Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

HalidaLidutAvatar border
TS
HalidaLidut
Stage 3
Stage 3Berlarilah bersamaku, pengikut putaran langit.
Bertahanlah di sampingku, penjaga deras air.
Berdirilah di depanku, pelindung gerah bumi.
Serta ....
Berdansalah dalam pelukku, pengiring irama kehidupan.

Kamu.
~~~~~~~~~*****~~~~~~~~~

Amira terkesiap, dia tak menduga akan mendengar pernyataan itu, "kau ingin bertaruh? Siapa yang akhirnya kalah menghadapi satu sama lain. Kau, atau aku? Kita lihat saja nanti. Sudah, kemarikan kuncinya!" Perempuan tersebut meraih kunci apartemen dari tangan Aris.

"Kurasa kau." Lantas mata elang itu menerawang jauh.
Tidak lama kemudian Aris menggeleng, seolah mengusir sesuatu dari dalam benaknya, "siapa tahu ketika sedang show, lalu bibi Ning ada halangan memberi makan mereka semua. Kau dapat membantuku." Sambungnya memberi alasan.

"Jadi demi itu. Baiklah, asal jangan terlalu sering." Amira mulai melunak.

Aris menatap lekat wanita di hadapan, "keberatan mengurus kucing?" Suaranya seakan menyiratkan, 'bahkan perempuan ini pun.'

"Jangan asal tuduh, Sir. Aku punya kelinci di rumah. Tak kalah sehat dari pasukan berbulumu. Dan aku juga ikut mengurus peliharaan." Amira jumawa, nadanya bangga.

"Bagus. Ngomong-ngomong, kau sudah makan malam?" Aris mengerling.

"Belum, tadinya ingin mengajakmu. Tapi kelihatannya kau sudah ada janji kencan dengan seseorang. Maaf aku mengacaukannya." Amira menunduk, kembali ada sesuatu yang mengganggu hatinya.

"Jadi kau harus membereskannya, Ma'am. Aku belum selesai makan tadi. Masih lapar, ayo keluar!" Nada itu lagi, pria ini kecanduan memerintah.

Amira melirik kucing-kucing di hadapan, "sini saja, via go-food."

"Kau pilih menunya." Aris menekan aplikasi layanan itu.

"Kau saja yang pesan. Aku ingin tahu selera makanmu." Perempuan tersebut melirik. "Sepertinya lelaki berperangai begini, pilihan makannya cuma junk food." Senyum Amira mencela.

"Ternyata sekarang kau berperan menjadi Pengacara. Berniat membela sakit hati si Legam yang tadi asal dituduh." Makhluk yang dibicarakan sedang mendengkur, tubuhnya melengkung tak jauh dari sisi Aris.

"Hehehe dia layak punya Pembela. Sebab tuannya sungguh jahat. Memanfaatkan kekuasaan sewenang-wenang." Amira balas menautkan alis, seakan hendak menaklukkan mata tajam Aris. Tapi tatapannya tidak bertahan lama. Bola mata lelaki itu begitu dalam, dan perempuan itu terhanyut.

"Done." Aris berkata datar.

"Apanya?"

"Pesananku."

"Sip." Lalu Amira mempermainkan benda segi panjang di genggaman, melihat-lihat kontennya.

"No handphone. Aku tak suka ketika ngobrol ... malah asyik dengan benda itu. Kau tentukan mau bersamaku atau android-mu!" Suara Aris mengandung perintah. Lelaki ini memang menjengkelkan, dia selalu mendominasi keadaan. Tapi Amira suka, mungkin karena dia sudah lelah pada pria yang berlagak romantis. Leo seperti itu.

"Baik Tuan Keras Kepala. Sementara menunggu pesanan datang, mari kita memulai cerita. Kenapa aku di sini? Karena mendadak ingin bertemu. Apalagi siang tadi kau menghubungi, jadi kepikiran dirimu. Entah itu disebabkan aku kesepian, atau mungkin karena senang di sampingmu. Aku tak tau, kau saja yang tentukan." Amira menarik napas, dia ngos-ngosan.

Aris terpana, sebenarnya selepas perjumpaan mereka dua hari lampau ... dia pun ingin bertemu.
"Itu karena kau senang di sampingku." Ujar lelaki itu datar.

