Sumber: dw.com

Bagi saya, bangga dan cinta jadi warga Indonesia adalah takdir. Bagaimanapun, saya dilahirkan di sini, dibesarkan di sini. Saya terbentuk dari pengalaman kolektif orang-orang sini. Rasanya tak mungkin meniadakan itu semua. Jadi, tak mudah meninggalkan Indonesia dari kesadaran saya. Bagaimana bisa, semua pengalaman yang saya alami membuat saya tak bangga jadi warga Indonesia?

Tak bisa dimungkiri bahwa terkadang timbul rasa benci dengan negeri ini, dengan segala tingkah warga dan pemimpinnya yang berbagai macam. Namun yang jadi pertanyaan: mungkinkah kita benci jika terlebih dahulu tak ada rasa mencintai?

Sumber: asumsi.co

Berangkat dari pernyataan saya di poin pertama, bahwa terkadang timbul rasa benci dengan negeri ini, dengan segala tingkah warga dan pemimpinnya yang berbagai macam. Maka sudah tugas saya dan kita semua, generasi muda, untuk memperbaiki keadaan.

Dan saya yakin, rasa bangga dan cinta kepada Indonesia akan semakin tumbuh nyata dalam kerja memenuhi amanat itu: amanat untuk terus-menerus memperbaiki keadaan, mengembangkan keadilan dan "kemerdekaan" bangsa ini.

Sumber: idntimes.com

Melanjutkan poin kedua, amanat kita dalam memperbaiki keadaantak lain adalah perkembangan perjuangan pendahulu kita. Pendahulu yang saya sangat yakin, juga cinta dan bangga kepada Indonesia.

Jadi, cinta dan bangga kepada Indonesia adalah sikap siap memperbaiki keadaan, tetapi bersiap pula melihat kenyataan bahwa perbaikan itu tak akan pernah selesai dengan sempurna. Dan jika kita mengilhami ikhtiar itu, saya yakin rasa kolektif dari cinta dan bangga kepada Indonesia akan mampu kita wariskan kepada generasi setelah kita, yang tak lain bertugas melanjutkan perjuangan kita nantinya.