Review Novel Secarik Cinta


Novel dengan sampul warna ungu yang menurut saya melambangkan keteduhan, tidak seperti kebanyakan orang mengatakan bahwa warna ungu identik dengan (maaf) janda, ya. Saya pribadi bukan penyuka warna ungu, namun semua warna saya suka, termasuk ungu tersebut.

Kenapa saya pilih sampul warna ungu? Yang jelas tidak ada alasan yang spesifik ya, akan tetapi lebih ke cerita di dalam novel tersebut, yaitu dengan menggambarkan kisah seorang perempuan dengan memiliki kepribadian yang teduh, sehingga perempuan tersebut mampu memberikan ketenangan kepada kedua adiknya dan juga Ibunya.

Baiklah, mari kita baca blurb di kisah novel pertama saya ini, sebelum menginjak ke isinya.


Blurb:

Hidup tidaklah seperti tumpukan seloka, yang tertuang lewat tinta emas di atas kertas putih. Syairnya menawan, mendayu, syahdu dan apa saja yang indah-indah tentang hidup. Yang terlahir dari segi sudut pandang sang penyair.

Bahkan, patahan hati bisa saja tergurat manis, tanpa air mata. Meskipun sebenarnya sang penulis berdarah-darah, menahan getirnya sepunggung kepergian, dari seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya.

Rasa sunyi yang terbaca riuh. Pada malam yang tereja serupa liukan seloka. Tempat terbaik bagi segumpal hati yang rapuh, bermain bersama angan-angan, meskipun tak jarang terhalang penat. Namun, perempuan itu tetap ingin menahannya. Hanya malam yang mampu membuatnya bernapas lega, tak ada tumpahan rasa-rasa entah, pada sepenggal hari, yang sudah Tuhan berikan untuknya.

**

Itu adalah blurb di novel saya, novel yang mengusung kisah seorang kakak dengan perjuangannya, untuk dapat membiayai sekolah kedua adiknya, bahkan perempuan itu juga menjadi tulang punggung keluarga, sejak Ayahnya meninggal di saat perempuan itu masih duduk di bangku sekolah menengah.

Perjuangan yang begitu gigih, sampai-sampai perempuan itu merelakan kebahagiaan dirinya demi keluarga, begitu juga dengan kisah cintanya yang terbilang gagal, dengan adanya penghianatan dari sang kekasihnya. Miris sekali, di sisi lain perempuan itu ingin membahagiakan keluarga namun di sisi lain percintaannya selalu mengalami kegagalan.

Kisah dalam novel saya tersebut, banyak menggunakan narasi yang hampir mirip prosa, sehingga pembaca seperti menikmati novel rasa prosa--namun, saya juga memberikan sentuhan horor dan genre flash fiction di setiap potongan ceritanya, karena saya pribadi adalah penulis yang suka akan genre tersebut. Setidaknya agar pembaca menikmati banyak sensasi ketika membaca novel pertama saya tersebut, ada romance, prosa, horor dan tentunya flash fiction.

Mengenai bagus tidaknya novel Secarik Cinta, itu saya serahkan kepada penilaian pembaca yang sudah membeli novel tersebut, biarkan pembaca yang menilai dengan sudut pandang mereka sendiri. Jika banyak pembaca yang menganggap itu bagus, tentunya akan menjadi spirit tersendiri untuk saya melahirkan novel berikutnya.


01-08-2019 DBaniK