"Kau terkesan bosan. Apa tak menyenangkan berdua denganku? Aku kira kau bakalan exciting juga. Oh, maaf karena telah mengganggu waktumu berpacaran tadi. Aku memang salah. Harusnya sadar bahwa kau juga punya kehidupan. Aku cuma memikirkan diri sendiri, betapa egoisnya." Amira terengah-engah. Bukan karena dia kehabisan napas, dari Muaythai dia dapat belajar mengaturnya. Wanita itu hanya kepayahan mengatur deguban jantungnya, debaran kencang itu tidak mudah dikendalikan ... tak bisa.

Dan ketika mulutnya terbuka untuk kembali berbicara, mendadak bibir Aris mengecup dahinya. Lalu tangan kanan lelaki itu menarik kepala Amira untuk diletakkan pada dadanya, "ssssttt omonganmu terlalu panjang. Kau begitu cerewet. Apa tak letih? Sini hempaskan padaku."

Tiba-tiba saja ada sesuatu yang membuncah dalam dada Amira. Bertahun lamanya dipendam, dia hendak menjerit. Ini pedih, tidak sanggup menahan lebih lama lagi.
Wanita tersebut ingin meledak, "sesak tau?!? Hentikan. Aku tak bisa bernapas. Kau ingin membuatku mati, apa?" Amira mencoba melepaskan dekapan Aris dari kepalanya.

"Kau sungguh rewel. Persis Nenek-nenek." Tapi bukannya dilepaskan Aris, justru lelaki tersebut semakin erat merengkuh. Kini tangan kirinya telah memeluk pinggang Amira.

"Iya, tapi Nenek-nenek cantik, 'kan? Menggemaskan?!?" Tangan Amira memukul-mukul dada Aris, sengaja mengeluarkan tenaga yang tidak begitu kuat. Wanita itu cuma ingin bermanja.

Entah bagaimana, sejurus kemudian bibir lelaki itu sudah mendarat di bibir Amira. Ciumannya tak intens, cuma kecupan. Mengingatkan Amira dengan cara yang sama ketika Aris mengecup ujung hidung kucing-kucingnya. Mentransfer kekuatan. Bahwa dia layak dicintai, disayangi. Dan itu hangat.

Dada Amira benar-benar terasa panas, dia sudah lama kehilangan kehangatan. Seseorang yang semestinya memberikan itu sedang asyik masyuk melupakannya. Seakan-akan Amira tak ada, tak pernah ada.
Berkali-kali dia meneriakkan pada Leo ... berhentilah sejenak, menolehlah padanya. Dari bulir bening hingga bulir darah. Tetapi lelaki itu tetap bergeming.
Baginya kisah untuk membahagiakan Amira telah berakhir. Tanpa dilihatnya dalam buku itu tidak hanya bercerita tentang mereka berdua. Namun terdapat satu sosok lain, Ben Raphael yang malang. Bocah yang terbuang, haus kasih sayang Ayah.

"Lepaskanlah ...." Aris membujuk supaya Amira terus menangis.
Kepala mungil wanita itu tetap didekapkan pada dadanya.
Jika boleh, ingin sekali perih itu dibawanya pergi. 'Pabila bisa, mau sekali pedih itu dibasuhnya bersih.

Berbulan-bulan akrab dengan Amira. Tanpa sadar, wanita itu menghantui. Kadang dia memikirkan perempuan mungil tersebut dalam sepi maupun ramai. Ingin mengetahui kabarnya. 'Apa dia baik-baik saja?'
Semula dia pikir itu hanyalah gairah ingin mencumbui. Selepas hasrat tersebut tercapai, maka tamat pulalah animo itu. Seperti minat sesaatnya pada banyak wanita yang mengelilingi.

Namun selepas Amira pulang dari apartemennya dua hari lalu, bukan cuma bayangan wanita tersebut yang merasuki, tetapi juga hawanya terus mengikuti.
Cara Amira memandang dunia begitu mempesona. Aris ingin menafikkannya, tapi siang tadi dia tak sanggup lagi bertahan. Akhirnya dikirimnya pesan kepada wanita itu sembari menyembunyikan bendera putih tanda menyerah. Lelaki berwatak keras tersebut tak mampu lagi menahan rasa.
Pria itu takluk, "menangislah ...." Bisiknya pada Amira.

