riandyogaAvatar border
TS
riandyoga
Hati-hati, Pikiran Rasis Bisa Muncul Karena Salah Paham


Halo GanSis semua!! Sangat miris memang menyikapi isu yang berkembang beberapa hari ini. Sangat disesalkan mengapa kita masih saja meributkan soal rasis.

Di tanah Papua, kawan-kawan kita disana mengalami peristiwa kerusuhan beberapa hari lalu. Diduga insiden itu terjadi sebab isu rasial. Dipicu kejadian "bendera" di Surabaya.

Dari itu lalu muncul gelombang protes dari sekelompok masyarakat yang mengatasnamakan masyarakat Papua. Hingga yang paling terakhir unjuk rasa ricuh di Jayapura, Papua (29/8/2019).

Kejadian ini sungguh merugikan banyak orang. Terutama bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Isu rasial ini menimbulkan gejolak dan rasa curiga antar rakyat dan pemerintah. Dan yang senang ialah kelompok yang diduga sebagai provokator.

Dampak langsungnya tentu saja pada sektor keamanan. Kemudian kerugian masyarakat yang jadi terganggu aktivitasnya. Imbas dari kericuhan saat unjuk rasa.

Munculnya kabar hoax pasca rusuh saat unjuk rasa di Papua. Tentang jumlah korban, pelanggaran ham dan lainnya. Ada video hoax tentang pembakaran mesjid, penghancuran bangunan berbau Jawa, hingga pengibaran bendera Israel di Papua. Terang saja hal ini bikin suasana makin panas.

Pemerintah sendiri menduga ada campur tangan asing. Sementara Pemerintah terus didesak untuk menyelesaikan isu tersebut segera. Selain itu pemerintah juga membatasi akses listrik dan internet agar kerusuhan tidak meluas.

Dan baru-baru ini juga beredar sekelompok orang yang merasa ditipu korlap karena ikut unjuk rasa rusuh di Jayapura. Lalu mereka menyatakan sudah menyesali perbuatannya.

Runtutan peristiwa ini seperti benang kusut. Bagai api dan asap, saling berkaitan. Dari peristiwa di Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, berujung demo rusuh di tanah Papua. Membuat sejumlah pihak saling menduga dalang dibalik kerusuhan.

Saya pribadi sangat menyesali kejadian ini dari awal bermula. Seperti kisah yang mungkin sudah banyak GanSis tahu. Peristiwa di Papua ini bermula dari bendera Merah Putih yang ada didepan asrama Mahasiswa Papua lalu masuk kedalam parit.

Quote:


Didapati sebuah foto bendera Merah Putih di selokan. Kemudian foto menyebar lewat grub chat. Dibumbui narasi yang sepengetahuan saya isinya menyinggung rasisme. Menuduh mahasiswa asal Papua yang telah merusak bendera Merah Putih yang dimaksud.

Bermodal foto tersebut, kemudian sekelompok orang maupun ormas diduga melakukan pengepungan terhadap asrama Mahasiswa Papua tersebut.

Dalam informasi lainnya juga menyebutkan adanya aparat yang juga ikut mengepung asrama tersebut sambil berteriak dan diduga terceploslah kalimat bernada rasis.

Kejadian persisnya saya gak bisa sebut kepastiannya gimana. Menurut informasi terbaru yang saya baca, dalang hasutan rasis di depan asrama Mahasiswa Papua itu sudah diproses oleh pihak berwajib. Baik aparat maupun warga sipil yang terlibat. Semoga diadili dengan seadil-adilnya.

Quote:

Oke GanSis, dari rentetan peristiwa di atas saya berpikir rasis itu muncul karena kesalah pahaman dan saling curiga.

yang saya katakan ini sesuai pengalaman dari saya pribadi. Mungkin kita tidak menyadarinya, bahwa semajemuknya bangsa kita. Tanpa disadari kita juga tumbuh kembang dengan narasi-narasi rasis disekitar.

Sebuah wawasan yang tidak diajarkan khusus di sekolah, tapi sebagian diantara kita tahu watak dari suku-suku di Indonesia. Bagaimana orang Jawa, Melayu, Aceh, Sunda, Bugis, Batak, hingga Papua.

GanSis mungkin akrab dengan kalimat:

Quote:


Tanpa disadari kalimat-kalimat seperti itu menjurus ke rasis. Dan mirisnya kita juga sudah terbiasa dan menganggapnya sudah lazim.

Tapi ingat, gak semua orang menerima gitu aja ujaran rasis pada dirinya. Teman kamu barangkali gak masalah dikatain "hitam, keleng, sipit, pelit, perhitungan dan lainnya". Tapi jangan dijadikan kebiasaan pada pergaulan lebih luas.

Saya tinggal di Sumatera Utara. Bersebelahan dengan Aceh. Daerah Aceh mirip-mirip juga dengan Papua yang pernah ada isu ingin pisah dari NKRI. Akar masalah mungkin beda dengan Papua. Tapi sepengetahuan saya isu yang dimainkan masih mirip-mirip.

Sama juga seperti waktu, Timor Leste. Sepengetahuan saya orang-orang Timor Timur waktu itu yang bersekolah keluar daerahnya juga sering dikatain hal-hal berbau rasis. Oia, kalau soal Timor Leste, saya tahunya dari hasil baca. Soalnya waktu itu saya masih bayi.

