Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

desoelAvatar border
TS
desoel
Kasarung Linglung di Gunung

Rencana perjalanan naik Gunung Cakra Buana yang saya lakukan bersama ke 4 teman kuliah di masa liburan semester ahirnya terlaksana juga, waktu yang dinanti nanti ahirnya sudah tiba waktunya, saat ini kami berangkat menyusuri jalan setapak pematang pesawahan untuk menuju lereng gunung cakra buana, canda tawa has terlontar seolah mengobati rasa lelah perjalanan, ketika sedang asik ngobrol kami dikejutkan oleh suara kakek-kakek yang menyapa "Bade kamarana de? (mau pada kemana de?)" Tanya seorang kakek yang tidak tahu darimana dan sudah tiba tiba ada disamping kami, "Bade nanjak ki! (mau naik gunung kek!)" Jawab Edi sambil menyulurkan tangan mengajak salaman kepada kakek yang membuat rasa kaget kami terobati, Edi adalah seorang yang kami hormati dan kita jadikan sebagai pemimpin perjalanan, "Ka Cakra Buana? Kahade nya ulah sompral ngobrol (Ke Cakra Buana? Awas jangan ngobrol kasar)" Kakek berkata sambil berlalu meninggalkan kami, semuanya saling tatap dengan rasa bingung entah apa maksud perkataan kakek tadi.

"Naon cena tadi cek aki aki bau taneuh? (apa tadi kata kakek bau tanah?)" Dinar salahsatu teman kami yaang agak tengil dan kadang suka bikin rusuh bertanya, "Lah dengekeun ku lang waduk hahaha (Lah dengar sama pantat aja hahaha)" Jawab saya (Didi) sambil tertawa, memang kalo masalah becanda dan jahil Saya dan Dinar agak sedikit serasi, terutama jika menyangkut tentang menjahili teman kami Asep yang pendiam kadang bicaranya jika ditanya saja atau menyangkal ucapan Dadan yang sangat percaya akan hal-hal berbau mistis, bahkan kami sebut Dadan dengan nama engkun (dukun) berkat sipatnya yang kental akan aura mistis, tak terasa setelah beberapa jam perjalanan kami sudah berada di area hutan pegunungan, suasana alam yang sejuk serta pemandangan yang indah menjadikan rasa lelah kami terobati.

"Jam sabaraha ayeuna? asa ges lapar kieu euy (Jam berapa sekarang? lapar nih)" Tanya dinar sambil menatap ke arah saya, "Jam 12 san jiganamah, beda kalangkang ges teu katempo da (Mungkin jam 12, soalnyaa tak terlihat bayangan kita)" jawab saya kepada dinar, karena kita sepakat melakukan perjalanan tanpa membawa peralatan legkap, hanya bekal beras, korek, garam dan satu pisau saja dengan alasan agar mendapatkan kesan petualangaan sejati, jam tangan dan hp pun kita tidak bawa, kami berniat memasak nasi menggunakan bahan alam, namun demikian bekal naasi timbel untuk satu kali makan tetap kita bawa, "Eureun heula atuh meng, wang dahar heula (berhenti dulu meng, kita makan dulu)" Kata dolar kepada Cimeng (sebutan akraab kami kepada Edi, "Nya hayu, neangaan tempat nu genaheun di hareup bari aalaan lalab tah (Oke yu, kita cari tempat yang nyaman dulu sambil mencari lalap has pegunungan)" Jawab Edi sambil melanjutkan perjalanan, "Nya bener, kaarunya si Asep geus pias (Ya betul, kasian Asep udah pucat)" Saya pun meng iyakan ucapan Edi sambil menjahili Asep yaang dari tadi tak bersuara.

Setalah agak lami kami berjalan kemudian terlihat sebatang pohon besar di pinggir jalan setapak dengan dipenuhi lumut pada bagian akar yang menonjol di atas tanah, "Tah didieu ah wang dalahar heula (nah disini yu kita makan dulu)" Dinar berkata sambil mendahului duduk di aakar pohon, "Bisaan euy milih tempatna si eta (ahli ternyata memilih tempatnya dia)" Jawab saya sambil duduk dan mengeluarkan isi tas,"Kun maneh gera ngimpleng heula bisa nyasab, haha (Kun, kamu semedi dulu cari jalan, takutnya kita nyasar)" Sambung Dinar kepada dadan dengan nada mengejek serta menggoda Dadan yang dari tadi celingukan kesana kemari, "Sutttt, ulah sompral ah (suttt jangan ngobrol sembarangan)" jawab dadan sambil tersenyum, "heeh manehteh gera komat kamit (ya , cepetan kamu bca mantra)" Saya menambahkan ucapan Dinar, seperti biasa kalo saya atau dinar sudah bicara antara Asep atau Dadan pasti jadi bahan cemoohan kami berdua, maklum agak sedikit jahil namun kita hanya sebatas becanda saja.

