nitadanieAvatar border
TS
nitadanie
Si Nunggal Raja Bagong Penunggu Gunung Gede
     


Mungkin banyak orang-orang yang mendaki gunung karena memang hobby atau mencari kepuasan tersendiri untuk sekedar berlibur mengasingkan diri dari rutinitas kehidupan yang membosankan. Namun ada juga orang yang naik gunung karena memang suatu kewajiban atau bahkan rutinitas. Nah percaya tidak percaya, cerita yang saya tulis dibawah ini adalah kisah nyata yang terjadi pada paman saya ketika pertama kali naik gunung untuk memperbaiki pipa air yang rusak. Pengalaman itu dia alami tahun 2009 saat dia masih kelas XII SMA. Maaf kalo tulisanya agak berantakkan. "Karena saya bukan pujangga yang pandai merangkai kata"
emoticon-Big Grin


foto

Mungkin kalian pernah mendengar sebuah kampung bernama  Kampung Leuweung Tiis, di Kabupaten Garut. Lokasinya tepat di kaki Gunung Gede. Tempat ini dulunya adalah sebuah hutan dimana warga tinggal berjauh-jauhan. Mereka juga membangun terowongan atau lubang didalam tanah sebagai  tempat persembunyian. Jaman penjajahan dulu masyarakat di sini terancam oleh keberadaan tetara DI yang dikenal kejam dan suka menjarah isi rumah masyarakat. Mereka tidak segan-segan membunuh siapa saja yang berani melawan dengan cara memotong lehernya. Banyak sekali nyawa melayang. Sehingga sampai sekarang di kampung tersebut sering muncul sosok hantu tanpa kepala.  



foto

Selain itu tempat ini juga dikenal angker dan memiliki banyak tempat pesugihan. Bahkan harimau jelmaan pabu siliwangi dikabarkan berada di gunung tersebut. Masyarakat disini percaya bahwa Prabu Siliwangi menjelma menjadi harimau dan tinggal di Gunung Gede ini bersama anak buahnya yang juga menjadi harimau. Banyak sekali sejarah ghaib yang saya dengar selama tinggal dikampung ini. Mulai dari nyai Gandrung Arum yang disebut Nyi Geulis, dia dulunya wanita cantik namun bunuh diri karena dijodohkan dengan tentara belanda. Lalu Ki Kala Hideung  kekasih Nyai  yang juga ikut bunuh diri. Ada juga mahluk-mahluk yang di duga Roh tersesat yang dulunya dijadikan tumbal oleh orang-orang yang melakukan pesugihan di gunung itu.

Meski sekarang Kampung Leweung Tiis sudah tampak modern, dan ramai penduduk, kesan mistis di kampung ini tidak hilang. Dibuktikan dengan seringnya warga yang melihat penampakkan sosok misterius atau kejadian-kejadian aneh yang dialami. Salah satunya kejadian yang pernah saya alami. Saya ingat, dulu tahun 2011 saat bulan puasa. Malam hari sekitar pukul sembilan, Saya bersama dua belas teman saya sedang melakukan masak-masakan dihalaman rumah.  Kami membuat tungku untuk memasak nasi dan beberapa lauk Khas liwet seperti sayur kangkung, ikan asin, sambal, dan beberapa menu lainnya. Aku bersama empat temanku yang memasak. Sementara temanku yang lain bernyanyi-nyanyi gembira dengan suara lantang diiringi dua gitar sebagai rytem dan Bass. Pukul sebelas makananpun matang, semua masakan dituangkan diatas daun pisang yang memanjang. Kami makan bersama-sama di halaman rumah Faisal dengan nikmat diiringi dengan segala macam candaan. Waktupun berlalu hingga kami semua begitu kekenyangan tak sanggup lagi menghabiskan makanan. Hingga kami sadar, bahwa makanan yang sejak tadi kami makan ternyata tidak berkurang sedikitpun. Makanannya masih sangat banyak, hanya saja terlihat lebih acak-acakkan. Kamipun saling memandang, “Naha teu beak-beak euy?” Kata Asep.  (kenapa nggak abis-abis?). Kami semua terdiam.  Suasana agak terasa berbeda. Kemudia Kami mendengar ada suara kaki kuda yang sedang berlari. Posisi halaman rumah memang tidak terlalu jauh dari jalan raya sehingga suara telapak kuda terdengar sangat nyaring. Tapi ada yang aneh. Logikanya jika ada kuda lewat, maka suara kaki kuda akan terdengar mulai dari pelan karena jarak yang jauh, kemudian perlahan nyaring karena jaraknya mendekat, lalu menjauh lagi dan hilang. Namun pada kejadian itu, suara kaki kuda terdengar langsung nyaring sekitar satu menit, kemudian hilang begitu saja.  Merasa ada yang aneh, kami pun bubar dengan perasaan  takut dan deg-deggan.
***

