diazhollicAvatar border
TS
diazhollic
Teror Malam Sang Penunggu Gunung Putri


Aku melirik jam tangan Swiss Army di tangan sebelah kanan untuk memastikan bahwa waktu untuk berkumpul memang sudah sesuai. Matahari sedikit terhalang sang awan seolah enggan memperlihatkan cahayanya di siang ini. Aku berharap cuaca hari ini tidak mendadak berubah seperti sikap si dia hehehe.

Sore ini Aku, Yogi, Restu, dan Lely sedang menunggu rombongan lain yang akan pergi ke Gunung Putri Lembang untuk camping. Kami menunggu di dekat parkiran ITB supaya mudah dituju dari arah manapun. Dan nantinya kita akan mengambil jalur melalui Dago - Punclut - Lembang.

Setelah menunggu hampir 10 menitan akhirnya rombongan Endah, Nia, Aby, dan Tary datang dengan menggunakan dua motor matic berboncengan ditambah tumpukan ransel di depan dan belakang mereka. Sambil cengengesan mereka mendekati, "Hehehe maaf ya kang Diaz, tadi nungguin dulu Nia tuh di kostan nya lama banget " celetuk Aby.

Nia otomatis mencubit tangan Aby sambil manyun. "Udah udah tar keburu sore lagi ke Gunung Putri nya, mending cabut sekarang" timpal aku menengahi. Akhirnya kami berangkat dengan empat motor berboncengan menuju Lembang melalui jalur Punclut. Sengaja arah arah yang kami ambil dengan harapan kami tidak terjebak macet nya Bandung apalagi Lembang yang di akhir pekan sudah seperti Jakarta aja macetnya.

Satu jam lebih waktu yang kami tempuh menuju lokasi camping kali ini, dengan sebelumnya membeli beberapa cadangan cemilan dan air minum untuk persiapan menghabiskan malam minggu nanti di tengah hutan pinus yang dingin. Sekitar pukul setengah lima sore kami sampai di lokasi parkiran dibawah pos pintu masuk ke Gunung Putri. Kami berkumpul terlebih dahulu sambil membahas rute yang akan diambil.

"Guys untuk jalur pendakian ke atas ada dua jalur yang bisa kita tempuh. Kesatu langsung masuk dengan jalur pos masuk diatas kita, tetapi dengan sudut elevasi nya lumayan nanjak. Atau melalui jalur leuweung kunti yang bisa ditembus memakai motor juga alias motor bisa dibawa ke tempat camping, tapiiii... untuk jam segini aku saranin mending jangan lewat jalur itu" sambil menghela nafas aku selesaikan penjelasan.

"Emang kenapa kang klo lewat kadinya?" tanya Yogi. Yang lain pun saling memandang heran. Hanya Endah yang terlihat tenang tak memperlihatkan kebingungan nya seperti yang lain. "Sudah nanti saya jelasin diatas klo sudah sampai ok" jawab ku sambil mulai memasuki pos jaga. Setelah membayar tiket masuk kami pun memulai pendakian di sore ini dengan harapan kami bisa sampai ke lokasi sebelum gelap tiba.

Gunung Putri ini memang tidak setinggi gunung gunung yang ada di Bandung lainnya seperti Gunung Burangrang, Gunung Puntang, Gunung Artapela, atau Gunung Manglayang. Ketinggian Gunung Putri ini hanya mencapai 1923 mdpl tetapi dengan sudut elevasi yang mencapai 45 derajat cukup membuat para pendaki apalagi pemula kerepotan. Dengan ransel besar dipunggung dan beberapa bawaan ditangan membuat mereka akan berhenti beberapa kali.

Kami terpecah menjadi beberapa kelompok kecil ketika mulai memasuki lahan yang datar, ada beberapa orang yang masih berdiri mengatur nafas yang tersengal sambil memegangi perut mereka. Aku, Nia, dan Restu sudah mulai memasuki area datar yang terlihat sudah banyak tenda yang dibangun. Endah, Aby berada di tengah masih mendaki, sedangkan Tary, Lely ditemani Yogi paling terakhir berjarak 20 meter dibawahnya.

