Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

MiraicledeeAvatar border
TS
Miraicledee
Gula Dan Si Semut 1
Gula Dan Si Semut 1

Gula dan Si Semut 1



“Gina, lo lagi ngapain?”,  “Pulang sama gue yuk!”, atau “Gina, jadi pacar gue dong?”


Ah, pusing! Gumamku, memegangi kepala dengan kedua tanganku. Lalu, aku menjatuhkan kepalaku di atas meja.

Bisa gila aku, kalau kayak gini?


Sadam Mahendra, cowok yang lumayan ganteng, walaupun nggak seganteng Rayn Wijaya, cukup populer di kalangan cewek sekelasnya, tapi aku tetap nggak suka!


Nggak tahu sejak kapan, dia ngejar-ngejar aku kayak diteror sama debt collector (mungkin lebih parah), atau kayak hantu—di mana-mana ada. Dan dia tahu di mana rumah aku, entah dapat informasi dari mana. Bodo amat! Tapi ini cukup mengganggu hidupku.


Kayak hari ini. Huh, dia muncul di depan kelasku dengan senyum kelihatan gigi, yang menurutku mirip kuda. Setelah melihat keberadaanku yang sedang duduk di bangkuku, ia masuk ke dalam kelas dan mendatangiku.


“Gina, aku mau ngomong bentar boleh?” katanya.


Aku tidak menoleh, hanya melirik jutek. “Ngomong aja!” Sangking sebalnya, nada bicaraku agak nyolot. Biarin aja. Biar dia tahu, kalau aku udah muak sama dia.


“Tapi nggak di sini. Gimana kalo di kantin.”


Tuh, kan! Ada aja caranya dia supaya aku mau pergi sama dia. Aku menghela napas.


“Di sini aja!” Aku tetap bersikeras.


“Nggak ah. Di sini terlalu rame.”


Oon banget, sih, nyari alasan. Aku sama Rara sampai tersenyum geli.


“Sama aja kali. Di sana malah lebih rame.”


Kayaknya, dia itu nggak kehabisan akal, ya? Pasti ada aja alasan lain supaya aku nurut sama dia. Tapi Sadam, aku bukan cewek yang gampang dirayu. Inget itu!


“Ya … emang. Tapi kalau di kantin kita bisa nyantai sambil makan … emang lo nggak laper?”


Aku memegang perut yang sejak tadi berdendang ria. Emang aku laper, tapi bukan berarti ke kantinnya bareng cowok boybandini, maunya sama Rara.


Karena perut nggak bisa ditoleransi lagi, aku berdiri, lalu menoleh pada Rara. “Ra, ke kantin, yuk!”


Dari lirikan mataku, terlihat Sadam tersenyum semringah. Kayaknya, dia menyangka kalau bujukannya berhasil. Padahal, aku sama sekali nggak ngajakin dia; aku tak acuhkan dia, menggandeng Rara keluar kelas dan meninggalkan Sadam yang melongo melihat kami pergi.


Namun, dia nggak nyerah. Sadam ngikutin kami. Rara juga berbisik begitu. Bodo! Biarin aja diikutin, walaupun agak sebel juga. Aku dan Rara sengaja milih tempat duduk yang cuma muat untuk dua orang—sengaja, biar Sadam nggak duduk bareng kami. Terpaksa, Sadam duduk di tempat yang lumayan jauh dari kami. Huft, aku lega.


Rara memanggil abang tukang bakso ke meja kami, lalu memesan dua porsi bakso. Setelah abang tukang bakso pergi, aku dengar Sadam berseru memanggilnya. Apa dia mau ikut-ikutan pesan bakso juga? Ah, bodo amatlah. Itu terserah dia, ngapain diurusin.


Rara yang akan menyuapkan baksonya ke dalam mulut, jadi urung setelah melirik ke arah lain. Dia berbisik, “Gi, kayaknya Sadam liatin ke kita mulu.”


Aku mau melirik ke belakang, tapi nggak jadi. Entar dia kege-eran. “Biarin aja. Bukannya udah biasa kayak gitu? Sekarang aja kita lagi hoki, dia nggak ganggu dan nggak duduk bareng kita.”


“Iya, sih?” Lalu Rara menikmati baksonya, walaupun masih agak risih.


Aku jadi nggak enak sama Rara kalo kayak gini. Dia jadi nggak nyaman, sama kayak aku. Harus mikirin cara, nih, supaya bisa ngusir Sadam dari kehidupan aku. Tapi bagaimana caranya?[]
Diubah oleh Miraicledee 02-09-2019 07:51
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
367
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.