Inspirasi dan Dedikasi yang tak Kenal Mati dari BJ Habibie

Beranda

...

The Lounge
Inspirasi dan Dedikasi yang tak Kenal Mati dari BJ Habibie

risdongklow

25-09-2019 09:47

Inspirasi dan Dedikasi yang tak Kenal Mati dari BJ Habibie

Tidak pernah ada kehilangan yang baik-baik saja. Kiranya begitulah kata yang sepantasnya disematkan ketika negeri ini kehilangan salah satu anak bangsa kebanggaannya. Eyang BJ Habibie, dalam usianya yang sudah tidak lagi muda namun memiliki semangat yang tak kalah membara dengan anak muda dalam membangun bangsa.

Dalam usianya yang sudah menginjak 83 tahun, eyang akhirnya tutup usia namun karya dan prestasinya akan menjadi cerita abadi dalam kitab sejarah yang dimiliki bangsa ini. Jujur, saya sendiri adalah pengagum berat eyang sejak kecil. Selalu bangga dan merinding ketika mendengar guru-guru saya di sekolah bercerita tentang kecemerlangan pemikiran beliau. dan berharap suatu hari nanti bisa menjadi orang

Seperti beliau.
Decak kagum sudah tak terhitung berapa kali terlontar ketika mendengar beliau menjadi salah satu orang yang berhasil menciptakan pesawat terbang, hal yang tentunya tidak sembarang orang bisa lakukan jika tidak dibekali dengan ketekunan dan kerja keras yang sungguh-sungguh.

Dalam sebuah sesi wawancara beliau pernah berkata,”Yang penting dalam kehidupan saya adalah bagaimana saya bisa membantu supaya generasi penerus ini lebih baik dari saya. Sehingga ketika saya menutup mata untuk selamanya di dunia, saya masih bisa tersenyum melihat generasi yang lebih baik.” Sungguh kalimat yang bermakna sangat dalam dan menggambarkan bagaimana kecintaan beliau terhadap negeri ini.

Hal lain yang juga menginspirasi saya dan dapat kita teladani bersama adalah kerendahan hati eyang yang sungguh tidak pernah membeda-bedakan teman. Beliau, ketika masih berkuliah di jerman tak pernah segan untuk duduk dan berbincang dengan petugas kebersihan yang ada di kampusnya. Saling bertukar pikiran dan pandangan agaknya dapat meringankan beliau dalam menjalani hari-harinya di Jerman.

Terlepas dari segala prestasi yang telah dirai oleh eyang tentu kita tidak dapat mengesampingkan perjuangan keras beliau. Ketika acara peluncuran bukunya yang berjudul The True Life of B.J. Habibie, eyang berkata bahwa dalam sehari eyang hanya tidur selama empat jam sedangkan sisanya ia habiskan untuk merayapi lingkungan sekitar dan bertanya-tanya, ketika beliau tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan beliau akan melampiaskannya dengan menangis. Kecewa.

Tidak hanya sampai disitu kecemerlangan yang dimiliki oleh eyang sebab ketika ia mengutarakan keinginannya untuk suatu hari bisa membangun sebuah industri Dirgantara dan membawa Indonesia ikut bersaing dengan negara-negara lain ia justru mendapatkan cemoohan dan menjadi bahan tertawaan teman-temannya.

Namun tekad dan semangat beliau yang sudah terlanjur kokoh membawa beliau tetap berdiri tegak dan berjalan di atas keyakinannya bahwa suatu hari nanti ia akan berhasil memberikan sumbangsih nyata kepada negara yang sangat dicintainya.

Tekad yang kuat itu kemudian mendapatkan dukungan penuh dari perempuan yang sangat dicintai oleh eyang, siapa lagi kalau bukan Hasri Ainun Besari atau yang akrab disapa Ainun Habibie, istri beliau. Kecintaan eyang kepada Ainun sudah tidak perlu diragukan lagi terbukti dengan keberhasilan eyang dan Ainun menjalani hubungan keluarga lebih dari empat puluh tahun sebelum Ainun meninggal dunia karena Kanker Ovarium pada tahun 2010 lalu eyang pun dengan ikhlas menyusul pada tahun ini,

“Dulu ketika muda, beranjak dewasa dan mulai sakit, saya takut mati. Karena kalau saya mati, siapa yang nanti menjaga Ainun? Kalau sekarang tidak (takut mati), karena saya tahu saya akan bertemu dengan Ainun.”

-Bj Habibie

[center]Selamat jalan, eyang. Ceritamu akan tetap abadi dan senantiasa menginspirasi kami anak-anak muda negeri ini untuk meneruskan perjuangan tanpa lelahmu membangun negeri emoticon-Turut Berduka