Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

telah.ditipuAvatar border
TS
telah.ditipu
Racism: Make Things Better
Racism: Make Things Better
Lagi enak - enaknya ngopi di teras rumah, terdengar suara radio punya tetangga sebelah. Sudah setengah jam lebih sang penyiar cuap - cuap tanpa putus. Apalagi dibarengi narasumber yang terdengar cakap pula, mengundang rasa penasaran sebenarnya mereka ngomong apa sih sampe segitu asyiknya?

Setelah curi - curi dengar, ternyata tetangga ane lagi dengerin talkshow lewat radio itu. Temanya agak berat, yaitu tentang kejadian seseorang yang mengolok - olok orang lain karena satu perbedaan yang seharusnya tak perlu disebarkan dan dibesarkan. Tentang seorang yang menghina seorang Papua. Rasisme.

Racism: Make Things Better

Kopi ane masih setengah gelas, lumayan lah buat temen denger acara bincang - bincang tadi. Sang penyiar dengan rasa keingintahuannya yang tinggi kembali melempar pertanyaan demi pertanyaan kepada sang ahli, lalu dibedah dan dipreteli satu per satu untuk meramaikan pagi yang hening itu. Ane sempet dengar, sang narasumber bilang bahwa kejadian rasisme semacam itu sudah ada sejak zaman kolonial dulu. Penjajah menggunakan rasisme untuk memecah - belah persatuan bangsa. Itu berhasil selama beberapa waktu, sebelum akhirnya pejuang Indonesia yang berlatarbelakang beragam memutus rantai penderitaan lalu merdeka. Namun nyatanya, sekarang rasisme masih terjadi. Itu artinya kemerdekaan hanya numpang lewat sebentar, untuk kemudian digusur oleh rasisme lagi, yang tentu dengan teknik modern ala penjajah milenial.

Kalo penjajah zaman kolonial pakai isu seperti perbedaan pakaian, perbedaan gaya dan perbedaan sekolah formal untuk merusak bangsa. Sedangkan penjajah sekarang mainnya lebih halus. Mereka tak menggunakan isu mode busana seperti kebaya lagi karena masanya telah lewat. Mereka juga tidak memisah gaya hidup dan status pendidikan karena banyak orang sekarang terlihat lebih cerdas. Para konspirator zaman now menggunakan senapan eksistensi agar bangsa ini terpecah kembali. Mereka telah berhasil membuat banyak orang narsis, bukan narsis secara foto tetapi narsis yang menunjukkan "Aku lebih baik darimu".

Merasa superior itulah sumbu dari rasisme. Tinggal disulut sedikit saja, meledaklah pertengkaran. Seperti kejadian seorang yang menamai orang lain seperti monyet bisa menyebabkan demonstrasi dan pembakaran bangunan. Kalo sudah begitu tidak hanya yang bersangkutan saja yang sengsara, tapi seluruh bangsa akan terkena dampaknya. Hanya karena satu pemain narsis, bisa mengakibatkan suatu tim mobile legends porak poranda.

Racism: Make Things Better

Ane pun nyesep kopi lagi. Sementara sang narasumber di radio itu terus berkicau, yang intinya adalah untuk menghilangkan atau setidaknya meminimalisir rasisme agar tak terulang lagi yaitu dengan saling menghormati, bersikap toleransi bahkan menyebut butuh wajib militer agar bhineka tunggal ika bisa tercapai. Solusi yang sempurna.

Tapi kenapa solusi itu bisa diterapkan hanya sebentar dan tidak tahan lama, sebelum akhirnya rasisme muncul kembali, berulang kembali dari masa ke masa?

Sang narasumber menjawab sederhana: karena memang rasisme tidak bisa dihilangkan. Ia akan ada dan terus ada sampai kapan pun. Rasisme dibutuhkan agar perdamaian dapat terlihat. Rasisme diperlukan agar cinta dapat terbentuk.

Tambahnya, rasisme tidak hanya berpotensi merusak tapi juga bisa membangun.

Orang yang rasis atau yang menghina orang lain, entah bagaimana caranya akan dapat balasan atas perbuatannya, dimana balasan itu yang bisa membuat dirinya kapok dan sadar bahwa dirinya tidak lebih baik dari sesamanya.

Orang yang dihina, mungkin akan sakit hati dan dendam, tapi kalau rasa tidak nyaman itu bisa diolah dengan sabar maka dirinya akan jadi lebih baik. Hinaan bisa dijadikan motor penyemangat agar lebih bagus lagi.

Bagi pihak yang tak menghina atau dihina, rasisme bisa dijadikan tontonan yang menuntun: "Ini lho buktinya kalo kamu menghina maka kamu dapat balasan yang menyiksa. Ini lho contohnya kalo kamu dihina tetep sabar maka kamu jadi orang yang lebih manusiawi."

Racism: Make Things Better

Ane menyeruput kopi sampe tak tersisa. Lalu ane pasang kuping lagi, ternyata acara talkshow itu sudah berakhir. Radio tetangga ane pun dimatikan. Ane beranjak dari kursi, ngulet - ngulet sebentar, sambil menikmati belaian angin lembut menerpa kulit ane. Seger rasanya. Lalu sepintas teringat kalimat penutup acara talkshow tadi. Redaksi tepatnya sih gak inget, tapi intinya kurang lebih begini:

Quote:


Sumber Ilustrasi : Ilustrasi 1 Ilustrasi 2 [url=https://www.kepogaul.com/wp-content/uploads/2018/10/000301-00_tanaman-untuk-taman-rumah-minimalis_pekarangan_800x450_cS E N S O Rin.jpg]Ilustrasi 3[/url]

Racism: Make Things Better

0
183
0
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84.3KAnggota
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.