Demo mahasiswa di depan DPRD Kota Malang diwarnai kericuhan. Peserta aksi melempar batu, sepatu, air mineral dan barang-barang lain ke arah aparat kepolisian.
Aksi anarkis berawal ketika mahasiswa gabungan itu memilih untuk bertahan dan memaksa masuk ke dalam gedung DPRD sekitar pukul 12.50 WIB. Mereka gabungan dari dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang menamakan Aliansi Rakyat Untuk Demokrasi (ARD) dan Front Rakyat Melawan Oligarki serta Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Sebelum ricuh, perwakilan mahasiswa sudah diterima pimpinan DPRD untuk menyampaikan aspirasinya. Aparat keamanan kemudian mengimbau massa agar tak mendesak masuk gedung dewan. Namun imbauan itu tak diindahkan mahasiswa.
Bersamaan dengan lemparan botol, batu, sepatu dan barang-barang lainnya, mahasiswa yang berada depan pagar merangsek masuk. Pagar yang tadinya menyekat mahasiswa dengan aparat keamanan akhirnya jebol.
Water canon terpaksa diletupkan untuk membuyarkan aksi anarkis mahasiswa. Massa yang berada di belakang, berlarian menjauh dari lokasi aksi.
Barikade dibuat aparat kepolisian setelah sebagian pagar dewan jebol. Tak lama berselang, situasi berhasil dikendalikan dan massa yang demo tetap bertahan.
Lemparan batu diduga berasal dari kerumunan massa dan menyasar sejumlah orang yang berada di halaman gedung dewan. Di antaranya beberapa awak media yang tengah meliput jalannya aksi.
Imbauan diberikan Kapolres Malang Kota AKBP Dony Alexander melalui pengeras suara. Mahasiswa diminta tidak bertindak anarkis.
"Tolong jangan melakukan kegiatan seperti ini. Mohon jaga kondusivitas Kota Malang. Sampaikan aksi secara santun, jangan anarkis," ujar Dony, Selasa (24/9/2019).
Dony terus berupaya mendinginkan situasi dengan meminta mahasiswa bisa meredam emosinya. Mahasiswa seakan tak mendengar imbauan aparat kepolisian. Mereka justru meneriakkan 'DPR bodoh' secara terus menerus. Hingga berita ini ditulis, situasi berhasil dikendalikan aparat kepolisian
SUMBER