Berkat berkomunitas—terutama di pers kampus, saya punya kenalan hampir di setiap fakultas yang ada di kampus saya. Tak hanya di golongan mahasiswa, saya juga bisa berkenalan dengan banyak orang-orang hebat yang sempat kami undang berdikusi atau jadi pemateri.

Saya rasa, hal ini sangat penting bagi anak muda seperti saya: menambah koneksi dan relasi pertemanan seluas-luasnya.

Sumber: medium.com

Terkadang, kita harus punya alasan yang berarti agar melakukan. Jika tidak, hasrat untuk melakukan sesuatu akan hilang. Di sinilah manfaat yang terasa betul berkat saya ikut komunitas diskusi.

Terkadang saya malas buku. Padahal, ada beberapa tumpuk buku yang masih belum saya sentuh walau sudah lama saya beli. Sebabnya? Malas dan tak hasrat yang mendorong untuk membacanya. Namun, setelah saya mengikuti komunitas diskusi, saya punya hasrat lebih untuk membaca buku. Entah itu karena buku tersebut akan di ulas atau ingin mencari informasi yang akan didiskusikan.

Sumber: hush.company

Banyak soft skill yang bisa saya kembangkan berkat ikut komunitas diskusi. Salah satunya tentu public speaking. Selain itu, dapat saya rasakan bahwa berdiskusi dapat meningkatkan kepercayaan diri dan daya pikir kritis. Dan, jika berkesempatan jadi moderator, kita bisa mengembangkan skill leadership.

Keempat kemampuan yang sangat diperlukan di dunia kerja.

Saya selalu teringat perkataan teman saya, “Daripada dipikirin sendiri, mending dipikirin rame-rame.” Ya, tak jarang kita melihat suatu permasalahan hanya dari satu perspektif yang sangat sempit. Sehingga kita tak bisa secara objektif melihat permasalahan tersebut.

Namun, saat kita berdiskusi, kita dapat melihat perspektif orang yang berbeda-beda. Sehingga, kita tidak hanya melihat masalah dari satu sisi atau dari sudut sempit. Namun, dapat melihat masalah secara bulat utuh. Saya sangat merasakan manfaat ini di komunitas diskusi.