Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

wisnusatriyaAvatar border
TS
wisnusatriya
Lintas alam, lintas dimensi
Lintas alam, lintas dimensi

Halaman desa yang biasa dipakai sepak bola untuk warga sekitar, hari ini berubah warna menjadi coklat. Hal itu karena saking banyaknya, anak berseragam pramuka yang berbaris di situ. Lebih dari 100 anak berkumpul di lapangan itu. 

Memang, sejak 3 hari yang lalu, lapangan desa itu dipakai oleh salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Magetan melakukan kegiatan Perkemahan Jumat-Sabtu-Minggu, atau biasa disebut PERJUSAMI.

Hari itu mereka semua dikumpulkan di lapangan karena akan melakukan kegiatan Jelajah alam atau lintas alam. Para peserta PERJUSAMI akan dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.

Sambil menunggu waktu keberangkatan, tiap kelompok diinstruksikan untuk memilih ketua kelompok masing-masing.

Andre kedapatan satu kelompok dengan Tino, Roni, Dewi dan Siska.

"Ndre, kamu jadi ketua tim ya ?". kata Roni.

"Kok aku lagi ron, gantian kamu napa ?"


"Yah, ketua kan sama dengan bos, yang namanya bos kan yang badannya paling gedhe." Jawab Roni sambil cekikikan.

"Yeee....bilang aja mau ngeledekin" andre menjawab sambil memukul kepala Roni.

"Eh, kungfu Panda, kamu yakin mau ikut jelajah alam ini ?" 

Andre menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang bicara, ternyata itu adalah Feri, musuh bebuyutannya. Setidaknya Feri menganggap begitu.

Andre diam dan tidak menjawab.

"Heh, tukang ngadu, ini nanti jalannya naik turun gunung, awas jangan sampai kesandung, ntar badanmu yang kaya bola bisa ngegelinding ga berhenti-berhenti". Feri melanjutkan omongannya.

"Eh, no, kamu nyium bau-bau gak enak di sini ndak?, kaya bau-bau tikus got gitu ?" tanya andre kepada Tino".  Sementara Tino yang ditanyai memandang Andre dengan kebingungan. 

Feri yang merasa tersindir, mukanya merah padam, sudah siap akan membalas perkataan andre. Tapi belum sempat Feri bicara, terdengar suara di kejauhan,"KELOMPOK 23 HARAP MENUJU KE GARIS START !!"

Feri mengurungkan niatnya, karena nama kelompoknya sudah dipanggil untuk berangkat melakukan jelajah alam.  Feri pun beranjak meninggalkan andre.


"Awas kamu ya!!". Sahut Feri sambil beranjak pergi.

"Habis ini giliran kita nih!" sahut siska ga sabar.


"Girang amat kamu sis, kalau aku sih sebenernya ga begitu suka kegiatan alam bebas gini, banyak serangga, panas, keringetan, capek". Dewi menjawab siska. 


"KELOMPOK 24 HARAP MENUJU KE GARIS START !"

"Eh, ayo berangkat, giliran kita tuh". Andre berkata ke teman satu kelompoknya.

Di garis START, mereka mendapat pembekalan singkat dari Pak Anto, Pembina Pramuka mereka.

"Perlengkapannya lengkap kan ?

"Lengkap Pak !!" mereka ber-5 menjawab serentak

"Ya sudah, silahkan berangkat, perhatikan penanda jalur yang sudah di pasang di sekitar, tetap hati-hati"

Kelompok 24 yang berisi Andre, Roni, Tino, Dewi dan Siska pun akhirnya berangkat.

============================================================================

Kelompok 23 yang diketuai oleh Feri, sampai di Pos 1, ditandai dengan anak panah yang ditempel ke Pohon. 

"Masih pada kuat jalan ga ?" tanya Feri ke teman satu kelompoknya. Memang jalan menuju pos 1 ini sudah mulai menanjak menaiki bukit.

"Lanjut aja deh Fer, sekalian di pos 2 istirahatnya" Jawab Dika, teman satu kelompok Feri.

"Oke deh, kalian jalan di depan, aku yang di belakang jadi sweeper" kata Feri.

Teman satu kelompok Feri pun berangkat, Feri menunggu teman satu kelompoknya agak jauh. Lalu membalik tanda panah di pos 1.