"Nikmat kieu ieu dahar euy (nikmatnya makan)" Kata dinar yang memang Dia gak bisa sedetikpun diam, itulah yang menjadikan kami dan teman teman selalu ramai, "Samutut kitu eta maneh dahar, jaba racleng remeh (Kamu makan rakus amat, itu nasi sampai berhamburaan dari mulut)" jawab saya yang merasa jengkel melihat kelakukan Dinar, "Ulah loba ngobrol keur daharmah (Jangan banyak bicara kalo lagi makan)" Kata Cimeng sambil menatap ke arah saya dan dinar, "Kunaon maneh meng?, leuleus nya (Kenapa kamu meng? lelaah ya)" Tanya Saya kepada Edi yang dari tadi asik ngobrol bisik bisik ber dua sama Asep, "Hayangeun balik ngan gengsi, hahaha (Mau pulang dia, namun malu, hahaha)" Jawab Dinar mlanjutkan ucapan saya, "nyasab alusnamah meng ieuteh meh lila berpetualang euy (bagusnya sih ini kita kesasar biar agak lama petualangannya)" Sambung Dinar dengan wajah polos, "Gagabah maneh nyarita (Gegabah kamu bicara)" Jawab Dadan sambil menatap ke atas pohon.



"Puguh titadi aya nu nempokeun dina tangkal (dari tadi ada yang memperhatikan kita di pohon)" Kata Dadan dengan serius, saya sendiri kaget mendengarnya karena emang Dadan selalu bicara hal Mistis, namun sebisa mungkin saya sembunykan rasa kaaget tersebut "Tah nar si engkun beraksi (Tuh Nar, dadan beraksi)" Jawab saya dengan kode kepada Dinar agar dinar membantu saya memojokan Dadan, " Biasa geus aya tetempoan haha (Biasa sudah melihat dia haha)" Jawab Dinar sambil tertawa, "Serius ih, bakal nuturkeun siah (serius, sepertinya akan menggikuti)" dadanpun menjawab, sungguh jawabannyaa membuat saya agak sedikit takut' "Ges bareres can? hayu ah bisa kaaburu sore (Udah pada berse belum, ayo ah lanjutkan takut kesorean)" Sambung Edi seolah membelokan perbicangan kita aar tidak berlanjut,"hayu atuh (Ayo)" Jawab Saya sambil persiapan berangkat, dan Dinarpun langsung mendahului melangkah tanda siap melanjutkan perjalanan.

Saya berdiri dan siap membawa tas perbekalan seadanya, tiba-tiba semuanya dikagetkan dengan suara berisik dari atas pohon, seperti angin kencang atau hujan deras (BERRRRRRRRRRRRRRZZXXWW), sontak semuanya langsung menatap ke atas, saya sengaja tidak langsung melihat karena masih teringat ucapan dadan bahwa ada yang melihat kita dari atas pohon, namun ya karena penasaran sayaa beranikan diri menatap ke atas "Njir reuwas suganteh jurig (Njir kaget kirain Setan)" Kata Dinar sambil menghela napas, ternyata hanya sebatang ranting busuk yang jatuh namun karena tersangkut di atas phon menjadikan suara berisik, ah lega dalam hati saya berkata untung bukan dedemit, "Peringatan, nuturkeun siah (Itu peringatan mereka akan mengikuti)" kata Dadan sambil sesekali memagang kening seperti pusing, "Paangpung nuturkeun kun?, haha dasar tahayul sia mah (Kayu busuk akan ikut kun? haha dasar kamu tahayul)" Jawab Dinar seolaah tidak percaya sama sekali, "Kop tah mere si Asep Bawa (silahkan tuh bawa Asep)" Jawab Saya mengejek dan menakut nakuti Asep, yang sebenarnya saya sendiri sangat takut.

