Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

syafetriAvatar border
TS
syafetri
Tersesat ke Alam Gaib di Pinggang Merapi
Tersesat ke Alam Gaib di Pinggang Merapi

Sebenarnya aku tak berniat untuk membawa kedua cowok ini ikut dalam pendakian. Selain memang belum punya pengalaman mendaki gunung, mereka pun adalah tipe cowok-cowok manja. Rajin mengeluh dan mudah menyerah.

Maunya aku ingin mengajak Ayang lagi dalam misi kali ini. Tapi karena dia sedang keluar kota jadi tidak bisa ikut menemani.

Ayang adalah orang pertama yang mengenalkanku pada aktifitas yang satu ini. Sebagai anggota karang taruna dan ketua MAPALA di kampusnya, Ayang punya daya tahan fisik yang kuat, apalagi untuk mendaki gunung. Sehingga mendaki gunung bersamanya tidak terasa melelahkan tapi justru menyenangkan.

Setelah pengalaman pertama yang begitu berkesan itulah, aku memberanikan diri mengajukan agar dibentuk SISPALA di sekolah kami pada kepala sekolah. Dengan jabatanku sebagai ketua OSIS, aku yakin permintaanku akan langsung disetujui oleh beliau. Namun ternyata dugaanku meleset. Pak Herman memberi syarat bahwa kami harus mengajukan proposal lengkap beserta dokumentasi berupa foto-foto pendakian yang telah dilakukan. Itulah yang jadi penyebab ekspedisi kali ini.

Mulanya aku ragu. Bukan karena takut. Tapi kondisi dompetku sedang sekarat. Sejak memutuskan untuk kost sendiri, aku selalu punya masalah dengan dompetku.

Sebagian teman menganggapku terlalu berani, karena kebanyakan anak kost rata-rata anak kuliahan. Tapi apa boleh buat, tinggal di rumah saudara ternyata lebih menyakitkan menurutku. Bobbi, anak tante Irma sepertinya tidak menyukai keberadaanku yang tinggal gratis di rumahnya.

Dengan berat hati aku memberitahukan hal itu pada orang tuaku di kampung. Mulanya mereka keberatan, tapi aku coba meyakinkan bahwa aku akan baik-baik saja.

Selain itu, pekerjaan orang tuaku sebagai petani tentu saja menjadi pertimbangan berikutnya. Kiriman uang yang tidak seberapa harus bisa ku hemat sedemikian rupa. Dan mencari uang saku tambahan pun telah jadi hal yang biasa bagiku. Mungkin itulah yang menempaku sehingga bisa lebih kuat dibanding teman-teman sekelas lainnya.

Dan dari pergaulan dengan anak-anak kost pula aku jadi mengenal Ayang. Teman kuliahnya adalah teman kost ku juga. Demi melihat aku yang mandiri, Ayang jadi suka berteman denganku. Sampai mengenalkan pada kegiatan pendakian ini.

"Vid, masih jauh, ngga nih?" Rengek Yudi. "Katanya udah deket tapi kok belum nyampe-nyampe juga?" Jalannya seperti dibuat terseok-seok. Kadang aku suka bingung sendiri, ni anak nggak malu apa, sama umur.

"Sabaaar ... noooh puncaknya udah keliatan dari sini." Gimana pun aku terus berusaha mengalihkan perhatiannya pada rute pendakian yang masih cukup panjang.

Sementara Riko tak banyak bicara sejak awal pendakian. Namun jelas dari raut wajahnya sudah nampak kelelahan. Aku sendiri karena telah pengalaman dan sudah hafal rute serta medan pendakian, masih merasa santai.

Tapi lama-lama aku tak tahan juga mendengar rengekan Yudi yang hampir tiap menit memenuhi gendang telingaku. Akhirnya aku meninggalkan mereka berdua di pos pesanggrahan bersama para pendaki lainnya. "Udah, kalian istirahat aja dulu di sini. Nanti susul gua bersama orang-orang ini." Sombongku pun tiba, melihat orang-orang lemah itu.

Sebenarnya, kami datang berempat. Tapi Azka sudah menyerah dari awal. "Sudahlah, kalian aja yang naik, gua nunggu di sini." Katanya sambil merebahkan badan di Masjid Koto Baru tempat kami solat Isya sekaligus menitipkan motor.

Aku melanjutkan perjalanan seorang diri.
Saat itu sudah jam 11 malam. Kami sengaja naik malam tepatnya setelah Isya. Pertama, agar solat tidak lalai. Kedua, agar hawa sejuk malam hari tidak membuat kami cepat lelah. Dan ketiga, yang tak kalah penting, supaya rute perjalanan yang panjang tidak terlihat. Karena kalau rutenya tampak, semangat mendaki bisa ciut melihat rute yang jauh. Untuk itulah kami dan para pendaki lain memilih malam hari untuk naik ke atas.

