Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lastrimarrAvatar border
TS
lastrimarr
Halusinasi Menyiksa Jiwa


Di kala manusia mulai lelah berada pada fasenya masing-masing, di situ lah dibutuhkan jalan pintas agar bisa mencari jalan keluar dari fase itu. Saat orang-orang mulai keluar dan memasuki fase baru dengan penuh keceriaan dan kebahagiaan, aku masih terjebak dalam fase yang sangat jauh dari kata bahagia. Masa akhir SMA adalah masa paling melelahkan, baik dari segi belajar, kegiatan eskul, les dan sebagainya. Juga kita sebagai kelas 12 dituntut untuk mendapatkan nilai bagus. Gimana gak stres coba? . Oh ya sampai lupa kenalan dulu nama aku Melonia Semangkawati, orang-orang biasa memanggil aku dengan nama Nia. Aku salah satu siswi berhijab di sekolahku kebanyakannya banyak yang tidak pakai hijab. Jadi aku gampang di kenal dan di ingat.

Disaat kelas sedang ricuh seperti seruan aksi demo, aku malah asik melamun karena hayati otakku sedang lelah.

"Ahh aku sudah lelah dengan semua ini rasanya aku ingin segera lulus." gumamku dalam hati.

Disaat enak melamun seorang berambut panjang lurus bermata bening menepak pundakku.

"Woyyy ngelamun aja kenapa nih? Ada masalah kah?" tanya Gisa teman dekatku.

"Ahh gak papa kok, cuma capek aja rasanya pengen deh jalan-jalan ke atas bukit atau gak mendaki gunung gitu." ucapku spontan.

"Mendaki gunung? Kayanya seru juga Menguji nyali apalagi kalo malem-malem." bisik Gisa pelan.

"Apaan sih orang cuma mau jalan-jalan pas siangnya aja, siapa juga yang mau keluar malem-malem dingin tau."

"Bilang aja takut"

"Aku gak takut, kalo gitu nanti libur panjang akhir semester kita pergi ke gunung. Kita buktiin siapa yang sebenarnya takut aku atau kamu."

"Ayo siapa takut"

Disaat pembicaraan kami berlangsung, ternyata ada dua teman laki-laki berambut kriting bernama Bino dan berambut rapi berkacamata bernama Dira menguping pembicaraan kami.

"Aku ikut dong, kalo libur di rumah suka boring, garing, gak ada kegiatan yang seru." Ucap Dira.

"Wahh aku juga dong, sekalian penyegaran otak sebelum ujian." Sambung Bino sambil menggaruk kepala.

"Ya udah kalian boleh ikut tapi awas ya kalo kalian bikin onar di sana. Aku dengar gunung itu berhantu gaes." ucap Gisa dengan nada menakuti.

"Siapa takut." Ucap Dira dan Bino secara bersamaan.

Aku hanya bisa terdiam dan menelan air liur apakah benar di gunung itu angker dan banyak penghuninya. Walaupun mulut bilang tidak takut tapi hatiku berkata lain. Tapi sudah terlanjur membuat janji dengan Gisa. Tapi mungkin kita di gunung cuma setengah hari dan malamnya langsung pulang. Itu hal yang terlintas dalam benakku.

Hari-hari rasanya semakin cepat, sebulan rasa seminggu, seminggu rasa sehari. Hari menuju keberangkatan kita menuju gunung semakin dekat. Padahal niatnya hanya untuk liburan, tapi rasanya hatiku tidak mengizinkan untuk pergi.

"Nia kamu udah persiapan apa aja buat nanti kita mendaki gunung?" tanya Gisa.

"Ahh aku belum menyiapkan apa-apa. Kamu Gis udah siap semua perlengkapannya?" tanyaku balik.

"Sebenernya udah beres sih tapi kaya masih ada yang kurang gitu. Tapi gak tau apa."

"Mungkin itu hanya perasaanmu saja."

"Iya kali ya semoga saja."

Setelah ragu untuk ikut dalam beberapa hari, akhirnya waktu keberangkatan pun tiba. Aku, Gisa, Bino, dan Dira sudah janjian berkumpul di depan jalan raya. Kami berangkat diantarkan memakai mobil Ayah Dira. Seperempat perjalanan masih aman-aman saja, setelah setengah jalan mobil Ayah Dira tiba-tiba oleng tak terkendali. Entah apa sebabnya, akhirnya kami pun keluar dan melihat apa penyebabnya.

"Om bannya kenapa?" tanyaku.

"Om juga gak tau Nia, tiba-tiba saja mobilnya oleng seperti ada yang menggoyangkan" Ucap Ayah Dira.

"Liat Ayah kedua bannya meledak, yang ini seperti ada yang memotong dengan sengaja. Tapi masa iya di jalan sepi seperti ini ada orang yang sengaja berbuat seperti itu." sambil menunjuk ke arah ban.

"Atau jangan-jangan..." bisik Bino.

