Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yenyoktafiaAvatar border
TS
yenyoktafia
Kejadian aneh selama mendaki gunung sampai rep - repan
Kejadian aneh selama mendaki gunung sampai rep - repan
Cerita ini berdasarkan pengalaman pribadi saya sendiri . Jadi saya mendaki gunung ini pada tahun 2014 bersama satu teman akrab sewaktu saya berkuliah. Jadi saya mendaki bersama seorang teman saya (Ratih) abangnya teman saya (Hendro)  dan kedua teman bang Hendro (Tegar dan Galih) .

Kereta melaju ke arah stasiun Cirebon Prujakan. Kami berangkat malam kemudian menempati kursi dan tidur menunggu kereta kami tiba di stasiun yang dituju. Saat di dalam kereta memang kami semua melepas sepatu agar kaki terasa nyaman  . Ketika bang Hendro dengan lantang membangunkan kami semua, kami tak sempat pakai sepatu, lalu kami jinjing sepatu dan mengambil tas gunung yang ada di rak penyimpanan tas yang tepat ada di atas kursi penumpang. Kami semua berlari keluar menuju pintu kereta dan  turun di stasiun itu . Sekitar jam 02.00 dini hari kami sampai. Mata kami masih sepet dan jalan sempoyongan di lorong stasiun sambil menenteng sepatu dan menggendong tas . Kemudian saya kaget ada lantunan musik seperti suara musik gamelan khas sunda persis seperti lantunan ini gamelan sunda,


SEREM BANGET DONGemoticon-Takutemoticon-Takutemoticon-Takutlantunan itu terdengan keras di stasiun itu, karena speakernya agak kencang dan membuat suasana semakin horor . Tak jauh dari pintu keluar kereta ada banyak sopir angkot yang menawarkan jasa untuk menghantar para pendaki untuk melanjutkan ke pos 1 . Tapi kami berlima memutuskan menunggu pagi dan tidur di mushola dekat pintu keluar statiun . Saya dan Ratih tidur di dalam mushola karena kami perempuan dan mereka bertiga tidur di depan sambil berjaga .  Sewaktu kami berempat tidur ternyata bang Hendro tidak tidur karena menjaga barang bawaan kami . Dia masih terjaga dan merakit tenda, karena pada saat itu belum mempunyai tenda bagus yang bisa bermuatan banyak di dalamnya . Bang Hendro merakit tenda dari bahan baliho polos berwarna putih yang di lem dan digunting dan dirakit membentuk rumah kecil menyerupai tenda gunung, kemudian selesai dibuat, tenda dilipat nantinya tenda itu siap pasang ketika berada di atas gunung .



Waktu terus berputar hingga matahari terbit. Kami di bangunkan oleh Tegar untuk bersiap menuju pos 1 . Jalur pendakian yang kami pilih adalah Linggarjati . Sampai lah kami pada basecamp linggarjati untuk sarapan dan membayar tiket masuk . Sebenarnya kita nggak dibolehkan untuk mendaki ke puncak karena pada saat itu cuaca lagi musim hujan. Bang Hendro pun nggak mau ambil resiko karena tujuan kami bukan ingin muncak karena hanya ingin camp di sana. Lalu ranger pun  mengingatkan kalau sudah di pos 3 masi hujan dan keadaan alamnya nggak bagus  segera turun. Bang Hendro pun menuruti perkataan si ranger tersebut .
Kamipun sarapan dan persiapan packing untuk menuju ke atas . Ketika kami makan si ranger banyak cerita ke bang Hendro , Galih dan Tegar . Kami makan sambil mendengarkan cerita ranger itu .

Ranger itu berbicara begini katanya "Dulu ada pendaki 10 orang, saya sudah ingatkan untuk tidak menanjak sampai puncak saat itu, entah mengapa 9 orang ini nekat naik dan yang seorang ini tidak mau untuk naik dan memilih menetap di basecamp kami. Selama 3 hari tak kembali dan cuaca memburuk, lalu dikerahkan tim SAR naik ke atas untuk evakuasi mencari teman mereka. Nasib berkata buruk 9 orang itu sudah tiada dan hanya tinggal seorang itu yang hidup . Dia menangis dan kebingungan semua temannya sudah engga ada."  emoticon-Takut

Dalam hati saya semakin takut dan ragu, tapi dari awal memang tekad saya bukan untuk sombong atau menaklukan gunung, melainkan hanya ingin merasakan kemah disana sembari latihan untuk  nantinya belajar naik gunung lainnya.
Tak lama beranjak jauh dari basecamp ranger kami bertemu petani setempat yang mengambil rumput untuk ternaknya dan beliau berkata "Hati- hati ya kalian, ingat Tuhan selalu dan jaga perkataan. Semoga kalian sampai sini lagi dengan selamat" .

Baru saja awal kaki kami melangkah ke pos 1 kami harus menaiki tanjakan yang hampir 90 derajat kemiringannya ( jalannya lutut bertemu dada ) . Gunung itu bener bener seperti hutan belantara yang serem bangetlah gansis .
Suguhan pemandangan pertama kami lumayan menakutkan, kami terhenti sejenak karena melihat warung kecil seperti gubuk tak berpenghuni. Kalau tampak depan layaknya warung tetapi ketika diintip dalamnya seperti kandang sapi dan ada tempat rumput untuk sapi itu makan. Anehnya tidak ada sapi di dalam melainkan banyak ranting pohon kering seperti sudah tak terurus lama . Jujur kejadian ini siang tapi sudah terasa seremnya entah kenapa .