Kami semua melanjutkan perjalanan sambil ditemani nyanyian yaang kurang enak di dengar dari dinar, kalo tidak bernyanyi, pasti bersiul atau puisi yang kata katanya semaunya, ya begitulah perjalanan kami jika sedang bersama, pasti tak ada sepinya karena saya dan dinar selalu mengeluarkan celotehan mengejek, jahil sehingga situasi apapun kami selalu ramai bahkan berisik. Selama perjalanan, saya merasa ada yang aneh karena merasa sudah 3 kali meleati pohon yang tadi kita makan di bawahnya, namun saya gak banyak bicara dan beranggapan itu hanya perasaan saja.Tak terasa perjalanan yang kami tempuh sudah jauh, namun tiba-tiba langkah Edi yang berada paling depan terhenti, kami pun ikut berhenti dan bertanya "Aya naon meng kalah eureun? (Ada apa meng, ko berhenti?)" Tanya saya kepada Edi, "Kilikiben maneh nya meng? (Kamu sakit perut ya meng)" Sahut Dinar menyambung obrolan saya, "Tempo ieu,! ieuteh lain tangkal nu tadi urang dalahar di dieu? (Coba lihat pohon ini, bukannya kita tadi makan di sini?)" Jawab Edi sambil memperhatikan sebuah poho dipinggir jalan setapak, "Lah rarasaan manehmah mereun (Lah mungkin cuma perasaan kamu aja)" Sahut Dinar sambil menghampiri ke arah Edi, " Tapi heeh nya? (Tapi Iya ya)?" Sambung Dinar dengan heran.

Seketika saya sadar bahwa perasaan sudah melewati beberapa kali ke pohon itu memang ternyata benar bukan sekedar perasaan, saya masih ingat dimana saya duduk, kemudian membuang sampah sisa makan yang masih ada disekitar pohon, semuanya tampak kaget "Paingan titadi asa muter di dieu dieu keneh da, ngan teu loba nyarita (Pantesan, saya merasa dari tadi kita berputar-putar ditempat yang sama, namun saya gak bicaara)" Saya pun mengutarakan isi hati, semuanya hanya terdiam seolah bingung, padahal jelas jelas kita mengikuti sesuai jalan setapak, namun kok bisa balik dan balik lagi ketempat itu, "Ceuk urangge ulah sompral (Saya bilang jangan ngomong sembarangan)" Dadan berkata kepada kita semua "Puguh aya nu nuturkeun, jigana di liglungkeun (Kita ada mengikuti, sepertinya kita dibuat berputar)" Sambung Dadan dengan nada menyalahkan, "Lah siamah anggerwe kadinya pikiranteh (Lah kamu pikirannya kesitu mulu)" Jawab Dinar degan tengil sambil mengepalkan tangan kedepan wajah Dadan, "Menta dianteurkeun meng! (Minta diantar meng?)" dadan berkata lagi kepada edi, perkataannya sungguh membuat saya merasa semakin gak tenang, "Kumaha atuh? (Bagaimana dong?)" Jawab Edi seolah dia mengerti apa yang Dadan ucapkan.

"Hayu cobaan deui lah salah mengkol meureun tadimah (Ayo cobaa jalan lagi, kemungkinan tadi kita salah belok)" Dinar memberikan masukan agar kita melanjutkan dan mencoba lagi berjalan, "Nya hayu atuh panasaran (Ya ayo saya juga penasaran)" Jawab Edi seraya melanjutkan langkahnya, selama di jalan saya terus berfikir kesana kemari merasa ada yang menggikuti, entah perasaan saking takutnya atau bagaimana, setiap ada suara di belakang saya laangsung nengok, namun ya tidak ada apa-apa, kita berjalan sekitar 1jam lebih berharap bis sampai di tujuan, namun haarapan itu hilang setelah dari kejauhan saya melihat bentuk pohon yang sama dengan pohon ketika kita makan tadi siang, "Njir bener ieumah muter didieu dieu keneh (Njir, ternyata benar kita haanya berputaar ditempat ini saja)" Saya mengutarakan apa yang saya liat, "Tempo dak, ieumah balik deui (Lihat anak-anak, kita kembali lagi)" Sambung saya sambil meunjuk arah pohon, "Heeh bener ieumah (Iya betul)" Jawab Edi sambil memegang pohon selah tidak percaya, "Cek urangge kudu dianteurkeun heula (Saya bilang harus dianterin dulu)" Dadanpun berkata dengan yakin, "Ulah nyingsieunan siateh, si Asep bisa pingsan gera (Kamu jangan nakut nakuti, nanti Asep pingsan)" Jawab saya mengalihkan perhatian kepada Asep, sebetulnya sih saya menutupi rasa takut dengan memojokan Asep.