"Mampus deh, biar nyasar si kungfu panda itu, siapa suruh jadi tukang ngadu". 

Feri masih dendam sama Andre, karena pernah mengadukan ke wali kelas sewaktu dia bolos sekolah. Akibatnya, orang tua Feri harus sampai dipanggil ke sekolah.

Setelah membalik tanda panah tersebut , Feri pun menyusul teman-temannya.

============================================================================

"Ayo dikit lagi, pos 1 udah kelihatan tuh !". Andre yang berada paling depan memberi tahu teman-temannya.

"Iyeee....sabar bos..lutut udah kaya jelly ini rasanya". Roni menggerutu sambil menyusuri jalan menanjak di depannya.

Rute jelajah alam yang dibuat cukup menantang. Cuma sebentar berjalan di jalan raya, lalu berbelok lewat jembatan menuju ke persawahan warga. Persawahan tersebut berbatasan langsung dengan perbukitan yang cukup lebat vegetasinya.

"Nah ini dia pos 1 !! kita istirahat 5 menit ya..habis itu lanjut jalan lagi". Kata Andre kepada teman-temannya. 

"Bb,,bentar banget istirahatnya, masih capek ini ndre". Tino yang dari tadi diam, protes.

"Duh, daripada tuh napas dibuang-buang buat protes, mending disimpen deh, biar bisa cepetan lanjut:. Jawab Andre tegas. Yang lainnya akhirnya memilih diam dan tidak menjawab.5 menit kemudian, Andre berdiri,"Yap !! 5 menit istirahat selesai, yuk kita lanjut.."

"duuh, masih capek ndre,," Siska gantian protes.

"Udah jalan pelan-pelan aja, kalo kelamaan istirahat malah tambah males jalan lagi nanti". 

Sejenak, Andre mengamati jalan yang ditunjukkan oleh arah panah di depannya. Dalam hatinya sedikit ragu, kok jalan yang ditunjukkan kok lumayan lebat vegetasinya, seperti jarang dilewati, meski samar-samar masih terlihat jalan setapaknya. 

Sementara andre masih sibuk dengan pikirannya, roni bertanya,"berarti kalo mau ke pos 2 kita ambil jalan yang kiri ini ya ndre. Tapi kok jalannya kaya jarang dibuat lewat orang ya, masih agak lebat gitu vegetasinya".

Sebenarnya yang ada di pikiran andre sama, tapi buru-buru dia mengenyahkan keraguan di kepalanya, "Mungkin biar lebih menantang, sekalian nglatih navigasi darat kita. Udah yuk, ayo jalan".

Andre berjalan duluan dan teman-temannya mengikuti di belakang. 2 jam lebih berjalan, belum juga ada tanda-tanda pos 2, jalanan yang dilalui malah semakin menanjak dan semakin rapat vegetasinya. Andre mulai cemas. Apalagi rasanya sejak masuk jalan setapak di pos satu tadi, suasana hutannya menjadi beda. Lebih gelap, seperti mendung mau hujan. 

"Ndre, udah keliatan belum pos 2 ??". Dewi yang pertama bertanya.

"Masih belum, mungkin sebentar lagi". Jawab andre. 

Brugh !!! tiba tiba terdengar suara dari belakang. "Ndre, berhenti dulu, Tino jatuh !!" seru dewi sambil menolong Tino yang jatuh di belakangnya.

Andre bergegas menghampiri Tino,"kamu gapapa no ??" 


"Oke deh, kita istirahat dulu". Semua akhirnya duduk. Kelelahan, kebingungan.


Sambil istirahat, Andre menimbang-nimbang langkah apa yang harus diambil selanjutnya. Pilihannya ada dua, lanjut jalan di jalan setapak ini atau kembali ke jalur yang tadi dilalui sampai ketemu pos 1 lagi. 

Lalu andre melihat sekilas kondisi teman-temannya, nampaknya sudah kelelahan, dan kecemasan terlihat di wajah-wajah mereka. 

"5 menit lagi kita jalan lagi ya. Kita balik lagi aja ke pos 1, kayanya kita kesasar". Andre berkata kepada teman-temannya. 

"Bentar ndre, kaki masih linu rasanya". Keluh Dewi.

