Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • Japan
  • Kesadaran Orang Jepang Membuang Sampah pada Tempatnya sangat Tinggi

babygani86Avatar border
TS
babygani86
Kesadaran Orang Jepang Membuang Sampah pada Tempatnya sangat Tinggi
Kebanyakan orang asing yang datang untuk pertama kali ke Jepang kaget dengan kebersihan kota-kota di Jepang. Bahkan kota-kota yang berpenduduk padat seperti Tokyo dan Osaka, kebersihannya tetap terjaga baik.

Setiap kota punya aturan tersendiri tentang jadwal pembuangan sampah rumah tangga. Namun demikian, pada umumnya peraturannya relative sama. Sampah rumah tangga dipisahkan ke dalam empat kategori berbeda. Setiap kategori atau jenis sampah dikumpulkan atau diambil oleh petugas pengumpul sampah pada hari atau tanggal yang berbeda.

Pada minggu-minggu pertama, orang asing yang tinggal di Jepang sering dipusingkan dengan urusan pemisahan dan jadwal membuang sampah. Sampah yang dibuang tidak sesuai jadwal, tidak akan diambil oleh petugas dan harus menunggu diambil pada minggu berikutnya.

Kesadaran Orang Jepang Membuang Sampah pada Tempatnya sangat Tinggi

Jika kita ketahuan salah membuang sampah tidak sesuai jadwal, selain sampah tidak diambil, kita harus siap-siap mendapatkan omelan atau peringatan dari petugas pengumpul sampah. Jika ketahuan salah membuang sampah, siap-siap mendapat stiker merah di plastic sampah kita. Orang Jepang merasa malu jika hal tersebut terjadi pada mereka.


Quote:



Pembaca koran, majalah, dan komik manga di Jepang masih relatif banyak. Selain koran dan majalah. Ada juga brosur-brosur yang sering dikirim dan diselipkan di koran atau dimasukkan ke kotak surat. Misalnya, brosur tentang promo rumah, tempat kursus, katalog pakaian dan alat-alat keperluan rumah tangga.

Untuk sampah koran, majalah, buku, dan brosur, disarankan untuk diikat dengan tali sehingga tidak berserakan. Kita tidak boleh membuangnya begitu saja di tempat sampah. Buku, koran, majalah, dan kardus biasanya dikumpulkan sekali atau dua kali sebulan.

Pakaian bekas yang sudah tidak layak pakai bisa didaur ulang. Pakaian tersebut disarankan dimasukkan ke dalam kantong plastik tembus pandang sehingga petugas mudah melihat isinya. Plastik kemudian ditempatkan di luar pada hari yang sama ketika kertas, karton, buku, majalah, dan sejenisnya dikumpulkan. Kantong sampah yang dijual di supermarket diklasifikasikan berdasarkan warna. Setiap kota memiliki warna yang berbeda.

Jadwal pengumpulan sampah, area pengumpulan, dan aturan pengumpulan biasanya ditempel pada tempat pembuangan sampah. Selain itu, panduan pembuangan sampah pun dikirim ke rumah-rumah atau apartemen. Salah satu tempelan wajib di kulkas adalah jadwal dan jenis sampah yang dibuang.

Waktu pengumpulan sampah bervariasi, tetapi biasanya antara pukul 08.00-10.00. Agar tidak ketinggalan diangkut petugas, kita harus membuang sampah sebelum waktu yang dijadwalkan.

Kesadaran Orang Jepang Membuang Sampah pada Tempatnya sangat Tinggi

Pemerintah Jepang mengenakan biaya untuk membuang barang-barang elektronik dan furnitur yang mempunyai ukuran relative besar seperti AC, kulkas, mesin cuci, TV, kasur, mobil, dan sebagainya. Sampah yang ukurannya melebihi 50 cm disebut "sampah extra besar”. Secara umum, semakin besar ukuran barang semakin tinggi biayanya. Biasanya untuk barang—barang semacam TV dikenakan biaya 500 Yen (Rp63.000-an).

Tidak ada jadwal untuk membuang sampah ukuran besar ini. Sebelum membuangnya, kita harus mengajukan permohonan membuang sampah besar dengan menelepon langsung ke pihak pengelola sampah daerah setempat. Kemudian, kita harus membayar sesuai jumlah dan besar sampah tersebut melalui convenience store atau semacam mini market.