Kami memilih area camping lebih ke dalam dengan harapan belum terlalu banyak tenda yang dibangun disana. Sebelum adzan Magrib tiba kami sudah selesai membangun dua tenda berukuran sedang yang cukup untuk 5-6 orang didalamnya. Kami pun membagi tugas masing masing. Yogi, Restu mencari kayu dan ranting untuk api unggun, Aku dan Aby mengambil air untuk persediaan keperluan. Sengaja aku memilih mengambil air, biar sekalian aku wudlu untuk Sholat Magrib yang nanti di jamak dengan Isya biar gak harus bolak balik mengambil air.

Kami (Aku dan Aby) berjalan menuju arah barat seiring cahaya matahari sudah mulai menguning dan meredup. Terlihat tempat penampungan air berwarna oranye disamping kamar mandi sudah dekat. Aku suruh Aby mengisi air duluan, sedangkan aku mengambil wudlu. Ketika air di kran mulai mengalir tiba-tiba bulu di belakang leher ini terasa berdiri, ada hawa kurang enak yang aku rasakan dibelakang. Secara refleks aku menengok, sekilas ada bayangan hitam bergerak menjauhi sudut mata.

"Astagfirullah" ucapku pelan. Aku lihat di samping Aby sudah selesai membereskan tempat air yang tadi diisi. Aku langsung mengajak Aby kembali ke lokasi tenda tanpa memberitahukan apa yang barusan terjadi. Sesampainya di tenda aku langsung mengambil sajadah yang sudah dipersiapkan dan memilih tempat yang agak sepi menjauh dari anak anak yang sedang bersenda gurau di sisi api unggun.

Selesai sholat Magrib aku berdzikir sesaat mencoba menenangkan hati yang sedikit kaget dengan kejadian ketika wudlu tadi. "Kang, ini nasi liwet udah mateng" teriak Lely membuyarkan dzikirku. Tanpa menjawab aku langsung menghampiri mereka yang sedang asik bercengkrama sambil menikmati nasi liwet yang terlihat masih mengeluarkan kepulan uap panas.

Dan kami pun beramai ramai mengisi perut yang sudah dari sore hari belum terisi dengan nasi liwet yang dibuat oleh Endah, Tary, dan Yogi. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 7 malam ketika kami selesai makan. Sambil duduk di hammock yang diikatkan di pohon pinus, Aby, Yogi, dan Restu membakar rokok mereka sambil berayun-ayun.

"Eh kang Diaz, tadi katanya mau jelasin kenapa kita gak boleh lewat jalur leuweung kunti" celetuk Nia yang membuat semua memandang langsung ke arahku. "Hadeuhh" jawabku sambil menepuk jidat ini dengan tangan. Tadinya aku gak mau bahas masalah pemilihan jalur leuweung kunti apalagi dengan ada kejadian "aneh" saat aku wudlu tadi.

Aku menghela nafas sejenak, terasa sangat berat bibir ini untuk mulai membuka pembicaraan. Aku melihat ke sekeliling, wajah wajah penuh penasaran seolah terus memojokkan aku untuk menyerah menceritakan sebuah cerita yang sangat enggan aku ceritakan dengan kondisi seperti saat ini.

"Jadi ceritanya leuweung kunti ini jalur paling gampang untuk ditempuh jika ingin sampai disini, cuman.. namanya juga LEUWEUNG KUNTI daerah itu konon adalah kerajaan nya mahkluk halus yang didominasi oleh kunti atau kuntilanak" kata ku dengan suara bergetar. Mereka tampak kaget dan saling mendekat satu sama lainnya.

"Siapa saja yang masuk melewati jalur itu apalagi dengan kondisi sudah mulai gelap, ya sudah dipastikan akan bertemu dan diganggu oleh para mahluk halus tersebut. Makanya tadi sengaja ambil jalur nanjak tapi lebih aman gak ada halangan dari yang begituan" jelas aku lagi.

Suasana pun hening, ribuan pertanyaan yang ada dibenak mereka seakan belum terjawab dengan penjelasan aku tadi. Aku beralih mengambil secangkir kopi yang sudah mulai dingin tertiup hawa malam yang terasa dingin menembus tulang. Sambil menggeser duduk Endah di hammock didepan api unggun, aku berbisik. " Nanti anak-anak cewek jangan sampai terlalu ribut kalo ada yang "aneh" pas malam yah". Endah mengangguk tanpa bertanya, karena mungkin dia sudah mengerti dan sudah lumayan sering camping di Gunung Putri ini juga.