Sementara di tempat saya juga kurang lebih begitu. Sewaktu Aceh bergejolak dengan GAM, memang saya belum dewasa untuk tahu banyak hal. Tapi yang saya ingat saat itu isu atau persepsi terhadap Aceh umumnya negatif pada saat itu. Entah siapa juga yang menyebarkan.

Katanya disana orangnya suka bunuhi orang, suka merebut lahan milik orang lain, tempatnya ladang ganja, orang sombong, dan puncaknya saat Tsunami Aceh 2004. Ada yang bilang itu sebagai "azab". Saat itu saya yang masih kecil diam saja, tapi mengingatnya.

Kemudian masih terkait Tsunami 2004. Dari Binjai kan itu juga kirim bantuan. Kebetulan kampung saya ada kirim bantuan. Sepengetahuan kami pada waktu itu, kirimnya baju-baju bekas. Namanya juga bencana, pakai baju apa aja bisa.

Bantuan sudah terkirim. Selang beberapa minggu terdengar kabar. Bantuan pakaian bekasnya ditolak. Whats!!

Saya yang sudah mulai dicekoki hasutan rasis, jadi berpikir yang gak-gak. "memang sombong banget".

Dan selang beberapa tahun, pikiran saya mulai terbuka dan waras (lama juga ya). Terlihatlah oleh saya liputan khusus tentang relawan bencana alam di tv. Relawannya sibuk sorter pakaian bekas. Bahkan sampai dicuci kembali agar layak pakai. Disitu dijelaskan bahwa, kalau kita mau kirim bantuan pakaian bekas pada korban bencana alam. Maka kirim bantuan pakaian layak pakai, bukan bekas saja. Bila perlu pakaian baru. Supaya gak menyusahkan kerja relawan dan menyenangkan hati korban bencana.

Disitulah saya jadi paham. Bantuan saya dulu itu yang katanya ditolak, ternyata bukan berarti orang sana gak mau. Karena memang dasar baju yang di kirim kurang layak. Memang seingat saya itu baju yang dikirim merupakan baju lama sangat. Terang aja ditolak. Ini mau kirim bantuan atau kirim sampah. Hehehe, saya jadi malu karena sudah pikir macam-macam.

Perlahan pikiran negatif terhadap Aceh sudah terbantahkan. Apalagi saya juga ada teman yang asal Aceh. Dan semuanya clear, gak ada alasan untuk saling benci. Isu-isu dulu hanya hasutan saja. Bukan berarti harus digeneralisir bahwa satu suku sifatnya sama semua. Tergantung pribadi masing-masing aja sih. Gak usah bawa-bawa SARA.

Di Sumatera Utara sendiri kondisi masyarakat sangat heterogen. Meski terkenal dengan suku Batak. Tapi suku Jawa disini cukup mayoritas.

Terus terang saja, obrolan-obrolan bernada rasis terkadang terjadi secara terang-terangan. Di Indonesia bahkan soal rasis malah dijadikan bahan kelakar. Namun hati-hati, jangan dijadikan kebiasaan.

Teman-teman terdekat kamu bisa saja menerima celotehan rasis. Tapi jangan dibawa-dibawa ke ranah umum. Dan jangan mencari pembenaran demi kebebasan berpendapat, lantas bebas gitu aja.

Manusia memang diciptakan berbeda dan bersuku-suku. Agar manusia saling mengenal. Saling mengenal karakteristik antar suku juga gak apa. Asal jangan dijadikan bahan olok-olok. Karena boleh jadi orang-orang yang mengolok-olok orang lain, mereka tidak lebih baik dari orang yang diolok-olok.

Saya percaya, bagaimanapun bentuknya manusia dilahirkan. Akan memiliki keunggulannya masing-masing. Saat ini boleh saja mayoritas orang berpikir rasis seperti kulit putih, hidung mancung, rambut lurua, tinggi dan langsing sebagai standar proporsional penampilan manusia modern.

Tapi bila kita mau membaca sejarah. Dimasa lalu, standar penampilan manusia berbeda bahkan bertolak belakang dengan sekarang. Dan tidak menutup kemungkinan, dimasa depan pakem-pakem yang ada sekarang juga akan berubah. Itu artinya, cantik dan tampan itu relatif. Berupa standar yang dibuat dan diyakini manusia sendiri. Tidak bersifat tetap dan ada dipikiran manusia saja. Sewaktu-waktu bisa berubah.

Quote:

Kembali soal Papua. Kalau kita mau baca soal kekayaan, keindahan dan potensi lainnya di tanah Papua. Melihat fakta bahwa Papua merupakan bagian yang gak kalah penting di NKRI. Kita mungkin akan memandang berbeda pada Papua.

Hanya saja saat ini masih terjadi kesalahpahaman. Sepengetahuan yang saya tahu, setiap ada peristiwa di Papua. Justru yang banyak komentar orang-orang diluar Papua. Sehingga kerab terjadi disinformasi. Masyarakat juga masih gampang percaya hasutan yang gak jelas kebenarannya. Hati-hati, pikiran rasis muncul karena kesalahpahaman. Keep Calm and Stop Racism!

Oleh Rianda Prayoga. Binjai, 4 September 2019.

Spoiler for referensi:
Diubah oleh riandyoga 04-09-2019 10:17
0
700
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.