Sunyi.

"Aris, yang kamu lakukan ke saya itu ... jahat." Amira menirukan dialog dalam salah satu film. Aris belum pernah menonton tayangan tersebut, namun dia pernah mendengar kalimat itu dijadikan lelucon oleh orang-orang.

"See, kau bilang aku yang lucu. Lihat sendiri siapa badutnya." Pria tersebut mengacak-ngacak rambut ikal Amira hingga menyerah cekikikan. Wanita ini sungguh menggemaskan.

Beberapa menit kemudian bunyi bel apartemen Aris berbunyi, pengantar makanan sudah datang. Mereka menyantapnya tak bersisa.
Amira banyak tertawa. Aris seperti biasa, bukanlah tipe yang mudah tersenyum. Tapi wanita itu tidak peduli. Dia menceritakan apa saja. Sebab yakin lelaki tersebut pasti menyimak, meski reaksinya selalu datar. Dia tak meragukan pria yang sebenarnya memikat ini betul-betul sedang memperhatikan.

"Siapa wanita di foto itu?" Tiba-tiba Amira menoleh pada pigura di atas meja pojokan.

Suara Aris menggantung, terbungkus sembilu, "Ibuku ...."

Amira beranjak, didekatinya meja tersebut. Tangannya mengusap wajah-wajah dalam pigura hitam putih itu, "waktu kemarin aku ke sini, kucing-kucingmu mengalihkan perhatian. Aku hanya terfokus pada mereka. Lupa bahwa kau pasti juga punya keluarga. Lalu wanita cantik di samping Ibumu, apa dia istrimu? Dimana mereka sekarang?"

"Dia adikku. Kami cuma dua bersaudara. Mereka di kampung, jauh dari sini." Meski berusaha kuat untuk disembunyikan, tapi kesedihan Aris tertangkap di telinga wanita tersebut.

Amira membalikkan tubuh, menatap bola mata pekat itu, "maukah kau menceritakan tentang mereka? Aku tertarik."

"Tak ada yang menarik tentang kami. Dan jika kuceritakan, kau pasti akan menjauh ketakutan." Pria itu menghela napas panjang.

"Jika aku menjauh, maka berjanjilah. Apapun yang terjadi ... kau akan menangkapku." Amira meremas tangan Aris. Lelaki itu tak menyangka pergerakan wanita tersebut. Merasakan aliran aneh, dia beringsut.

"Hei, kau pasti Goblin-nya Korea itu!" Seru Amira mengejutkan.
Lalu keningnya berkerut, seperti berpikir keras, "atau ... kita sedang berada dalam zona Twilight, 'kan? Tapi jelas aku tidak mempermasalahkan jika kau vampire. Meski kau si serigala sekalipun, aku juga tidak akan melarikan diri. Jadi inilah alasan kenapa kau begitu misterius. I knew it." Wajah Amira berseri, dia seperti menemukan permainan baru. Bersemangat telah memecahkan misteri besar.

Aris mengembuskan napas. Perempuan di depannya ini benar-benar tak terduga. "Kau ingin kugigit di sebelah mana?" Ditatapnya lumat wajah cantik itu.
Apa dengan isi kepala yang cantik pula? Entahlah. Bersamanya, Aris merasa nyaman. Wanita ini ganjil, tapi bukan berarti cacat seperti para peliharaannya. Namun keanehannya membuat Aris mencari ... jika keberadaannya tak dijumpai.

Bagaimana bisa Leo berhenti mencintai wanita ini? Betapa tololnya jika lelaki tampan tersebut menggantikan dia dengan yang lain.
Perempuan ini the one and only.

Sedang Amira yang mendengar pertanyaan Aris, bukannya memilih mundur. Tapi malah mendekat. Bibirnya tersenyum lebar. Dia begitu gembira jika benar ternyata Aris adalah makhluk immortal. Matanya berkilau-kilau. Lelaki berwajah masam itu tergoda akan pikiran jenaka wanita ini. Mendadak hatinya berdebar kencang. Dia akan menceritakan semuanya.
Semuanya.
~~~~~~~~~*****~~~~~~~~~

*To be continue*
Diubah oleh HalidaLidut 22-09-2019 15:56
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
2.3K
3
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.7KThread43.1KAnggota
Urutkan
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.