Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

skydaveeAvatar border
TS
skydavee
Potret Buram Dunia Olahraga Kita
Potret Buram Dunia Olahraga Kita

Potret Buram Dunia Olahraga Kita
sumber:googleimage

Bagi penggemar olahraga sepakbola, kejadian miris paska kekalahan timnas Indonesia vs Malaysia dalam ajang kualifikasi piala dunia, seakan menambah sikap apatis terhadap masa depan timnas senior. Alih-alih bangkit dari keterpurukan, hantaman dari Thailand pada pertandingan selanjutnya, turut menorehkan kembali kesedihan bagi pencinta sepakbola.


Terlebih timnas digilas saat bertanding di kandang sendiri, dihadapan supporter fanatiknya. Pada akhirnya, amarah fans berat timnas dilampiaskan pula dengan perilaku yang jauh dari sikap dewasa. Apa yang bisa diharapkan? Sebuah rangkaian kekecewaan yang sempurna bukan?


Penggemar olahraga sepak bola berhak murka dengan penampilan punggawa timnas yang jauh dari ekspetasi. Mimpi indah melihat kesebelasan sepak bola berdiri berjajar dengan tim lain di ajang piala dunia, layaknya jauh panggang dari api. Padahal, olahraga sepakbola adalah wadah yang tepat bagi negeri yang berpenduduk lebih dari 250 juta ini untuk rehat sejenak dari intrik politik yang membuat banyak orang merasa mual.


Apa daya, sepakbola yang terbukti menjadi magnet bagi rakyat Indonesia, harus menemukan realitas jika timnas kesayangannya minim dengan prestasi.


***
Hantu Mafia Gentayangan
Potret Buram Dunia Olahraga Kita
sumber:googleimage

Keberadaan mafia dalam dunia olahraga memang bukan hal yang baru. Hampir setiap oknum disebuah negara di dunia ini pernah bersentuhan dan terlibat konspirasi dengan jaringan mafia untuk mengintervensi sebuah pertandingan. Masih ingat dengan skandal Calciopoliyang menimpa negeri Pizza, Italia? Sialnya, mafia sepakbola juga turut menyasar dunia sepakbola Indonesia. Kondisi demikian turut menciptakan pencapaian timnas menjadi angin-anginan. Mereka merusak timnas dari dalam demi ditukar dengan segelintir materi.


Seperti dikutip dari kanal JawaPos, Satgas kepolisian bergerak cepat dalam mengatasi kasus mafia sepak bola di Indonesia. Tak sampai sepekan, total sudah lima orang yang masuk ke dalam buku tahanan.


Setelah dibentuk oleh Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, satgas memang langsung menunjukkan tajinya. Bukan cuma satgas, dari Bareskrim Mabes Polri juga sudah memanggil sejumlah nama untuk dimintai keterangan perihal kasus ini.


Realitas keberadaan para mafia tengik ini seakan menambah deretan catatan kelam prestasi timnas sepakbola. Bagaimana bisa prestasi timnas menjulang tinggi jika ada mafia dengan kekuatan uang besar, mengoyak semangat dan nilai sportifitas yang dijunjung tinggi dalam tiap pertandingan olahraga? Tidak ada lagi gairah dalam melakoni pertandingan bila skors dengan mudahnya diatur demi menuruti sang pemesan.


***
Minim Prestasi, Sarat Kontraversi
Potret Buram Dunia Olahraga Kita
sumber:googleimage

Mencuatnya polemik seputar KPAI dengan PB Djarum semakin menciptakan mendung hitam dalam dunia olahraga Indonesia. Setelah asa melihat kiprah timnas sepakbola menjadi lebih baik kian menipis, arena bulu tangkis, tak lepas dari guncangan pula. KPAI, dalam suratnya, menuduh pihak PB Djarum melakukan eksploitasi terhadap anak melalui ajang audisi yang diselenggarakannya.


Sontak pernyataan dari KPAI tersebut menyulut perdebatan panjang. Padahal proses rekruitmen yang dilakukan PB Djarum semenjak 2006 silam, turut andil dalam melahirkan maestro bulu tangkis dengan prestasi gemilang. Sebut saja Kevin Sanjaya yang saat ini berpasangan dengan Marcus Gideon. Mereka adalah pebulu tangkis dengan status peringkat nomor satu dunia saat ini.


Wacana untuk membebaskan dunia olahraga bebas dari pengaruh rokok dalam bentuk apapun, seperti dalil keberatan pihak KPAI, merupakan ide yang baik. Rokok dan olahraga memang menjadi sebuah antitesis. Kegiatan olahraga selain demi prestasi, juga gerakan manusia yang dilakukan secara terstruktur dan baik demi kesehatan. Sedangkan rokok, merupakan kebalikan darinya. Di sisi lain, pihak yang mengulurkan bantuan demi terciptanya ekosistem olahraga secara kontinyu yang dimulai sedari awal, sangatlah minim. Pemerintah berikut Pemda, terkesan menganaktirikan olahraga dan bukan menjadi bagian dari skala prioritasnya.


Meski polemik pada akhirnya menemukan titik klimaksnya, dengan tetap digelarnya audisi, saya percaya ini akan menjadi catatan bagi penyelenggara audisi, yakni PB Djarum itu sendiri. Kita tentu was-was bila penghentian audisi memupus mimpi anak-anak negeri untuk turut serta mengharumkan nama bangsa.


***
Olahraga dalam bentuk apapun adalah bahasa yang universal. Terbukti dari ajang ini, nasionalisme sebuah bangsa akan senantiasa terpupuk dan membara. Olahraga juga disinyalir mampu membentuk mental juara dengan tetap berpedoman dengan filosofis yang terkandung di dalamnya. Tidak hanya itu, tak jarang melalui bulir-bulir keringat dari pertandingan olahraga, mampu mengangkat harkat dan martabat seseorang dari segi ekonomi.


Dalam perspektif kontemporer, keberadaan olahraga, terutama sepakbola telah melewati batas pemaknaannya secara sederhana. Brazil dan Inggris bahkan telah mendaulat ajang ini layaknya agama baru bagi sebagian penduduknya yang memang gibol. Stadion adalah tempat ibadahnya, maka khotbahnya adalah drama yang terjadi di lapangan sepakbola. Sebuah olahraga yang dianggap representasi dari kehidupan manusia. Seperti ulasan yang saya kutip dari kontributor detikcomdari London.


***
Sebagai penutup tulisan ini, demi mendapatkan permainan olahraga yang menghibur dan sarat akan prestasi, tidak cukup dibentuk dengan cara serta pola yang instan. Butuh proses panjang, berliku, dan upaya serius untuk menemukan bakat-bakat terpendam yang selama ini belum muncul dipermukaan. Rasanya mustahil hal tersebut tidak ditemukan diantara jutaan penduduk negeri ini.

Jangan lupakan juga usaha untuk menciptakan iklim pertandingan yang sehat dan kompetitif serta tidak memberikan celah bagi mafia untuk turut campur tangan. Jika hal demikian dilakukan, percayalah, kita mampu membuat catatan emas dibidang olahraga, dan akan menjadi negara yang disegani.

Semoga pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dalam mengurusi olahraga di negara kita segera berbenah. Sayang bila bakat-bakat yang tersedia menguap begitu saja dan Indonesia hanya cukup menjadi penonton pada tiap perhelatan akbar.



©Skydavee 2019
Referensi:
https://www.jawapos.com/sepak-bola/s...dah-ditangkap/

surya.hrAvatar border
anasabilaAvatar border
GrestaAvatar border
Gresta dan 3 lainnya memberi reputasi
4
743
17
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.