"Syuttt, udah jangan kaya gitu lebih baik kita cari cara supaya kita sampai ke tempat tujuan." ucapku kepada mereka.

Perasaanku mulai tidak enak setelah kejadian tadi, aku mulai merasa ada kejanggalan di sekitaran gunung ini. Tapi aku berusaha tetap tenang dan tak memikirkan apa pun. Setelah beberapa saat kami kebingungan bagaimana cara melanjutkan perjalanan ini sedangkan tidak ada satu mobil pun yang lewat. Tiba-tiba ada mobil pengangkut sayur yang tak sengaja lewat di depan kami.

"Pak berhenti pak." Teriak Gisa sambil melambai-lambaikan tangan.

Akhirnya mobil itu pun berhenti dan mengizinkan kami untuk ikut sampai tempat tujuan.

"Akhirnya kita bisa menjutkan perjalanan kita." ucap Bino dengan wajah lega.

"Iya, tapi ngomong-ngomong sepanjang perjalanan bapak sopirnya gak ngomong-ngomong ya. Tadi juga cuma angguk-angguk aja, apa dia gak bisa ngomong. Hahahaha." ucap Gisa dengan entengnya.

"Kamu gak boleh sembarangan ngomong gis."

"Iya bener juga, tapi suasananya sepi banget kaya di kuburan tau gak. Padahal masih siang."

"Alah bilang aja kalian takut, iya kan? Kalo takut mending pulang aja gih mumpung belum sampai."

"Siapa bilang aku tak.."

Sumber
Tiba-tiba sopir mengetuk mobilnya, ternyata kita sudah sampai. Akirnya kita sampai di Gunung Ceramai, gunung yang memiliki kawah yang sangat indah. Kami bahagia sekali bisa mendaki gunung ini. Tapi, saat aku mau bilang terima kasih sopirnya langsung melihat ke arahku, dan setelah aku melihat dengan dekat ternyata sopirnya tidak memiliki wajah. Aku kaget sekali dan langsung teriak dan berlari menuju teman-temanku.

"Arrrgggg!" teriakku.

"Apaan sih berisik banget." Bentak Gisa.

"Ta ta tadi so sopirnya gak punya wajah." Tiba-tiba bicaraku jadi gagap.

"Hahahaha ngaco kamu Nia, halusinasi kamu aja kali." ucap Bino.

"Asli aku gak bohong, kita balik lagi aja yuk perasaanku gak enak." ucapku ketakutan.

"Alahhh udah lah kita jalan lagi keburu gelap nanti." ucap Dira

"Tapi...." ucapku ragu.

"Udahh ayo jalan." ucap Gisa.

Sepanjang perjalanan mataku hanya bisa menunduk aku tidak berani melihat sekeliling, setelah beberapa menit berjalan, aku mendengar suara anak kecil yang sedang berlari-lari. Semakin lama aku berjalan semakin jelas suara itu di telingaku. Dan ternyata..

"Kakak-kakak semua selamat datang di Gunung Ceremai kalian boleh menginap di rumah kami kalo kalian cape." Tiba-tiba muncul dua orang anak kecil tidak berambut alias botak.

"Wah ternyata di sini ada permukiman penduduk, dikira aku cuma hutan belantara aja." Ujar Gisa.

"Tapi kebetulan aku cape nih, karena udah mulai gelap kayanya kita gak bisa langsung pulang. Gimana kalo kita ikut nginep di sana semalem." ucap Bino.

"Boleh juga tuh." ucap Dira.

"Tapi teman-teman kita jangan langsung percaya aja sama anak kecil tadi, mending kita pulang aja. Perasaanku gak enak." tegasku.

"Kamu baperan banget sih Nia, orang kita belum nyampe ke puncaknya masa kita pulang gitu aja. Lagian kita kesini cuma setahun sekali, jadi apa salahnya kita nginem di sana semalem." ucap Gisa.

"Udah kita sepakat buat istirahat di sana semalem, besok kita lanjutkan lagi perjalanannya." ucap Bino.

"Dek kami mau ikut ke rumah ade, tolong tunjukan jalannya ya."

"Baik kakak-kakak."

Tak sengaja aku liat kaki kedua anak itu tidak menapak ke tanah, aku menggesek-gesek mataku tapi tetap kakinya tak kunjung menapak ke tanah. Apa ini hanya halusinasi karena terlalu baper ya. Aku sempat berhenti, tapi aku melanjutkan kembali langkahku. Beberapa menit berjalan, ternyata benar ada sebuah permukiman. Tapi aneh, tercium bau amis dari kejauhan tapi teman-temanku sepertinya tidak mencium bau apa-apa. Aku ragu untuk ikut masuk tapi teman-temanku menarik aku untuk ikut masuk.

"Akhirnya kita bisa istirahat juga, selamat tidur semuanya." ucap Gisa.

