Rakyat Indonesia tengah berduka. Sosok jenius bernama lengkap Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie menghembuskan nafas terakhirnya kemarin 11 September 2019 di rumah sakit RSPAD Gatot Soebroto. Presiden RI ke 3 ini, mengalami gagal jantung dan harus kembali ke haribaanNya.

Semasa hidupnya, BJ Habibie, panggilan akrab beliau, dikenal sebagai sosok yang humble. Meski berbagai jabatan prestisepernah diemban, tidak lantas mengubah sosok Presiden yang terkenal dengan ide dan sumbangsihnya terhadap dunia kedirgantaraan di tanah air.

Berikut ini beberapa catatan kecil seputar beliau yang saya himpun dari berbagai sumber:

Lahirnya pesawat N250 tidak luput dari peran penting BJ Habibie. Pesawat ini, adalah salah satu kebanggaan milik bangsa Indonesia. Tidak semua negara mampu membuat pesawat sendiri.

"Ini adalah pesawat komersial pertama yang didesain dan dibuat seluruhnya oleh teknisi dan engineer Indonesia," sebut media Globalsecurity.

Masih segar dalam ingatan saat pesawat tersebut berhasil mengudara di langit nusantara. Rasa kagum membuncah dan memenuhi relung dalam hati. Bangsa yang kerap minder bila berhadapan dengan segala yang berbau luar negeri, tanpa dinyana bisa membuat pesawat sendiri. Tepat diluncurkan seminggu sebelum perayaan 50 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang sanggup menerbangkan burung besi di langitnya sendiri.

Sayang, krisis moneter yang melanda dunia, berimbas pula pada ketahanan ekonomi Indonesia. Atas saran dari IMF, IPTN, yang kini berganti nama menjadi PT. Dirgantara Indonesia harus menghentikan proyek ambisius ini.

Namun, sumbangsih laki-laki kelahiran Pare-Pare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 silam, tidak hanya berhenti pada pesawat N250. Tercatat, almarhum juga berkontribusi besar pada proyek pesawat R80, Dornier DO 31, dan C130 Hercules. Untuk jenis pesawat Hercules, peran bapak teknologi ini pun ikut mendesain pesawat angkut militer TRANSALL C-130. Pesawat tempur dengan empat turboprop sayap tinggi berfungsi sebagai pesawat angkut militer utama untuk pasukan di banyak bagian belahan dunia. Bahkan, pesawat ini memungkinkan lepas landas dan mendarat di runwayyang pendek.

Selepas menjadi Presiden dengan durasi tersingkat di negeri ini, BJ Habibie lantas memilih untuk menjadi negarawan sejati. Beliau sibuk berkutat seputar kepiawaannya di bidang teknologi. Dalam hemat saya, tidak sekalipun ayah dengan dua putra ini melontarkan statemen yang bersifat politis. Kondisi yang berbeda jika kita amati dari beberapa orang yang masih gemar berbicara politik meski sudah pensiun dari panggung yang membesarkannya. Tak jarang pernyataan yang tersampaikan oleh mereka justru memiliki pesan yang jauh dari kesejukan.

Pertemuan antara Habibie dan perempuan bernama Ainun, terjadi saat Habibie muda baru berusia 12 tahun. Masa itu, laki-laki jenius bermata jenaka ini kerap berdiskusi dengan R. Mohammad Besari, yang tak lain adalah ayah dari Ainun sendiri.

Beriring dengan berjalannya sang waktu, bunga-bunga cinta tumbuh diantara keduanya. Pada tanggal 12 Mei 1962, dua insan yang jalinan cintanya kelak menjadi inspiratif banyak orang, melangsungkan pernikahannya. Kisah keduanya sukses diangkat ke layar lebar dengan judul Habibie & Ainun.

Cerita cinta antara Habibie dan Ainun kian berpendar dari masa ke masa. Suka dan duka perjalanan mereka, memberikan pelajaran akan makna dari ikatan sakral bernama pernikahan itu. Nilai luhur yang terkandung di dalamnya, membekas hingga pada tanggal 22 Mei 2010, Tuhan memanggil tambatan hati pria yang pernah menempuh pendidikan di ITB dan Jerman ini. Ibu Ainun meninggal tepat 10 hari setelah perayaan pernikahan keduanya.

Seperti dilansir dari CNN Indonesia, sepeninggalan Ainun, Habibie sempat bertingkah layaknya bocah. Mengutip situs resmi Gramedia, dia menangis dan berteriak mencari-cari Ainun. Dia bahkan berjalan tanpa sepatu dan hanya mengenakan baju tidur.

Kala itu, tim dokter menyarankan agar Habibie rutin menulis catatan pribadi. Dari deadline yang ditentukan selama tiga bulan, catatan itu diselesaikan Habibie lebih cepat, dua bulan saja.

Padahal, dengan jabatan dan pengaruh besar yang diempunya, bisa saja BJ Habibie menggantikan sosok Ainun demi mengisi hari-harinya. Namun beliau tetap setia dengan perempuan yang selalu ada dalam setiap derap langkahnya selama ini.

Besarnya rasa cinta yang mengendap dalam sanubari Habibie dibuktikan dengan kunjungan rutinnya ke pusara Ainun. Beliau selalu membawakan bunga sedap malam kesukaan almarhumah. Bahkan Habibie selalu meletakkan jilbab Ainun di bawah bantalnya.

Kini, Habibie tak lagi merasa kesepian. Senyum manis perempuan yang selalu disebutnya "gula jawa" itu telah menyambutnya. Keduanya telah kembali bersanding di keabadian dalam dekapan Sang Khalik.

Selamat jalan Eyang Habibie, segala sumbangsihmu untuk negeri ini tak akan lekang dihempas waktu. Entah kapan lagi bangsa ini melahirkan kembali putra jeniusnya yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa yang majemuk ini. Bangsa yang kerap merasa inferiorjika berhadapan dengan bangsa lain.