Kampung Leuweung Tiis, adalah kampung  yang jauh dari mata air. Letaknya diapit oleh Gunung Gede dan Bukit-bukit tanpa nama yang menjadi lahan pertanian warga. Karena letaknya berada di dataran pertengahan, mata air dikampung ini nyaris tidak ada. Mungkin mesti menggali sampai 200 meter lebih dulu barulah air akan keluar. Itupun harus melewati batu cadas yang sangat keras didalam tanah. Maka dari itu, warga disini mengandalkan air dari Gunung Gede sebagai sumber air untuk kehidupan. Sering kali pipa yang mengalirkan air mengalami gangguan seperti tertimpa pohon yang runtuh, dirusak oleh binatang, sambungannya copot, bahkan kebakaran. Sehingga setiap beberapa minggu sekali beberapa warga akan naik ke gunung untuk mencari sumber masalah ketika air mati.

Sekitar tahun 2009, terjadi kemarau panjang yang menyebabkan kebakaran yang cukup besar di Gunung Gede selama beberapa hari. Pipa saluran air terbakar cukup panjang sehingga air dikampungku tidak ada sama sekali. Kami semua kekeringan. Pak RW mengerahkan 8 orang warga yang terdiri dari lima orang bapak-bapak dan tiga orang pemuda yaitu Dayat, Agus dan Asep (paman saya) untuk pergi ke Gunung mencari titik pipa yang rusak. Saat itu adalah pertama kalinya bagi Asep  mendaki ke gunung tersebut. Sementara Dayat dan Agus sudah beberapa kali ikut ke Gunung  bersama tim perbaikan pipa.

Pukul enam pagi mereka mulai berangkat dengan bekal dan peralatan yang sudah disiapkan.  Diawal perjalanan semua terasa biasa saja. Apa lagi bagi mereka yang sudah sering bolak-balik di Gunung tersebut. Pukul sepuluh Asep dan rombongan beristirahat disebuah saung tempat istirahat yang biasa mereka gunakan saat naik ke gunung tersebut.

“Sep, kamana?” Kata Agus
“Kiih heula”. Asep pun berlalu untuk pipis.  (pipis dulu)

Setelah selesai makan dan beristirahat, perjalananpun berlanjut. Dan mulai saat itulah Asep mengalami beberapa kejadian yang aneh.

(grok, grok)
“Gus, Kedengeran nggak kayak ada suara babi?” Kata asep
“Ah, nggak. Angin kali” Agus sama sekali tidak mendengar apapun. Bahkan yang lain juga sama. Namun ditelinga asep suara babi itu terdegar begitu keras seolah-olah ada babi hutan yang begitu dekat dengannya.

Asep begitu gelisah. Pundaknya terasa berat. Ia berusaha untuk tidak menghiraukan apapun dan terus berjalan. Sudah lebih dari setengah perjalanan menuju titik tempat gunung terbakar. , dibawah panasnya terik matahari Asep merasa tidak kuat, tubuhnya berkeringat begitu banyak. Nafasnya ngos-ngosan.

“Mang, Berhenti dulu lah sebentar. Capek banget.” Asep bilang ke Mang Dani selaku ketua tim.
Mang Dani pun mengiyakan karena perjalan saat itu memang cukup melelahkan. Asep bersandar dibawah sebuah pohon. Entah pohon apa namanya namun cukup rindang dan teduh.

“shhhh, shhhh” Asep mendengar suara yang mendesis tapi ia tidak menghiraukannya. Didalam hatinya istighfar berkali-kali, membaca falaq-minnas.  Suara itu makin terdengar jelas, dari arah atas kepalanya. Karena merasa penasaran, dia menoleh ke atas. Kemudian dalam pandangannya tampak sesosok wajah yang menyerupai dirinya sedang menyeringai sinis berada tepat didepan wajahnya. Asep kaget dan berteriak. “Astaghfirulloh, astaghfirulloh, nyingkah, nyingkah. (pergi, pergi)”  Ia tersungkur dan terkapar di tanah. Dia merasa bahwa ada yang menariknya ke tempat yang gelap. Setelah itu dia merasa tidak dapat bersuara. Tubuhnya seolah terhimpit tidak dapat bergerak, ia merasa tidak berdaya dan tidak mampu berbuat apa-apa lagi. Yang ia rasakan hanya gelap, pengap, terhimpit dengan tubuh lemas terkulai.
***
 
