ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Mencari iblis


Ada sebuah rumor yang beredar dari mulut ke mulut. Di sebuah desa terpencil yang jauh dari jangkauan teknologi, terselimuti aura mistis yang berpusat pada gunung gelap yang tak berani dimasuki siapapun, di setiap tengah malam bulan purnama, iblis akan mencari mangsa.

Misteri, rumor dan takhayul. Akan selalu ada orang orang yang ingin mempermalukan hal tersebut. Entah karna kepuasan semata maupun dorongan kuat dari luar.

Seperti keempat orang yang mendatangi desa itu hari ini. empat bersaudara yang belum lama ini kehilangan ayah mereka dan memutuskan bersenang senang mencari iblis di gunung ini.

para domba datang dengan menutup mata, tirai terbuka dan panggung sudah siap sedia...

Saat malam menghampiri, keempat saudara itu memasuki gunung. Tatapan tatapan warga yang memandangi mereka sedari mereka tiba tak mereka pedulikan barang sedikitpun. Di dalam pikiran mereka, mereka tak percaya sedikitpun pada rumor itu.

Hanya berbekal senter di tangan, keempat saudara memulai perjalanan mereka. Tak ada yang tertarik pada misteri gunung ini, di dalam pikiran mereka hanya terngiang ngiang bunyi surat wasiat dari ayah mereka.

Quote:


Sang ayah tak menceritakan hal apapun selain itu. Hanya surat wasiat itulah yang mereka terima hingga saat ini. namun mereka terus berjalan, menembus gelapnya malam dengan bergandengan tangan.

para domba berjalan dengan gembira, tanpa menyadari ada iblis di tengah mereka...

Malam semakin larut dan suara suara aneh mulai bermunculan. Keempat saudara merapat dan berjalan lebih cepat.

Namun, kerjasama tidak akan membuahkan apapun. hanya ada satu pemenang dan yang lainnya harus menjadi mangsa bagi sang iblis.
Keempat saudara berpisah dan mencari sang iblis. Tanpa menyadari sang iblis sudah menemukan mereka.

Suara lengkingan pertama terdengar, tanda dimulainya jamuan makan sang iblis.

berpencarlah, berkumpullah, berdebatlah, curigalah

Mengikuti arah suara lengkingan ketiga bayangan tersebut berkumpul dan mendapati saudara keempat sudah kehilangan nyawa dengan sabit yang menancap di dadanya. Ketiga saudara yang lain panik dan menunjuk pada satu sama lain.

‘Tak ada yang namanya iblis, pembunuhnya adalah salah satu dari mereka berdua’ Itulah yang dipikirkan setiap saudara tersebut. Bau darah menghiasi perdebatan mereka yang seolah tidak ada ujungnya sambil diamati oleh sosok sang iblis.

para domba mulai mempertanyakan keaslian bulu mereka, sang iblis semakin menutup rapat taringnya

Tak lagi percaya pada yang lainnya, empat---bukan, tiga saudara menapaki jalannya masing masing. Tak ada yang berniat keluar gunung dan meminta tolong. Isi kepala mereka hanya dipenuhi warisan sang ayah yang dapat mereka terima jika berhasil menangkap iblisnya.

Namun sang iblis jauh di depan mereka, iblis pun mendapatkan mangsanya yang kedua. Saudara ketiga ditemukan tewas dengan paku paku di setiap lubang di kepalanya. Namun tak ada saudaranya yang peduli. Dua orang yang tersisa semakin mengerti apa yang sudah terjadi.

‘jika tak bisa menangkap iblis maka bunuh saja semua saingan. Itulah yang sudah dilakukan saudaraku ini’ itulah yang tengah mereka pikirkan. Seolah buta akan hubungan saudara, keduanya mulai merancang cara untuk menjadi satu satunya yang tersisa.

iblis pun tertawa. Cukup satu lagi, satu lagi...

Tak perlu malu, tak perlu takut. Bunuhlah dan kau akan mendapat harta yang tak ternilai harganya. Mereka berdua akhirnya menunjukkan taringnya masing masing. Setelah pergulatan penuh azab diantara kedua saudara, sang kakak tertua berdiri sebagai pemenangnya.

Dirinya tertawa, tertawa membayangkan seluruh harta yang akan jadi miliknya, namun tawanya berubah menjadi tawa ketakutan usai melihat sosok iblis yang sebenarnya muncul dari balik pepohonan.

“a..ayah”

Hari itu, iblis mendapatkan nyawa empat manusia pemuja harta. Gunung itupun kembali diselimuti warna darah seolah olah menambah daftar panjang dari sisi kelamnya.