"Sok, ayeuna ek kumaha, jaba geus sore tereh poek (Sekarang mau bagaimana, sebentar lagi malam dan akan gelap)" Dadan membuka obrolan lagi setlah beberapa detik kita terdiam taanpaa kata, saya melihat ke arah Dinar yang dari tadi dia tumben gak baanyak bicara, malah terlihat asik membersihkan tanah dari sepatunya, "Lamun leumpang deui kalah cape muter (Kalo kita jalan lagi malah cape berputar putar)" Edi berbicara sepertinyaa akan memberikan keputusan, "Jadi kamana ayeuna dan? (Jadi sekarang kita kemana dan?)" Sambung Edi meminta pendapat Dadan, "kahandap kana rungkun (Kebawah ke semak)" Jawab Dadan sambil menunjuk kearah sampig jalan, "Busyet ngapruk? (busyet, Nerobos?)" Jawab saya, " Nya da kumaha deui moal bener ieumah (Ya mau gima lagi, ggak betul ini)" Jawab Dadan,"Nya hayu atuh bisa kaburu peuting (Ayo cepat nanti keburu gelap)" Jawab Cimeng sambil mengeluarkan pisau satu-satunya yang kita bawa, akhirnya kita semua sepaakat melakukan perjalanan nerobos semak belukar, saya tetap berada paling belakang dan sialnya semakin masuk kedalam semak yang tebal semakin terdengar banyak suara suara seperti suara binatang aatau apalah pokonya banyaak suara berisik, saya hanya terdiam dan kadang ada ranting yangkut ke bajupun langsung kaget dan berfikir aneh aneh.



"Dan, jauh keneh teu? (dan, maasih jauh gak?)" Saya berbisik ke Dadan yang berada di depan, "Sttt, darareukeut, tuturkeunwe (Sttt, mereka dekat, ikutin saja)" Jawab dadan setenggah berbisik, jawabannya membuat rasa saya sebagai laki-laki sangat malu karena takut, rasanya ada yaang mengeililingi dan menertawakan saya dari mahluk aneh, namun saya ikutin kata dia dan berjalan saja, dalam haati saya terus membaca beberapa suroh pendek Al-Qur'an yang saya hapal sambil berharap tidak meliat apa-apa, rasanya sudah terlalu lama berjalan namun Dadan belum juga bilang kita sudah sampai ke tempat mereka, sedang asiknya saya membayangkan hal aneh tiba tiba dadan berkata "Heup! (berhenti!)" Ucap dadan sambil mengedepankan tangannya,"Kunaon dan? (kenapa dan?)" Tanya Edi, "Tempo itu aya curug, geus nepi nya haampura barudak (Lihat itu ada air terjun, sudah sampai ya, maafin anak-anak)" Ucap Dadan menunjuk ke arah air terjun yang penuh dengan pohon tanaman has air, lega rasanya mendengar ucapan Dadan demikian, namun satu sisi saya membayangkan di atas air terjun itu berdiri bangunan kerajaan yaang penuh dengan mahluk tak terlihat, ya mungkin cuma pemikiran dan bayangan saya akibat kebanyakan nonton filem horor ya.



Akhirnya kami semua melanjutkan perjalanan menyusuri tepian sungai kecil dan berharap bisa sampai di pemukiman warga, tak ada yang banyak bicara semuanya terdiam seolah asyik dengan hayalannya masing-masing, bahkan Dinar yang cerewet sekalipun saat ini dia tak bicara, kami terus menikuti aliran selokan kecil sampai tak terasa hari sudah mulai mau gelap tandanya sudah hampir malam, setelah dirasa tidak diikuti dadan bercerita kepada kita bahwa tadi kita diikuti Nyai dan Uwok, Nyai adalah sebutan halus dadan kepada sosok KuntilAnak dan uwok adalah sebutannya kepada genderuo, eh busyet dalam hati saya membayangkan sosok seperti yanga da di film misteri sedang menggikuti perjalanan, namun demikian saya bersyukur karena udah tak diikuti, meskipun belum sampai kerumah setidaknya sudah hilang rasa takut seperti tadi, entah ini benar kaarena ucapa Dinar yang kasar atau hanya kebetulan saja, namun dari situ saya sadar ternyata yang dadan ucapkan banyak yang jadi kenyataannya.

Kasarung Linglung di Gunung = Nyasar Berputar di Gunung

Sekian.
Mohon maaf jika ada salah kata atau salah penulisan.
Fiksi
Gambar Google
Diubah oleh desoel 19-09-2019 12:51
sebelahblogAvatar border
ceuhettyAvatar border
namkul8Avatar border
namkul8 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
1.1K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.2KThread83.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.