Spoiler for gubuk:



Sepanjang perjalanan dai setiap sisi, ranting daun dan juntaian akar pohon selalu mengenai muka saya . Dari pertama berjalan sampai ke pos condang amis jantung saya selau berdetak kencang. Entah feeling atau halusinasi saya saja yang terlalu takut dengan suasana gunung ini .  Kemudian di tengah perjalanan rintik hujan turun dan jalanan agak licin namun kami  tetap melakukan perjalanan dan sampai di pos yang bernama condang amis . Kami memutuskan untuk kemah disitu karena tidak ada siapa - siapa jadi kami pasang tenda di dalam pos .


Spoiler for sampai di codang amis:




Hari mulai sore, kami bersiap untuk  makan dan merapikan barang ke dalam tenda, ketika tenda selesai terpasang kami bersantai menikmati sore di situ, karena kami gak mau melakukan perjalanan malam jadi kami memilih istirahat pada malam hari. Malam pun tiba, kami bersiap untuk tidur.

Spoiler for tenda:


Jadi posisi tidur kami di tenda dari kiri ke kanan adalah  Galih, Tegar, bang Hendro , Ratih dan Saya . Jadi yang berhadapan dengan pintu tenda adalah saya dan Galih . Saya sudah mulai merasa letih karena mungkin ini perjalanan saya dengan trek yang cukup terjal . Saya terlelap dan saya masih ingat jelas (saya merinding menceritakan ini kembali ) ketika itu saya bermimpi masi di dalam tenda itu dan ada sesosok wanita dengan suara tertawa hi..hi..hi..menarik paksa pergelangan kaki saya keluar pintu tenda , saya tidak bisa teriak namun di mimpi itu  saya melakukan perlawanan . Tersentak Ratih terbangun karena sebelum bermimpi itu posisi tidur saya dan Ratih berpelukan karena takut, ternyata saya dibangunkan Ratih karena kata Ratih saya tidur dan tidak sadar mencekik leher Ratih . Semua yang ada di tenda itu terbangun.
Dengan sedikit sentakan Ratih berkata "Hey hey bangun bangun !!"  Ratih memukul badan saya supaya saya sadar dan terbangun .

Lalu  saya bangun dengan mata sepet dengan nafas tersengal - sengal dan dengan polos menjawab "Kenapa tih?" tanya saya .

"Gila lo ya, hampir aja gue mati karena lo cekik"  kata dia sambil ketakutan melihat saya.

"Yaampun maaf ya gue gatau, gue tadi mimpi kaki gue di tarik mbak kunti keluar tenda." sahut saya dengan muka linglung dan jantung yang berdetak kencang.

Lalu Ratih menenangkan saya sembari memeluk saya .

"Kok lo bisa rep - repan sih ?" kata bang Hendro .

(jadi ketika saya tidur saya bermimpi pergelangan kaki saya ditarik keluar tenda oleh kuntilanak berbaju putih rambut panjang dan suara ketawa perempuan Hi..hi..hi disitu saya merasa ingin teriak tetapi tidak bisa keluar suara saya)

"Hen tolong deh suruh gantian si Galih aja tidur di pojok sana ." kata Ratih.

"Lih lih pindah sana lu kesitu ." Lalu bang Hendro menyuruh Galih .

Dengan muka mengantuk Galih pindah di samping saya menghadap ke pintu. Saya membelakangi Galih, jadi posisi tidur saya tetap berpelukan dengan Ratih karena ketakutan . Kami belum begitu terlelap dan mendengarkan suara binatang yang ada disekitar situ tanpa suara . Hari itu mulai pagi dan semua bercerita tentang kejadian malam itu .

"Lo tau ga sih tadi malem sebelum gue tidur, kan kalian semua sudah tertidur duluan memang ada suara cewe ketawa dan gak cuma itu, ada suara anak kecil seperti bermain kejar - kejaran sambil tertawa juga. Padahal kan yang kemah disitu kan hanya kita berlima" kata Ratih dengan muka tegang .

"Iya gue juga denger semalem tapi gue takut jadi gue cepet - cepet buat tidur aja" kata bang Hendro .

"iya sih semalem gue juga denger suara cewe ketawa cuman gak gue hiraukan gue ngantuk." sambung Tegar.

"Dari awal perjalanan lo tau semua kan gue gak ngomong apapun dan gue cuma bisa diem dan ketawa kalo kalian lagi bercanda, karena gue tau ada yang ngikutin kita dari awal perjalanan kita." sahut Galih.emoticon-Takut

Selesai bercerita Galih dan Tegar lagi sibuk memasak makanan kami, bang Hendro pun bergegas untuk membantu mereka . Saya dan Ratih pun berjalan ke depan tenda mau menghirup udara pagi kami karena disitu ada batang pohon besar yang sudah terpotong kami kesana dan ternyata bisa diduduki . Kami pun lanjut mengobrol dan duduk di batang pohon tersebut tentang kejadian semalam . Asik bercerita kami berdua seperti merasa dibelakang kami ada yang berayun, besar sekali dan hitam . Saya dan Ratih saling menatap dan sama - sama menengok ke belakang. Saya dan Ratih pun mengira itu mungkin hewan disini . Tetapi kalau hewan seharusnya ada suara dahan lagi atau suara hewan tersebut tetapi ini tidak . Hanya sekali suara berayun itu ada setelah itu sunyi kembali .
Spoiler for arah panah:

Bagi yang bisa lihat mungkin bisa komen apa sih yang saya rasain pada waktu itu? apakah hewan atau memang "yang lain"

Sekian ceritanya kalau mau coba agan sista boleh cobain sensasinya di gunung ini heheh . Jujur saya merinding ketika mengetik cerita ini dan meng-upload foto - foto tersebut
Spoiler for kami ber 5:

emoticon-Takutemoticon-terimakasihemoticon-Takut
ceuhettyAvatar border
sebelahblogAvatar border
xcodingAvatar border
xcoding dan 8 lainnya memberi reputasi
9
624
2
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.