Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

aniesdayAvatar border
TS
aniesday
Zonasi, Keberuntungan Bagi Sekolah Pinggiran
Zonasi, Keberuntungan Bagi Sekolah Pinggiran
Memaknai sistem zonasi yang telah berlangsung pada tahun ajaran ini membuat saya memberikan beberapa catatan. Terutama dari sisi keberadaan sekolah pinggiran. Yakni sekolah-sekolah yang sama sekali jauh dari kata lirikan untuk menjadi tujuan utama.

Berkah bagi sekolah tersebut. Termasuk sekolah yang ada di daerah saya kecamatan Pujon. Pada tahun ajaran baru sekolah menengah di Pujon baik SMP maupun SMA harus bersaing ketat untuk mendapatkan murid. Ada dua SMP Negeri dan lebih dari 15 sekolah swasta yang tersebar di masing desa, dengan satu SMK Negeri dan kurang dari 5 Sekolah setingkat SMA.

Aroma persaingan memperebutkan murid begitu kuat, namun tetap siswa berprestasi yang mempunyai nilai ujian nasional tinggi kurang berminat sekolah di Pujon, kota kecamatan yang terletak agak jauh dari kota Batu. Tempat bertaburnya sekolah favorit yang menjadi tujuan lulusan.

Fenomena ini tentu saja kurang saya sukai, mengingat mereka yang berkesempatan sekolah di daerah saya rerata bukan pemilik nilai ujian tinggi pun jumlah peminat untuk bersekolah di daerah kami sedikit. Sehingga tidak ada penjaringan berdasarkan input kualitas siswa. Semua siswa yang daftar di terima, itupun kadang tidak memenuhi pagu, banyak kursi kosong terbiar. Karena lulusan lebih suka berburu sekolah favorit di kota Batu. Baru nanti ketika tidak diterima di sana, mereka akan kembali lagi ke daerah bersekolah di daerah asal.

Zonasi, Keberuntungan Bagi Sekolah Pinggiran
Gambar: Dokumentasi pribadi

Fenomena itu tidak saya lihat lagi dalam penerimaan siswa baru pada tahun ajaran 2019 ini. Calon siswa baru di kecamatan saya hanya punya 2 pilihan sekolah negeri dan banyak swasta. SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2. Berbondong-bondong lulusan SD atau MI yang berminat melanjutkan ke jenjang SMP mendaftarkan diri di dua sekolah tersebut. Menjadikan sekolah di daerah sebagai pilihan utama, bukan lagi pilihan sebelah mata.

Hasilnya, tidak lagi saya temukan sekolah kekurangan murid. Sekolah Negeri mampu menjaring siswa dengan jumlah yang ditargetkan, sekolah swasta mendapatkan siswa memperoleh siswa, setelah tidak lagi tertampung di sekolah negeri. Seperti berpuluh tahun yang lalu. Saat jumlah sekolah belum sebanyak ini.

Ya, pendirian sekolah tanpa melihat animo masyarakat bersekolah di tempat tersebut rupanya memantik persoalan baru. Ada SMP Satu atap, ada sekolah-sekolah menengah, baik negeri maupun swasta baru didirikan. Pemerintah memberikan izin berdirinya sekolah baru tersebut hanya berdasar letak geografis daerah, serta jumlah penduduk saja. Lupa bahwa minat seseorang untuk melanjutkan pendidikan di suatu daerah juga mempengaruhi jumlah siswa yang akan memenuhi kursi di sekolah-sekolah yang baru dibuka tersebut.

Mungkin analisa saya salah, tetapi yang saya amati dan saya dengar dari guru guru di sekolah sekolah yang kesulitan mendapatkan siswa selalu saja mengemukakan alasan tersebut. Yakni bahwa, jumlah sekolah yang ada tidak berbanding lurus dengan minat masyarakat menyekolahkan anaknya di tempat atau lembaga yang telah ada itu.

Sistem Zonasi tahun ini, menurut saya, sebagai salah seorang warga yang tinggal di daerah pedesaan, telah menyelamatkan keberadaan sekolah yang ada di daerah. Mereka, calon siswa itu tidak ada pilihan lain untuk melanjutkan pendidikan, selain harus bersekolah di daerahnya. Ini tentu saja membuahkan iklim positif bagi keberlangsungan lembaga pendidikan di daerah kami. Input siswa daerah dengan kemampuan Intelektual tinggi bisa didapatkan dengan cara ini. Anak anak yang pandai tidak lagi tergoda melanjutkan pendidikannya di kota. Tidak ada lagi sekolah favorit bagi calon siswa untuk diburu.

Terhadap hal ini, saya memang masih belum melihat hasil kualitas anak didik dari diterapkannya sistem zonasi ini selain pemerataan jumlah siswa. Sebab untuk mengetahui hal itu harus ada tolok ukur nyata sesudah sebuah kompetisi dilakukan. Misal Ujian Nasional. Urutan atau rangking sekolah bisa dilihat sesudah Ujian dilaksanakan.

Jadi, hasil penerapan sistem zonasi ini dalam pandangan saya adalah, belum terlihat pengaruhnya terhadap kualitas pendidikan secara umum. Namun satu hal yang nampak jelas sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan lembaga pendidikan di daerah yakni, sistem zonasi merupakan keberuntungan bagi sekolah pinggiran.

Apakah agan atau sista sepakat dengan pendapat saya? Mari saling berbagi pandangan dan pengalaman. Salam cinta pendidikan.

Ditulis Anis Hidayatie untuk Kaskus. Malang 30 Agustus 2019




Diubah oleh aniesday 30-08-2019 22:40
triwinartiAvatar border
TaraAnggaraAvatar border
hvzalfAvatar border
hvzalf dan 5 lainnya memberi reputasi
6
798
22
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Education
EducationKASKUS Official
22.6KThread13.7KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.