Kita juga diharuskan menempelkan stiker pada barang yang dibuang untuk membuktikan bahwa kita telah membayar pelepasannya. Waktu pengangkutan barang bisa disepakai bersama antara pembuang dan pengumpul sampah.

Untuk menghindari kewajiban membayar sampah yang akan dibuang. orang Jepang atau orang asing termasuk orang Indonesia memberikan atau menjual barang tersebut ke toko risaikuru. Cara lain yang saling menguntungkan adalah dengan menghibahkan barang tersebut pada teman, saudara atau siapa saja yang membutuhkan.

Bersih-bersih akhir tahun Risaikuru (recycle), second hand atau yang kita kenal dengan barang loak, cukup banyak dijual di Jepang. Tempat yang menjual barang-barang bekas pakai, tidak hanya di toku-toko loak tetapi juga di tempat—tempat bazar.

Akhir tahun merupakan saat yang paling banyak dimanfaatkan untuk bersih-bersih rumah atau osouji. Rumah dibersihkan menyeluruh dari debu dan barang-barang yang tidak manfaat disingkirkan.

Kesadaran Orang Jepang Membuang Sampah pada Tempatnya sangat Tinggi

Umumnya mereka mengganti barang-harang perabot rumah tangga walaupun masih bisa dipakai. Mereka “membuang" barang karena sudah bosan atau barang tersebut tidak up to date lagi. Daripada menumpuk barang di rumah dan tidak bermanfaat lebih baik dikeluarkan dari rumah.

Barang-barang ini biasanya disingkirkan menjelang tahun baru. Jika furnitur tidak dibuang, biasanya orang Jepang mengubah tatanan rumah pada akhir tahun sehingga pada awal tahun baru semua serba baru termasuk suasana rumah.

Barang-barang bekas yang masih layak digunakan seperti pakaian dan alat-alat keperluan rumah tangga biasanya tidak langsung di buang ke tempat sampah. Orang Jepang biasanya memberikan barang-barang tersebut ke toko-toko risuikuru atau menjualnya dengan harga yang sangat murah. Oleh teko risuikuru, barang-barang itu ada yang langsung dijual apa adanya atau diperbaiki sedikit agar masih bisa digunakan dengan baik.

Orang asing, termasuk orang Indonesia, banyak yang memanfaatkan barang-barang risuikuru. Jenis barangnya antara lain pakaian, tas. sepatu. alat-alat rumah tangga, buku, kamera, ponsel, dan barang-barang elektronik lainnya. Jenis toko risaikuru pun bermacam-macam. Ada yang hanya menjual khusus pakaian, tas dan sepatu. ada yang khusus menjual barang-barang elektronik.

Di Shinomiya misalnya, kita bisa menemukan toko loak “See You" dan “Second Street" yang menjual aneka mainan anak dengan harga murah. Sementara itu di took risaikuru “Nandemo” yang terletak di Nara, sesuai namanya, menjual apa saja (nandenm).

Kesadaran Orang Jepang Membuang Sampah pada Tempatnya sangat Tinggi

Selain barang-barang seken, “Nandemo” juga menjual makanan dan barang—barang keperluan rumah tangga dengan harga miring jika dibandingkan dengan harga di supermarket atau toko-toko besar. Perbedaan harga pada umumnya antara 10-100 (Rp 12.000-an). Umumnya yang dijual adalah barang-barang impor Tiongkok atau dari Indonesia seperti sabun batangan dan buku tulis.

Menjelang musim semi, dengan mudah dan murah kita menemukan pakaian bekas dan berbagai perlengkapan musim dingin di toko risaikuru atau bazar. Harga sweater atau jaket misalnya sekitar Y200—l.000 an (Rp30.000—130.000). Harga sepatu sama dengan jaket. Sedangkan tas tangan sekitar 50-1200 (Rp6.500— Rp153.000-an).

Barang-barang yang dijual tentunya masih cukup bagus dan layak pakai. Barang-barang yang sudah tidak layak pakai dibuang ke tempat sampah karena toko seken pun tidak berkenan menerimanya.

Ada semacam guyonan di antara orang Indonesia. “kalau mau cari orang Indonesia di Jepang. Datang saja ke toko-toko risaikuru atau bazar". Kita akan mudah menemukan orang—orang Indonesia, yang pada umumnya berstatus pelajar/mahasiswa ataupun keluarganya di sana.

Orang Indonesia di Jepang pada umumnya berprinsip jika ada barang bekas yang harganya jauh lebih murah dan kualitasnya masih bagus kenapa harus beli yang baru? Barang-barang bekas itu biasanya jika tidak dibawa pulang ke Indonesia atau dihibahkan, nantinya jadi sampah.