"Selamat malam dan selamat tidur jangan lupa baca doa!" teriak Bino dari kamar sebelah.

"Ayo kita baca doa bareng, Bismika Allohumma Ahya Wa.."

Tiba-tiba seorang ibu menggebrak pintu dan masuk

"Hei!! Kalian jangan sembarang mengucapkan sesuatu di sini, kalo kalian masih tetap baca, kalian akan tau akibatnya." ucap ibu tadi dengan suara mengancam.

Kami semua hanya bisa menelan air liur ketika ibu itu marah. Semalaman aku tidak bisa tidur mataku terbuka dan melihat ke sekeliling gubuk itu. Aku bertanya-tanya apakah benar ini gubuk sungguhan?. Saat aku melihat ke arah pintu kamar seperti ada yang mengawasi, aku memberanikan keluar kamar tapi tidak ada siapa-siapa. Aku bergegas melihat ke arah pintu keluar seperti ada suara orang yang sedang berkumpul, anak yang sedang menangis dan bermain, saat aku lihat tidak ada siapa-siapa di luar.

Saat aku membalikan badan tiba-tiba sopir yang tidak berwajah itu mucul tepat di depan wajahku.
Aku berteriak dan segera membangunkan teman-temanku, saat aku masuk semua temanku tidak ada. Aku panik aku berlari keluar. Saat aku lihat itu hanyalah sebuah gubuk tua tak berpengguni, hanya ada satu dan tak ada gubuk lain di sekitaran itu. Ternyata benar aku tidak berhalusinasi, lantas kemana teman-temanku.

"Gisa! Bino! Dira! Kalian kemana?" Aku berteriak sambil menangis, rasa takut khawatir bercampur aduk.



Aku berlari tak tahu arah aku berteriak memanggil nama temanku, tiba-tiba aku mendengar suara mobil, tapi masa ada mobil malam-malam seperti ini. Tapi benar ada mobil yamg datang aku mencoba meminta bantuan tapi apa yang aku lihat ternyata sopir yang tidak berwajah itu lagi. Aku berlari kembali tapi mobil tadi terus mengejarku, aku sudah pasrah aku sudah tidak bisa berlari lagi, aku menerima nasib jika aku harus mati di sini. Tiba-tiba suara mobil tidak terdengar lagi dan aku masih hidup, mobilnya menghilang. Aku hanya bisa duduk lemas di atas tanah dan udara dingin.

"Aku sudah capek, aku tak tahu harus kemana lagi aku hanya bisa mencari mereka di sekitar sini."

Aku berputar mencari mereka tapi saat aku sampai aku kembali lagi ke tempat pertama aku diam. Aku mulai cemas, dari belakang terdengar suara ular yang datang. Saat aku membalikkan badan ada banyak ular kecil datang ke arahku, aku mencoba untuk lari tapi seperti ada yang menahanku, saat aku lihat ternyata sopir tak berwajah itu kembali lagi. Aku berteriak dan meminta tolong.

"Tolong!!! Siapa pun tolong aku!"

Sesaat kemudian wajah sopir tadi yang asalnya datar kosong, mulai menampakkan mata, hidung, dan setelah lengkap semua itu semua menjadi aneh dan seram. Aku tak berani melihat wajahnya, ular kecil tadi mulai merayap ke kakiku, dan ada yang sudah mencapai wajahku rasanya jijik sekali. Aku langsung setengah sadar dan aku langsung membaca ayat kursi. Kemudian sopir tadi berteriak.

"Panas! Panas!"

Aku terus membaca ayat kursi dan ular yang tadi merayap dan sopir tadi langsung hilang entah kemana. Aku merasa lega, sekarang aku lelah aku sudah tidak bisa berjalan aku tersungkur ke tanah dan benar-benar tak sadarkan diri.

Aku cukup lama tak sadarkan diri, rasanya sekarang tanah bergetar rasa ada yang menggoyangkan badanku. Saat aku membuka mata ternyata itu teman-temanku, aku bahagiam dan tersenyum lemas melihat mereka kembali.

"Kamu kemana aja Nia? Kamu hilang dua hari kami cari-cari tapi tidak ada?" ucap Gisa dengan nada khawatir.

" kami mengkhawatirkanmu Nia." ucap Bino.

"Ayo Nia sekarang kita pulang ibumu nangis-nagis di rumah mendengar kabar kamu hilang." ucap Dira.

Aku hanya bisa bengong karena tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Setelah sampai di rumah aku menceritakan semuanya kepada teman dan ibuku. Ternyata bukan teman-temanku yang hilang, ternyata aku yang dibawa oleh para makhluk itu dan sesungguhnya aku yang hilang bukan mereka.

-TAMAT-
Diubah oleh lastrimarr 30-03-2020 22:33
GrestaAvatar border
ceuhettyAvatar border
sebelahblogAvatar border
sebelahblog dan 13 lainnya memberi reputasi
14
1.1K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.