***


Pak Bambang namanya. Seorang anak dari desa kecil yang bermimpi besar menjadi orang kaya. Tak terhitung usahanya dalam hidup demi mendapatkan segalanya. Rumah mewah, harta berlimpah dan istri yang cantik.

Namun dia tak memiliki anak yang mewarisi sifat kerja kerasnya.

Anak pertama merupakan seorang pezina. Dia meniduri semua wanita yang dia inginkan dan menutupi segala perbuatannya dengan uang ayahnya. Pak bambang mengetahui hal ini dan membatasi jumlah uang sakunya.

Tak ada uang untuk sekedar menyewa pramuria si anak pertama meniduri ibunya sendiri hingga ibunya frustasi dan bunuh diri. Si anak pertama tak pantas disebut manusia.

Anak kedua adalah seorang pejudi. Dia tak tau apa artinya nilai uang sehingga membuang semuanya layaknya kertas. Belajar dari kesalahannya sebelumnya pak bambang menutup mata pada tingkah si anak kedua.

Namun tingkahnya semakin menjadi jadi. Uang saku jutaannya tak lagi cukup untuk berjudi sehingga hutang hutangnya kian menumpuk dan akhirnya si anak kedua membawa kabur dokumen perusahaan ayahnya dan menjualnya pada perusahaan saingan, hanya demi permainan judi sepuluh menit. Si anak kedua pun tak pantas disebut manusia.

Anak ketiga adalah yang terburuk. Di depan ayahnya dia adalah anak yang baik dan penurut namun di belakang ayahnya dia adalah orang yang sudah memperkenalkan kakak kakaknya pada prostitusi dan judi. Si anak ketiga jugalah yang mendorong kakak kakaknya agar melakukan perbuatan perbuatan nista itu. Semuanya hanya demi satu hal, menyingkirkan mereka berdua dan mewarisi perusahaan. Dia lah yang paling tidak pantas disebut manusia.

Sedangkan si anak keempat adalah seorang preman, setiap hari kerjaannya hanya mabuk mabukan dan mengkonsumsi narkoba. Rehabilitasi yang diusahakan sang ayah pun seolah tiada gunanya. Sekarang dirinya hanya mayat hidup yang hidup dibawah naungan ayahnya.

‘akan jadi apa mereka jika mendapatkan semua uang yang aku punya?’ itulah yang dipikirkan pak bambang. Dalam tangisannya pak bambang sungguh mengutuk hidupnya karna memiliki anak anak durhaka yang bahkan tak peduli pada usianya yang semakin tua.

Akhirnya, pak bambang memalsukan kematiannya. Dia menyuruh keempat anaknya yang tidak menangis sedikitpun melainkan hanya berebut harta untuk mendaki gunung dan menangkap iblis.

Namun siapakah iblisnya? Si anak keempat dibunuh oleh anak ketiga yang sejak awal memutuskan untuk menyingkirkan seluruh saudaranya di gunung ini. pak bambang pun membunuh anak ketiga dengan menusukkan paku pada mata, hidung, mulut dan telinga anak ketiga. Dengan begini iblis pertama pun mati.

Kedua anaknya yang tersisa malah mencoba saling membunuh setelah melihat kematian anak ketiga. Keduanya sudah berubah menjadi iblis yang rela membunuh saudaranya demi harta. Anak kedua mati di tangan anak pertama dan anak pertama dibunuh oleh ayahnya sendiri.

Setelah membunuh seluruh anaknya pak bambang tak lagi merasa bahwa dia adalah manusia. Pak bambang pun mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di puncak gunung itu.

Kini, seluruh iblis telah mati.

Iblis yang sebenarnya tidak perlu dicari karna iblis ada dihati setiap orang. Namun, seberapa besar iblis di dalam hatimu sudah berkembang? Apakah sudah cukup besar hingga kau tega membunuh anakmu sendiri hanya karna dirimu mengira mereka bukanlah manusia?

Sekarang, gunung itu kembali menunggu kemunculan iblis baru yang akan memberinya makan. Apakah iblis itu akan muncul dalam waktu dekat? Darimanakah iblis itu akan muncul? Semoga kita tak pernah mengetahui jawabannya.



sesungguhnya makhluk yang paling menyeramkan adalah manusia itu sendiri
Diubah oleh ih.sul 23-09-2019 16:47
ceuhettyAvatar border
sebelahblogAvatar border
zafinsyurgaAvatar border
zafinsyurga dan 12 lainnya memberi reputasi
13
1.8K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.