"Ga ada pilihan lain, nanti keburu hujan, kayanya kok mendung banget, gelap gini". Andre kembali berkata.

"Ga bakal hujan ndre, ini kan musim kemarau". Siska menimpali ucapan Andre.

"Moga-moga benar ndak hujan, tapi kita ga bisa ambil resiko. Ayo kita jalan aja sekarang, pelan-pelan aja. Ndak usah nge-gas jalannya, yang penting sampai".

Mau ga mau, anak lainnya ikut berdiri dan bersiap-siap untuk kembali berjalan. Kali ini tujuan mereka adalah kembali ke pos 1. Kali ini Tino, yang barusan jatuh berada di depan dan Andre sebagai sweeper di belakang. 

Setengah jam berjalan, Tino yang berjalan paling depan berhenti, "Ndre, ini ada percabangan, kita lewat yang mana ?" 

"Ha ? ga ada percabangan No, jalan yang kita lewati ya cuma jalan setapak ini tok tadi. Ga ada jalan lain." Andre menjawab sambil menghampiri Tino.

Begitu sampai di percabangan yang dimaksud Tito, Andre terdiam. Heran. "Aneh, Perasaan tadi percabangan ini ga ada". Batin Andre dalam hati.

Andre mengamati kedua percabangan itu. Dilihatnya yang sebelah kanan, beberapa tanaman ada yang nampak roboh seperti terinjak.

"Kita ambil yang kanan ini aja, kali ini biar aku yang di depan". Kata andre.

Perjalananpun kembali dilanjutkan. 30 menit berjalan, Andre menemukan keanehan lagi. Vegetasi di sebelah kiri jalan setapak yang dia lalui semakin jarang, dan tak lama kemudian, mereka sampai di tepi lereng, yang tidak terlalu dalam, tapi cukup curam. 

"Aduuuh...kapan kita lewat lereng kaya gini tadi ?? kita beneran nyasar ini .." Dewi berteriak panik, hampir menangis. 

Roni berniat menghampiri Dewi, bermaksud menenangkan. Tapi baru berapa langkah, Roni berteriak.

"Arrgh !!"  tanah yang dia injak, ambles, membuatnya jatuh ke lereng curam itu. Beruntung dia masih bisa berpegangan tanaman di sekitar lereng tersebut. 

"Awas,, semuanya agak menjauh dari bibir lereng !!" Andre berteriak sambil menghampiri Roni, kemudian membantu mengangkatnya ke atas. Tino datang, ikut membantu. 

Setelah Roni berhasil naik kembali ke jalan setapak, Andre menyuruh Tino duduk dulu. "kamu ga papa ron ?? Ada yang luka ?"

"Rasanya kakiku ndre, sakit banget, tadi waktu tak pakai menapak, sakit banget". 

Andre melihat pergelangan kaki roni, nampaknya hanya terkilir, tidak ada sampai patah tulang. 

"Gi...gimana ini ndre ??". Tanya Tino.

Andre berpikir sejenak, kemudian menjawab,"Kita kembali lagi aja ke percabangan tadi. Roni biar aku papah aja. No, tolong bawain tasnya. Kali ini siska aja yang di depan"

Mereka pun kembali berjalan, dengan Roni dipapah oleh Andre. 

Setengah jam sudah berlalu sejak mereka kembali berjalan, namun percabangan tadi tidak juga ketemu. Andre semakin cemas, apalagi dirasakannya keadaan di sekitar semakin gelap. Entah apa penyebabnya. 

"Ndre, ndre..berhenti dulu..kakiku sakit banget". 

"Oke, kita istirahat di sini dulu aja, semua ambil posisi duduk yang paling nyaman". Kata andre,

Semuapun akhirnya duduk, terduduk. Tidak ada yang berbicara. Suasana menjadi hening. Di tengah keheningan itu, tiba-tiba terdengar sesuatu. Seperti langkah kaki yang diseret.

Andre terkejut dan berusaha mencari sumber suara tersebut. Setelah melihat ke sekitar, ketakutan dan heran, andre mengusap matanya untuk memastikan apa yang dia lihat. 

