalah kami di puncak, alangkah senangnya aku bertemu dengan mereka.



"Ya ampun Git, lo kemana aja..??" tanya Rita.

"Kita baru aja mau cari lo, untung lo udah kesini duluan" Hangga menimpali

"Lagian gimana bisa kamu ngilang gitu aja dari kita sih Git, semua khawatir loh" ucap Dimas

"Loh menghilang gimana, kan kalian yang ninggalin gue waktu jemput Nadin." Akupun menjelaskan lebih detil apa yang terjadi, betapa terkejutnya aku setelah mendengar apa yang mereka jelaskan pula. Kita sama sama bingung, mereka bilang kemarin sore tidak ada hujan dan lebih kagetnya lagi mereka bilang aku sudah menjemput Nadin, lalu kembali dengan mereka. Setelah itu aku bersikap aneh, dan ketika sampai dipuncak tiba tiba aku menghilang, namun mereka baru sadar setelah hampir malam. Aku juga menceritakan tentang Nindy, yang hilang begitu saja dengan meninggalkan carriernya.

"Jadi ini carrier mau kita apain Dim?" tanyaku pada Dimas

"Coba deh kita liat isinya, siapa tau disitu ada petunjuk, atau alamat biar bisa kita balikin" Hangga memberi usul.

"Nah setuju, kalo kita bisa balikin ya balikin aja" Dimas memperjelas, setelah kita membuka isi carrier tersebut, kami menemukan petunjuk berupa kartu pelajar yang tertera namanya. Rupanya gadis itu beralamat tidak jauh dari kampung Dimas, kamipun bertekad untuk mengembalikanya.


Hari itu telah berlalu, kami menetap dipuncak semalam lagi. Dan paginya
sebelum pulang kerumah Dimas kami akan mampir dulu kerumah Nindy untuk mengembalikan carrier miliknya. Perjalanan turun semua sesuai rencana, hinggi kini kami tiba dirumah Nindy.

"Assalamu'alaikum" Dimas mengetuk pintu rumah yang tertutup. Tak lama kemudian pintu dibuka oleh wanita paruh baya, mungkin dia ibunya Nindy.

"Wa'alaikum salam, neangan saha atuh jang??" jawabnya dengan bahasa daerah

"Nindynya ada bu" Tanyaku pada perempuan paruh baya itu

"Memangnya ada perlu apa?"

"Kita mau balikin ini bu, kemaren kami ketemu dipuncak tapi dia pergi gitu aja tanpa membawa carriernya" ucap Dimas. Namun kami heran, raut wajah ibu Nindy tiba tiba terlihat sedih, kamipun bingung.

"Maaf bu, ibu kenapa sedih?"

"Terimakasih kalian sudah mau mengembalikan barang milik Nindy, kalo kalian mau bertemu denganya mari ikut ibu" ia mengajak kami pergi ke pekarangan belakang rumahnya. Alangkah terkejutnya kami setelah ibu Nindy menunjukan batu nisan bertuliskan nama Nindy Rahmawati.

"Satu bulan yang lalu Nindy naik ke puncak Ciremai bersama teman temanya, tapi ditengah perjalanan turun ia terpisah dari rombongan. Setelah melakulan pencarian selama 5 hari, Nindy ditemukan sudah tidak bernafas." Ibu Nindy memberi pernyataan tak terduga.

Kami semua kaget, dan akupun paham dengan semua kejadiaan janggal yang menimpa kami, terlebih aku. Setelah mengetahui kenyataanya, aku memaklumkan atas apa yang menimpaku.

"Yang terjadi kamarin tidak usah khawatir, Nindy hanya ingin minta tolong pada kalian supaya barang miliknya kembali kerumahnya, terimakasih banyak yah sudah mau mengembalikan." Ucap ibu itu, kamipun memaklumi.

Tidak kusangka ternyata gadis yang tidur denganku kemarin malam rupanya manusia yang sudah tak bernyawa, bahkan aku sempat menjabat tanganya.

emoticon-Takutemoticon-Takutemoticon-Takut




Selamat menikmati hasil karanganku gansist.... semoga terhibur dengan alur ceritanya emoticon-2 Jempolemoticon-2 Jempol
ceuhettyAvatar border
sebelahblogAvatar border
zafinsyurgaAvatar border
zafinsyurga dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.9K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.