“Astaghfirulloh, astaghfirulloh, nyingkah, nyingkah. (pergi, pergi)” 

Semua orang kaget, “Kenapa sep?”. Asep berguling-guling ditanah. Mang Dani dan Mang Oim memeganginya “Istighfar sep istighfar, babacaan”

Kemudian Asep mengluarkan suara seperti suara Babi. Tenaganya begitu kuat hampir saja mang Dani dan Mang Oim terhempas. Asep berkata sambil berusaha melepaskan diri dari tangan kedua bapak bertubuh kekar itu 

“Nyingkah sia ti wilayah aing, Ieu budak dek dibawa ku aing .grok, grok, Anak aing ngadat hayang ka budak ieu. Indit maraneh kabeh. Aing Si Nunggal Raja Bagong nu ngabogaan ieu Gunung Gede”Sambil menepuk-nepuk dadanya. 
(Pergi kalian semua dari wilayahku. Anak ini akan aku bawa. Anakku merengek ingin memiliki anak ini. Aku Si Nunggal Raja Babi pemilik Gunung Gede).

Tubuhnya tidak mau diam dan terus berusaha melepaskan diri. Beruntung di antara mereka ada Kang Damas yang dapat mengatasi orang kesurupan. Diusap wajah Asep kemudian mahluk itupun pergi dari tubuh Asep. Asep begitu lemas, kemudian ia muntah. 

Karena kejadian itu Mang Oim dan Agus bergegas membawa Asep pulang sementara yang lain melanjutkan perjalanan untuk menyelesaikan tugas.

Pulanglah Asep ke rumahnya. Ibunya (nenek saya) mendengar cerita mengenai apa saja yang terjadi pada Asep selama di gunung dari Agus. Sementara Asep tertidur pulas di kamarnya.  

Keesokan harinya Asep demam. Suhu tubuhnya panas dan menggigil. Ibunya lalu bergegas membawa Asep ke Puskesmas, kemudian pihak puskesmas merujuknya untuk dirawat di rumah sakit. Menurut keterangan dokter Asep terkena tipes. Asep dirawat selama dua minggu, namun tak kunjung ada perubahan. Karena dulu belum ada BPJS, Akhirnya asep dibawa pulang oleh nenek karena tidak sanggup lagi membayar biaya perawatan.  Asep pun dirawat dirumah. Asep sakit selama tujuh bulan lebih. Banyak biaya sudah dikeluarkan, sudah berobat kesana kemari tapi keadaan Asep tetap saja begitu. Tubuhnya semakin kurus dan tidak berdaya. Hingga suatu hari ada seseorang yang memberitahu nenek bahwa disuatu tempat didaerah Kadungora, ada seseorang yang mungkin bisa menyembuhkan Asep. Dia bukan dokter. Sebut saja “orang bisa”.  

Apa salahnya mencoba. Nenek saya mengajak Asep dan ayah saya pergi ke rumah si “orang bisa”. Ayah saya menggendong Asep karena Asep sudah tidak mampu lagi berjalan. Sesampainya disana, dia bilang bahwa apa yang Asep alami bukan masalah medis atau kesehatan. Tapi ada mahluk lain yang berada disamping Asep.  Mahluk itu jelmaan Babi Betina.

Tanpa ditanya Asep kemudian bilang bahwa waktu itu saat ke gunung  ia pipis dibawah pohon, kemudian ia melihat babi hutan dengan mata merah menyala dihadapannya. Lalu babi itu pergi. Setelah itu ia mengalami hal-hal aneh, kemudian sakit hingga sekarang.

Lalu si ‘Orang bisa’ memberikan seekor ayam pada nenek saya. Dia menyuruh nenek untuk melepaskan ayam tersebut sesaat setelah sampai dirumah kemudian menyuruh nenek untuk membaca doa yang tertullis dalam secarik  kertas.  Pulanglah ayah, nenek dan Asep kemudian melakukan apa yang di perintahkan si ‘orang bisa’.

Beberapa hari pun berlalu, Asep mulai mengalami perubahan. Tubuhnya yang setiap hari hanya terkapar di kasur sudah mulai bisa berdiri dan berjalan. Asep sudah bisa mengambil minum sendiri, bahkan pergi ke kamar mandi sendiri. Kami semua bahagia. Asep kembali pulih seperti dulu. Dan dapat mengikuti ujian Nasional di SMA nya,, karena saat itu bertepatan dengan akhir semester kelas XII SMA.
 
Quote:



Diubah oleh nitadanie 27-09-2019 14:03
ceuhettyAvatar border
sebelahblogAvatar border
zafinsyurgaAvatar border
zafinsyurga dan 7 lainnya memberi reputasi
8
2.2K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.