Gara-gara 'Terbuang' Akhirnya Ane Memilih Menjadi Pemersatu Lewat Digital Literasi!

Beranda

...

The Lounge
Gara-gara 'Terbuang' Akhirnya Ane Memilih Menjadi Pemersatu Lewat Digital Literasi!

bekticahyopurno

24-08-2019 15:13

Gara-gara 'Terbuang' Akhirnya Ane Memilih Menjadi Pemersatu Lewat Digital Literasi!

Taukah kamu apa yang paling menyakitkan hati? Adalah saat kau tidak diakui karena berbeda dari biasanya. Sakit, perih, susah dijelaskan dengan kata-kata. Mungkin itulah ane rasakan waktu itu, sebelum semuanya berubah.

Sahabat kaskuser sebagian mungkin sudah tidak asing dengan ane disini. Penulis gila, yang memilih bungkam saat aksaranya bisa memancing perpecahan. Walapun hati bergetar membaara saat membaca berita yang provokatif, ane selalu berusaha memilih menghindarinya.

Bahkan sahabat Belajar Bersama Bisa di komuniitas kita orang, selalu ane himbau untuk tidak menulis yang bisa menimbulkan perpecahan. Jangan tanya kenapa? Adalah karena ane dulu pernah merasa 'Terbuang'. Atau mereka menyebutnya diskrimasi. Bahkan sampai pada titik dibuly.

1. 'Terbuang' Oleh Tersebab Suku dan Tanah Kelahiran

Lahir di atas bumi di kolong langit, 02 November, 1986 dengan selamat dan sehat walafiat di Kecamatan Rantau Pulut, Kabupaten Kota Waringin Timur, Sampit, Kalimantan Tengah. Lebih tepatnya di pingiran Sungai Seruyan. Setelah menjadi daerah pemekaran baru, berubah dari Kota Waringin Timur menjadi Kabupaten Seruyan. Sekarang tinggal di Jakarta

"Siapa sih yang bisa memilih lahir dari siapa dan di mana? Adalah kau dan aku tidak bisa memilihnya."

Ya 'Terbuang': di Kalimantan dibilang orang jawa, di jawa dibilang orang kalimantan. Begitulah yang ane alami saat di Kalimantan dan di Jawa.

2. 'Terbuang' Karena dianggap Kritis dan Cerdas

Dari mulai bangku Sekolah Dasar hingga dunia kerja, sering dihindari banyak teman karana dianggap kritis. Bahkan saat sekolah sering mendapat diskriminasi dan dibuly, baik teman hingga guru.

Dari dua alasan itulah yang akhirnya ane memiliki alasan kuat kenapa ane aktif pada komunitas yang berbasis memanfaatkan digital yang anggotanya lintas suku, agama, ras dan budaya.

"Siapapun yang tidak bisa menerima perbedaan, pasti berakhir dengan kehancuran. Karena perbedaan adalah keindahan!"

Apa di dunia ini yang tidak berbeda? Semua berbeda, sidik jari berbeda, bahkan bau keringat juga berbeda. Itu terbukti kenapa penyidik kepolisian baik menggunakan teknologi atau pasukan khusus Anjing, bisa membedakan bau dan sidik jari.

Paling sederhana saja, ane mau menikah karena berbeda. Beda masa lalu, beda karakter dan yang pasti beda jenis kelamin. Jadi perbedaan adalah keindahan. Sebuah keniscayaan menolak perbedaan, yang bisa kita lakukan adalah menempatkan perbedaan itu pada tempatnya.

Tangan-tangan yang Saling Bergandengan Tangan, Belajar Bersama Bisa Meraih Harapan, Cita-Cita Jiwa yang Merdeka!

Spoiler for BBB:

Indonesia sendri memiliki beragam suku, bahasa, budaya, agama, keyakinan yang beragam dan sudah final, sepakat dengan Pancasila, Bhineka Tunggal Eka serta UU 1945. Kita minum air dari tanah yang sama dan mungkin dikubur pada tanah yang sama, lantas kenapa tidak bisa menerima perbedaan?

Spoiler for Sedulur Sing Rukun:

Marilah saling menghormati, menghargai, tenggang rasa, tepo slio satu dengan yang lain. Karena kita semua; "Torang Basaudara," kata orang Manado.

Semoga dengan niat Allah dulu, Allah lagi dan Allah Terus, bisa menjadi agen perubahan untuk dunia yang lebih baik dengan menerima perbedaan sebagai keindahan.

"Cinta telah diturunkan Tuhan dari langit melalui berbagai bentuk dan rupa. Keindahan itulah cinta, sedangkan perbedaan adalah warna cinta yang mebuatnya menjadi lezat untuk jiwa-jiwa yang merdeka!"

Bagaimana menurut sahabat kaskuser? Silahkan berikan pendapatnya di kolom komentar. Belajar Bersama Bisa dan terimakasih.

Sumber; Opri
Refrensi vidio: Chanel Youtube Kill The TV

Diubah oleh bekticahyopurno 25-08-2019 04:25