Api unggun mulai mengecil, dan aku lihat beberapa orang sudah mulai berhitung dengan menguap beberapa kali. Di sekitar tenda kami, ada sekitar 4 tenda yang sama bercamping di Gunung Putri juga tetapi belum sempat untuk berkenalan. Tiupan angin yang mulai kencang mau tak mau memaksa aku untuk pamitan masuk ke tenda duluan. Diikuti dengan Restu yang sambil asyik menelpon Selvia pacarnya tanpa mempedulikan orang orang disekitarnya.

Setelah memakai sleeping bag yang lumayan membuat hangat tubuh ini, aku membuka beberapa pesan whatsapp dan notifikasi Instagram yang sejak sore hari belum sempat aku buka. Tak terasa lambat laun mata ini mulai tertutup. Entah berapa lama aku tertidur, tiba-tiba saja kesadaran ku pulih ketika terdengar jeritan anak-anak cewek di tenda sebelah. Aku bergegas keluar tenda dan menemukan mereka (cewek-cewek) sudah berada diluar tenda dengan wajah yang pucat.

Sambil menangis Tary berbicara "Kang ta..ta..tadi ada suara perempuan tertawa dipinggir tenda kita". "I..i..iya kang, suaranya jelas banget kaya di samping telinga kau pisan hiiiyyyy" tambah Lely. Yogi terlihat keluar dari tenda sambil membawa senter. Aku yang penasaran mengajak Yogi untuk memeriksa di sekeliling tenda perempuan. Tak ada apapun di samping bahkan di sekeliling tenda.

Aku menghela nafas panjang, hal ini yang tadi aku takutkan terjadi. Keisengan mahluk halus yang ada disini seolah terpancing dengan kehadiran kita yang bercamping di Gunung Putri. Tadinya aku berfikir ini hanya sementara saja atau perkenalan tuan rumah kepada kita yang numpang tidur di wilayah mereka.

Satu jam setelah kekacauan tadi perlahan hawa kantuk pun kembali menyeruak. Kami yang sedari tadi hanya berkumpul di hangatnya api unggun yang masih menyala yang memantulkan cahaya kuning di wajah wajah penuh lelah ini mulai beranjak menuju tenda kembali.

Prediksi aku ternyata meleset baru saja beberapa menit kami masuk ke tenda, diluar terdengar suara tertawa perempuan yang jelas jelas terdengar oleh kami berempat. Suara yang bikin bergidik jika para pembaca bisa langsung mendengarnya, tawa yang sedikit tertahan suara dihidung seperti pelan tetapi cukup jelas di telinga.

Yogi, Restu langsung berlari keluar sambil mengambil lampu senter untuk memeriksa keadaan diluar. Aku dan Aby pun menyusul keluar. Tapi diluar dugaan, tepat 30 meter di depan kami berdiri, terlihat sosok putih yang samar terlihat diantara cahaya bulan yang temaram.

Sontak kami pun mengucap istighfar bersamaan. Restu mencoba menyorot sosok putih tadi dengan lampu senternya, tetapi hanya sepersekian detik sosok putih itu sudah tidak terlihat. Yang ada hanya suara tawa seperti menertawakan kebodohan kami yang celingukan mencari sumber suara. Dan yang anehnya para cewek dan orang orang yang ada di tenda di sekitar tak nampak satu pun yang keluar. Entah memang tidak ada yang mendengar atau mereka enggan keluar karena takut.

Entahlah aku berpikir ini sudah seperti di film film horor Indonesia banget, dan yang aku takutkan bakalan ada teror teror lainnya malam ini. "Gimana ini kang? Jadi gak tenang campingnya juga" celetuk Aby menyadarkan ku kembali. "Terpaksa kita harus jaga takutnya..." belum juga aku selesai berkata Yogi menunjuk ke sebelah kanan tenda para cewek sambil berseru "Pocoooong..!!".

