Kita semua tahu, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan pada akhir agustus yang lalu bahwa ibu kota akan dipindahkan dari Jakarta ke Penajam Paser Utara dan sebagian wilayah Kutai Kertanegara. Topik ini masih menjadi perbincangan hangat sampai sekarang. Pro dan kontra tentulah mencuat setelah pengumuman itu diperdengarkan lewat media nasional. Semua berlomba-lomba mengungkapkan opini masing-masing, dalam kacamata politik, eknomi sampai pada lingkungan. Berbagai kajian harus dilakukan oleh pemerintah. Bukan hanya soal infrastruktur, tapi faktor sosial dan lingkungan juga yang utama harus diperhatikan.

Dari sisi lingkungan misalnya, lahan yang dibutuhkan untuk membuat sebuah kota, apalagi ibu kota yang notabene nya adalah pusat pemerintahan suatu negara tidaklah kecil. Lahan yang luas yang dibutuhkan, dan pemerintah meng-klaim bahwa ada 18.000 hektar tanah milik pemerintah di tempat itu. Namun untuk membuka sebuah lahan pastilah ada dampaknya bagi lingkungan sekitar. Dan Kalimantan secara umum juga rentan akan bencana yang diakibatkan oleh praktik pembukaan hutan dan tambang.

Cara pembukaan lahan yang paling cepat adalah dengan membakarnya. TS tidak bermaksud berpikiran negatif, tentang kebakaran hutan yang baru-baru ini menyerang beberapa wilayah di Indonesia. Dan sepertinya calon ibu kota baru pun tidak luput dari praktik pembukaan lahan ilegal yang jelas-jelas merugikan. Karena secara tidak langsung pembakaran hutan mengakibatkan eksistem menjadi tidak stabil. Apalagi memadamkan api di lahan gambut itu tergolng sulit, sedangkan sumber air lkasinya cukup jauh dan sulit dijangkau oleh kendaraan. Terlebih lagi di hutan-hutan Kalimantan terdapat habitat orang utan yang keberadaannya patut di lindungi. Jangan sampai hewan-hewan yang tadinya habitatnya di hutan, karena hutannya dirusak jadi berpindah dan mengganggu warga sekitar. Sangat disayangkan jika hal itu sampai terjadi.

Pindah ibu kota tak jadi masalah asal faktor lingkungan juga diperhatikan dengan matang. Sehingga tidak menjadi boomerang nantinya.

Thanks.