Tersesat ke Alam Gaib di Pinggang Merapi
Sumber gambar: google

Sepanjang perjalanan seorang diri itu, cukup banyak pendaki lain yang kujumpai. Tapi tak seorang pun yang menyahut saat kusapa bahkan melihatpun tidak. Aku terus berjalan sampai kulihat di kejauhan ada api unggun, karena kupikir ada yang mendirikan tenda di sana, mungkin bisa menumpang istirahat sambil menunggu temanku. Namun rasanya sudah terlalu jauh aku berjalan, belum juga sampai di tempat api unggun tadi.

Sampai tiba di sebuah sumber mata air. Istirahat di sana sambil mencuci muka, pikiranku masih saja membayangkan kelemahan mereka. Disertai rasa kesal karena mereka seolah tak mau tau dengan kondisi keuanganku yang benar-benar krisis. Uang bulanan yang sudah menipis, harus dipakai untuk membiayai pendakian ini sekaligus membuat bendera SISPALA. Dalam benakku, bila ini berhasil setidaknya ada kucuran dana dari pihak sekolah sehingga uangku bisa kembali.

Kuputuskan untuk berhenti sejenak sambil menunggu mereka. Pikiranku semakin kusut. Lelahpun menghampiri. Dalam keadaan kalut seperti itu, spontan aku berteriak sekeras-kerasnya.

"BINATANG KALIAN SEMUAAA ... TAK MAU TAU DENGAN KEADAANKU. APA MAU KALIAN, SETANNN ...?? "

"Wuuuzzs ..." tiba-tiba angin dingin menyapu tengkukku.

"Kraakk ... " terdengar pula suara ranting patah, diiringi suara lenguhan. Aku tak tau apakah itu suara babi hutan atau harimau, namun tak ada satupun yang muncul menampakkan diri. Aroma melati mulai tercium, membuat bulu kudukku berdiri. Tak lama kemudian tercium bau bangkai. Badanku tiba-tiba kaku tak bisa digerakkan, melangkahpun tak bisa sama sekali.

Aku segera sadar kekhilafanku. Telah menyombongkan diri pada teman-temanku tadi dan tidak sabar menerima keadaan. Langsung saja istighfar dan membaca ayat kursi, surat Al Ikhlas, An Nas dan Al Falaq.

Bersamaan dengan itu, aku mendengar suara rombongan orang-orang seperti mendekat. Aku kegirangan sambil berteriak minta tolong. Namun tetap saja tak ada yang mendengar suaraku. Ternyata suaraku pun tidak keluar, tapi tubuhku sudah bisa digerakkan, tidak kaku lagi. Karena itu aku berniat untuk berwudhu. Dan lagi-lagi keanehan terjadi, mata air tadi sudah tak ada. Padahal jelas-jalas aku tadi duduk di pinggirnya.

Nyaliku ciut lagi. Aku menangis sejadi-jadinya sambil tersungkur memohon ampun. "AMPUNILAH HAMBA-MU INI YA, ALLAH ... HAMBA MENGAKU TELAH SOMBONG DAN TAKABUR ... "

Sampai akhirnya aku tertidur karena letih yang amat sangat. Dan tersentak saat sayup-sayup ku dengar suara orang mengaji dari mikrofon masjid, menandakan subuh hampir tiba.

Dan saat itu pulalah aku melihat jalan yang sesungguhnya. Nampak pula rombongan orang-orang yang hendak naik. Barulah orang-orang yang kusapa itu menyahut dan membalas sapaanku. Tidak seperti tadi yang acuh saja. Saat kutanya, ternyata aku masih berada di 'pinggang' Merapi. Padahal dalam waktu tempuh selama itu harusnya aku sudah hampir sampai di puncak.

Lalu aku ikut dengan rombongan itu. Sampai tiba di tempat yang cukup datar, kami berhenti untuk solat subuh berjamaah.

Setelah solat, pendakian kami lanjutkan. Sampai di atas, ternyata Yudi sudah sampai duluan. Dia sedang asyik tidur-tiduran di atas batu besar. Tapi Riko tidak kelihatan. Sepertinya Yudi masih marah padaku. Karena saat kutanya, jawabannya acuh tak acuh.

"Riko mana, Yud?"

Hanya monyongan mulutnya yang menjawab pertanyaanku, menunjukkan arah di mana Riko berada. Rupanya Riko tengah asyik memotret, mengambil gambar untuk dokumentasi.

Waktu itu bertepatan dengan tanggal 17 Agustus. Maka kamipun melakukan upacara bendera bersama dengan semua rombongan yang ada. Selesai upacara, barulah suasana mulai mencair. Yudi pun menanyaiku "kemana aja lu, baru nyampe?"

"Lah, gue juga nungguin elu dari tadi!"

Sambil minta maaf dalam hati, terpaksa aku berbohong padanya. Mana mungkin aku mengatakan hal yang sebenarnya. Karena akan mencoreng reputasiku sebagai cowok tegar. Bisa-bisa diganti jadi 'cowok penangis' atau 'cowok penakut'. Enak aje ... hehehe.

Biarlah itu jadi pelajaran hidupku sendiri yang akan kuingat selamanya.




My brother's true story.
ceuhettyAvatar border
sebelahblogAvatar border
embunsuciAvatar border
embunsuci dan 11 lainnya memberi reputasi
12
5.6K
25
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.