"Kamprett...!!!" aku memaki sambil mengambil sepotong kayu yang sudah sebagian terbakar di api unggun tadi sambil berlari menuju pocong yang muncul tadi. Aku coba memukul bayangan putih seperti pocong dengan kayu yang masih menyala dengan api. Wushhhh..hanya ada suara sabetan kayu menghantam angin diiringi beterbangannya bunga api yang keluar dari bara kayu yang terkena angin.

Mataku memandang sekeliling untuk mencari mahluk pocong tadi. Bukan nya aku punya ilmu atau tidak takut menghadapi mahluk mahluk halus yang tadi muncul, tetapi aku sudah terlanjur lelah ingin beristirahat tetapi malah mendapatkan gangguan mahluk mahluk tadi. Aku mengajak Yogi untuk mencari pocong tadi, siapa tahu masih disekitaran tenda kami.

Dan dugaan ku tepat, beberapa meter dari tenda yang kami tempati terlihat pocong itu muncul disela sela pohon pinus besar. Aku berlari dengan masih membawa kayu yang menyala diikuti Yogi yang juga membawa sebatang kayu kering. Persis seperti di film ketika kami sudah hampir dekat pocong itu menghilang dan muncul lagi 50 meter didepan kami. Terus menerus hingga akhirnya aku menghentikan langkah didepan sebuah bangunan yang samar terlihat seperti benteng jaman dahulu.

Aku menahan pundak Yogi yang akan melangkah mendekat ke benteng tersebut. " Gi, udah gak bakalan bener klo kita masuk kesitu mah. Ini kaya jebakan betmen" aku menghalangi niat Yogi yang terlihat penasaran. "Bener juga kang, hampir aja kebawa emosi hehehe" jawab Yogi sambil tertawa.

Kami bergegas meninggalkan benteng tersebut yang ternyata lumayan jauh dari tempat kami berkumpul. Rasa penasaran sebenarnya masih tersimpan dibenak ini. Sambil berjalan aku mencoba menoleh ke belakang, dan betapa kagetnya aku melihat sesosok bayangan tinggi hitam berdiri diatas tembok benteng yang samar tersinari cahaya rembulan.

"Mampusss..!!!" makian dalam hati sambil mempercepat langkah kaki menjadi setengah berlari. Setibanya di lokasi camping aku lihat Aby dan Restu sedang memasak mie instan sambil menyeduh kopi. "Kumaha kang? Kekejar pocong nya?" tanya mereka serempak. "Boro-boro malah kita hampir kepancing masuk ke benteng" jawab Yogi sambil mengambil secangkir kopi yang sudah tersedia.

Jam ditangan kanan sudah menunjukkan pukul 03.10 dan samar samar terdengar suara adzan awal dikejauhan. Aku mengambil handphone dari dalam tenda dan duduk diatas hammock sambil browsing tentang benteng yang tadi aku lihat. Ternyata benteng ini dibangun Belanda antara tahun 1913-1917, tepat pada masa Perang Dunia pertama. Jadi sudah hampir 100 tahun lebih usia benteng yang ada di Gunung Putri ini.

"Mau begadang aja ini teh?" aku bertanya ke mereka bertiga. "Iya kang tanggung sebentar lagi juga terang, mau sekalian hunting sunrise aja" jawab Restu. " Ya udah atuh akang tidur sebentar, nanti bangunin kalo mau nyunrise mah" aku menimpali. Mereka menganggukkan kepala dan memberi tanda jempol sebagai persetujuan.

Akhirnya mata ini pun tak kuasa melawan rasa kantuk yang sudah seperti kontainer menindih kelopak mata. Dan perlahan semuanya menjadi gelap. Aku tersadar ketika tercium harum aroma seduhan kopi menyeruak menghampiri tenda. Aku bergerak keluar dengan mencari air minum untuk membasahi tenggorokan yang serasa kering seperti kemarau yang panjang.

Alangkah kagetnya ketika aku keluar dari tenda yang aku dapati bukan tempat dimana semalam kami berkumpul. Tetapi ini adalah tempat terakhir aku mengejar mahluk halus semalam. Yupp ini adalah BENTENG BELANDA..!!!


To Be Continue
Diubah oleh diazhollic 24-09-2019 17:33
ningkaAvatar border
zafinsyurgaAvatar border
mhdskrAvatar border
mhdskr dan 6 lainnya memberi reputasi
7
906
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.9KThread82.8KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.