Mahasiswa yang telah selesai masa studinya dan akan segera kembali ke Indonesia berlomba—lomba menghibahkan barang kepada mahasiswa baru. Lungsuran ini menguntungkan kedua belah pihak.

Bagi yang melungsurkan barangnya, dia tidak perlu repot membuang barang ke gomi (tempat pembuangan sampah) dan membayar jasa pembuangan barang. Bagi si penerima, barang-barang yang dilungsurkan selama masih layak dan bisa digunakan merupakan “hadiah” tersendiri daripada harus beli yang baru dan harganya relatif mahal.

Yang menarik, ada lungsuran mobil. Mobil-mobil yang digunakan orang Indonesia di Jepang umumnya sudah kesekian kali dilungsurkan. Ada yang umurnya sudah lebih dari 30 tahun dengan kualitas yang masih baik.

Kesadaran Orang Jepang Membuang Sampah pada Tempatnya sangat Tinggi

Sayangnya tidak semua berminat. Bisa jadi karena mobil sudah terlalu tua, bisa pula belum punya SIM dan berpikir dua kali untuk memiliki mobil di Jepang karena mendapatkan SIM mobil di Jepang sangat sulit dan biayanya cukup mahal.

Yang kadang—kadang menjadi pertimbangan memiliki mobil di Jepang adalah asuransi kecelakaan lumayan mahal yaitu sekitar Rp6 juta per tahun. Selain itu ada juga yang berpendapat tidak harus memiliki mobil karena kendaraan umum di Jepang seperti bis dan kereta api nyaman dan jadwalnya dapat diandalkan atau jika naik sepeda pun nyaman dan aman. Hibah barang merupakan hal yang baik, yaitu memperpanjang manfaat pakai barang tersebut. Selain itu hibah menghibahkan barang pun dapat mempererat silaturrahim.

Ternyata tidak hanya pelajar Indonesia yang bermukim sementara di Jepang, di kalangan orang Jepang pun mereka melakukan hal yang sama. Hibah atau memberi barang lungsuran ini biasanya terjadi di antara teman dekat.

Hampir semua orang Jepang memahami pentingnya sampah untuk didaur ulang. Untuk pengelolaan sampah, di tiap daerah biasanya ada sukarelawan yang secara aktif memonitor pembuangan sampah rumah tangga. Mereka tidak sungkan berdialog dengan warga terutama para pendatang yang belum begitu menyadari tentang pentingnya mengelola sampah.

Orang Jepang bukannya merasa takut jika membuang sampah sembarangan. Mereka justru merasa malu. Rasa malu ini mengontrol mereka untuk menaati semua peraturan termasuk aturan dalam membuang sampah.

Jika kita naik kereta api atau berjalan-jalan di Jepang kita dapat menemukan orang yang makan permen atau snack menyimpan bungkusnya di tasnya atau kantung celana/rok. Hal itu dilakukan jika letak tempat sampah jauh dari jangkauan. Jika menemukan tempat sampah, barulah sampah tersebut dibuang pada tempatnya.

Di taman—taman dan trotoar kita juga dengan mudah menemui orang membawa atau menuntun anjing peliharaannya. Yang menarik, mereka akan membawa serta kantung untuk mengambil dan menyimpan kotoran anjing. Jalan-jalan pun bebas dari kotoran binatang yang menyebabkan kotor dan bau tak sedap.

Kesadaran Orang Jepang Membuang Sampah pada Tempatnya sangat Tinggi

Kesadaran orang Jepang membuang sampah pada tempatnya sangat tinggi. Anak-anak di Jepang sejak mereka masuk TK dibiasakan untuk membuang sampah pada tempatnya. Sehingga, hal tersebut menjadi suatu habit atau kebiasaan. Selain itu, anak-anak sekolah di Jepang biasa membersihkan dan mengepel kelasnya sendiri-sendiri. Jadi, penghargaan terhadap kebersihan sangat diutamakan.

Mari kita ajarkan dan biasakan anak—anak sedini mungkin membuang sampah pada tempatnya. Teladan dari orang tua dan guru di sekolah sangat berarti untuk membentuk kebiasaan para siswa menjaga kebersihan.


Spoiler for Referensi:


0
1.8K
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Japan
JapanKASKUS Official
1.3KThread659Anggota
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.