Dilihatnya seorang nenek-nenek memakai kebaya dengan bawahan kain jarik, gendongan berisi kayu ada di punggung nenek itu, sedang berjalan ke arah mereka. Semua anak pun terperangah, tidak yakin dengan apa yang mereka lihat.

"Dddree,,,itu siapa ?? manusia apa bukan" Dewi bertanya kepada andre setengah berbisi. Tapi Andre diam tidak menjawab, dia sendiri tidak yakin dengan apa yang dia lihat. 

Nenek itu semakin mendekat. Setelah berada dekat dengan mereka, nenek itu berkata,"Kowe kabeh ki kenopo kok iso dolan tekan kene ?(kalian ini kenapa maen sampe sini ?"

"Kulo kalian rencang-rencang tumut acara kemah Pramuka sekolah mbah, dateng lapangan mriko.  Niki wau wonten acara lintas alam, tapi kesasar sampai mriki.(Saya sama teman-teman ikut acara kemah pramuka di lapangan sana nek. Tadi ada acara lintas alam, tapi kesasar sampai ke sini)" Jawab andre.

"Ono-ono wae. Wes sampean mlaku turut dalan iki wae, mengko bakal ketemu kali cilik. Terusne mlaku turut miline banyu, mengko bakal ketemu sawahe warga. (Ada-ada saja. Sudah, kalian ikuti jalan ini saja, sampai ketemu sungai kecil. Setelah itu jalan terus ikuti aliran air, nanti kalian akan sampai di persawahan warga."

Setelah mengatakan itu, nenek itu berlalu meninggalkan mereka. Andre dan teman-temannya pun berdiri, berniat untuk melanjutkan perjalanan. Setelah membantu Roni berdiri, Andre menoleh ke sekitar untuk mencari nenek tadi. Dia ingin menucapkan terima kasih. Tapi nenek itu sudah lenyap dari pandangan.

"Ddree, nee..nenek tadi kemana ?" Tino bertanya. 

"Ga tau. Udah ayo kita jalan aja. Ga usah mikir macem, macem. Pokoknya kita cari dulu sungai yang dimaksud tadi". Jawab andre.

Mereka pun melanjutkan perjalanan. Setelah kurang lebih 15 menit berjalan, Siska, yang berada paling depan tiba-tiba mempercepat jalannya. 

"Sis pelan-pelan dong..kasihan andre sama roni" Dewi yang dibelakangnya berteriak.

"Ayo buruan,aku udah denger suara aliran air !" jawab siska.

Yang lainnya pun ikut mempercepat langkah mengikuti siska. Dan ternyata benar, tidak lama kemudian, mereka menemukan sungai kecil yang dikatakan nenek tadi. Mereka pun berlanjut mengikuti aliran sungai itu. 

1 jam berjalan mereka melihat area persawahan yang dimaksud. Mereka juga melihat jembatan yang tadi mereka lewati sebelum masuk ke hutan.

Begitu sampai di jembatan, mereka melihat Pak Anto, pembina Pramuka merka berdiri di tepi jembatan, sedang berbicara di walkie talkie.

"Pak Anto !!!" seru Dewi memanggil sambil menghampiri.

Begitu melihat mereka, ekpresi wajah Anto yang semula muram, berubah senang. 

"Kalian dari mana saja ? Sejak kemaren kita semua nyari kalian !! tiba-tiba kalian muncul di sini !" 

"Kemaren ? kan lintas alamnya baru mulai tadi pagi pak, ini kan masih sore". Tanya andre keheranan. 

Anto tak kalah heran,"Saya udah nyari kalian sejak kemaren. Acara lintas alam sudah selsai kemaren sore, tinggal kelompok kalian yang belum kembali".

Andre dan teman-temannya saling berpandangan, heran. Mereka merasa hanya beberapa jam di dalam hutan, dan tidak pernah mengalami malam. Ternyata mereka hilang selama 2 hari.

"Ya sudah, ayo kembali ke perkemahan, Roni butuh segera dirawat, yang lainnya dipikirkan nanti saja" Kata Pak Anto.

"Baik pak" Jawab Andre. 

Andre menoleh lagi ke hutan, dia melihat nenek tadi berdiri di sebelah pohon. Lalu berbalik kembali berjalan ke dalam hutan. 

"Terima kasih" Batin andre di dalam hati.

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
555
0
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.