yuni.wahyuni114Avatar border
TS
yuni.wahyuni114
Dari Pramuka Pertama Kali Aku Mengenal Cinta


Beberapa tahun lalu, entah berapa tulisan yang sengaja kugarap saban malam hanya untuk menceritakan soal 'dia'.

Dia, lelaki yang terpaut jauh usianya di atasku.

Dia, lelaki sederhana yang selalu mengajariku arti Dasa Dharma ketujuh. Kala semua teman berusaha mengajakku berhuru hara.

Dari semua itulah, ceritaku bermula.

***


pinterest

Awalnya, aku tak tahu siapa 'dia'. Hingga salah seorang teman mengatakan padaku, "Kenal sama kakak pembina Pramuka kita, nggak?"

Aku yang masih sangat baru kala itu, hanya menggeleng lemah.

"Tidak tahu? Wah, sayang banget!" sambungnya sembari terus melipat mukena.

"Memangnya kamu tahu?" tanyaku berusaha memancing dia supaya mau bercerita.

"Namanya Rahman. Teman baik kakakku sewaktu SMK dulu."

"Oh, ya?!" pekikku dengan tatapan tak percaya.

"Hahahhaa. Kamu kenapa? Suka?" ledeknya seperti selalu, hingga kami berdua pun tertawa.

Di teras masjid yang sudah lengang, kami melanjutkan obrolan yang tertunda.

"Tapi, kamu bakalan nggak percaya, kalau dia adalah tetanggamu."

"Hahh??!" teriakku tak lagi mampu mencegah mulut untuk terbuka.

Adira--temanku tersebut, hanya tertawa.

"Apanya yang lucu, sih?" sungutku terus menarik lengan seragam miliknya.

***


pinterest

Hari pertama menjadi anak pramuka terlampaui dengan sukses. Saat yang sama, beberapa pekan lagi merupakan acara perkemahan hari jadi Pramuka. Semua kakak pembina, kakak senior dan ketua pramuka melakukan musyawarah.

Mengadakan latihan Pramuka pada pekan terakhir, sebelum acara perkemahan hari jadi pramuka dilaksanakan.

"Salam pramuka!" teriak seorang kakak kelas yang kuketahui termasuk anak pamanku di ujung desa.

Kami menjawab kompak, "Salam!"

Usai dengan sambutan ketua pramuka, seorang lelaki berkisar usia dua puluh enam tahunan melangkah ke depan.

"Tanpa banyak berkata-kata, saya di sini akan menyebutkan beberapa nama. Dari nama-nama tersebut nanti, yang akan mewakili sekolah kita maju ke acara perkemahan hari jadi pramuka. Adapun nama-namanya adalah: Nana Setyowati, Alina Rahma, Syafi, Taufik R ....," hingga terakhir, tersebutlah namaku juga. "Jasmine An-Nisa."

Tepuk tangan bergemuruh. Tapi tidak denganku. Mataku tetap awas memperhatikan tiap detail wajah kakak pembina.

"Benar kata Adira. Lelaki itu memang tetanggaku," ucapku sangat lirih.

Grup inti perwakilan sudah ditentukan. Saatnya giat belajar hal-hal yang nanti akan sangat dibutuhkan saat acara perkemahan.

Kak Rahman--kakak pembina pramuka--tersenyum, saat mata kami akhirnya saling bertukar pandang.

"Ehm!" ledek Adira yang ternyata ikut juga dalam grup inti. "Kenapa, Mine?"

"Nggak kenapa," jawabku datar.

Adira menyerahkan bendera Semaphore ke arahku. Membiarkan diriku kembali tertegun.

"Jadi tugasmu yang paling utama, Mine. Karena sesuai kesepakatan teman-teman dan kakak pembina, kamu satu-satunya kandidat yang menguasai Semaphore. So, berlatihlah!"

Bibirku terasa getir. Mataku seketika merabun. "Seriously?"

"Ofcourse! Kak pembina juga yang akan melatihmu nanti."

Adira melengos. Meninggalkan semua bayangan-bayangan yang kembali menghantui minda.

"Kak pembina!?" ucapku lirih.

Tak disangka, sebuah suara segera menimpali. "Ya, saya!"

Pipiku terasa memanas. Wajahku seketika tertunduk tanpa diminta.

"Kenapa menunduk, Jasmine? Bukankah sudah saatnya kamu berlatih?" ujarnya seperti memberi perintah.

"Baik, Kak," jawabku lalu membalik badan menatap ke arahnya.

"Berdiri yang tegak. Pramuka tidak boleh berjiwa pesimis. Coba baca Dasa Dharma pramuka nomor tiga!"

"Patriot yang sopan dan kesatria."

"Paham maknanya?"

Sekali lagi aku hanya mengangguk. Membiarkan ia kembali tersenyum penuh makna.

***


dok.pri

Tepat hari terakhir acara perkemahan selesai. Kak Rahman memanggilku menuju depan tenda. Wajahnya serius, meski acara gladi bersih tenda dan anggota telah usai beberapa menit sebelum senja datang menyapa.

"Jasmine di sini. Ada apa, Kak?" tanyaku takut-takut telah berbuat kesalahan.

"Kamu sudah nggak ada acara sama teman-teman yang lain, Jasmine An-Nisa?"

"Iya, sudah nggak ada, Kak," jawabku masih takut.

Seperti paham rasa takut yang menderaku, Kakak pembina berujar pelan dan sangat pelan.

"Jangan takut, aku nggak akan memarahimu."

Aku? Barusan dia tak memakai 'saya'? Batinku tiba-tiba dipenuhi tanda tanya.

"Ada surat cinta untukmu," lanjutnya sambil mengulurkan sebuah amplop berstempel tunas kelapa sebagai lambang gerakan pramuka.

"Dari siapa, Kak?" tanyaku setelah menerima surat tersebut dari tangannya.

"Dariku," jawabnya malu-malu sambil berlalu.

-Selesai-

Taiwan, 31 Agustus 2019
hvzalfAvatar border
aileenlee293Avatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.4K
14
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.