:nulisah EDUCATION THREAD:nulisah
Quote:
"Jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang sebagai guru."
~ Ki Hajar Dewantara
Sudah 74 tahun Indonesia merdeka. Akan tetapi, apakah pendidikan kita sudah benar-benar merdeka? Membahas pendidikan memang tidak ada habisnya. Kebijakan ini itu yang diterapkan pemerintah demi memajukan pendidikan di negeri ini ternyata tidak semudah yang dibayangkan.
Mulai dari pergantian kurikulum pendidikan, hingga pembenahan sarana prasarana serta tenaga pendidik ternyata belum ampuh juga untuk mendobrak semua ini menjadi lebih baik lagi. Apakah yang salah dengan semua ini? Atau apakah negeri ini belum siap dengan perubahan besar pada hal dasar kehidupan?
● Pengalaman ●
Quote:
Ketika menulis thread ini, penulis sedang ditunggu oleh ulangan harian Fisika dan Matematika satu minggu ke depan. Ternyata setelah hampir dua belas tahun sekolah, penulis dapat merasakan bagaimana sesungguhnya atmosfer pendidikan kita, pergantian kurikulum yang ada, hingga adanya rasa yang hampir memberontak (syukurlah ini tidak terjadi) pada sistem pendidikan negeri ini. Mungkin yang penulis rasakan selama ini adalah hal yang sama bagi kebanyakan siswa di Indonesia.
Quote:
Selama hampir dua belas tahun ini, penulis rasa hampir tidak ada perubahan yang signifikan terhadap sistem (kita bicara sistem) pendidikan di Indonesia. Mulai dari KTSP, K13, K13 Revisi, hingga SKS (yang nyatanya hanya label belaka) tidak ada satu pun yang penulis rasa berdampak besar bagi anak-anak negeri ini. Permasalahan yang paling penulis dan kebanyakan siswa lainnya kemungkinan besar adalah PR, ya PR. PR yang terlalu banyak, dsb. terkadang membuat siswa merasa jenuh dan pusing sendiri.
Belum lagi ada yang namanya full day school. Dalam metode tersebut terdapat ketentuan dasar yang sangat jelas dan semua siswa pasti mengingat hal itu, TIDAK ADA PR. Wah, begitu senangnya penulis saat pertama kali full day schoolakan diterapkan di sekolah sendiri. Ternyata oh ternyata, lagi-lagi harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Faktannya penulis tetap saja mendapat PR dengan alasan “Tugas yang belum terselesaikan di sekolah”. Ya, tugas yang belum terselesaikan (tetapi jumlahnya jelas terlalu berlebihan jika disebut “belum terselesaikan” dan itu hampir setiap hari).
Quote:
Apa kalian tahu, bahwa penulis memiliki pemikiran ini : “Sekolah itu untuk mendapatkan ilmu, dan bukan nilai”. Mungkin penulis akan menjadi siswa paling langka di dunia ini jika berkata begitu. Fakta oh fakta, selama hampir lulus ini penulis menyadari jika memertahankan prinsip itu hanya akan menjadi omong kosong belaka. Apakah nilai lebih dihargai di masyarakat daripada ilmu? Entahlah, ijazah saja hanya melihat nilai yang tertera, jadi…… ah sudahlah (tidak sedikit juga beberapa pihak yang mengutamakan ilmu / skill saat mencari pelamar).
Quote:
Menghalalkan segala cara untuk mencari nilai mungkin sudah biasa. Ujian tulis menjadi hal yang paling dinanti, dimana kalian bisa menunjukkan skill mata-mata melebihi manusia normal. Penulis sangat merasa miris sekali ketika melihat banyak sekali siswa yang rela ini itu demi nilai yang bagus. Mengapa hal itu terjadi?
Kebanyakan siswa mungkin terlalu takut atau malas dengan namanya remedial. Remedial menjadi hal yang memalukan di sekolah bagi beberapa siswa. Bayangkan saja konsep remedial tidak pernah diadakan, pasti skill mata-mata tidak akan pernah digunakan, ujian tidak ditakuti, dan tentunya para pengajar akan kebingungan menutupi nilai siswanya yang di bawah rata-rata. Entahlah, kurasa banyak pihak yang akan angkat bicara ketika hal tersebut terlaksana.
○ Harapan ○
Quote:
“SDM Unggul, Indonesia Maju”
Benar, jika Indonesia ingin menjadi negara maju, hal yang utama selain pembangunan tentunya adalah sumber daya manusianya. Hal yang paling dasar tentunya adalah pola pikir. Pola pikir dibentuk saat dalam masa sekolah. Semakin baik suatu sistem pendidikan, semakin besar potensi sumber daya manusia unggul yang akan dihasilkan. Sekolah itu penting, tetapi jika dalamnya saja tidak menggambarkan impian yang dicita-citakan, bukankah akan memerlukan waktu sangat lama untuk mencapainya?Atau bahkan stagnan di satu titik saja?
Mungkin beberapa tahun yang lalu sempat heboh bahwa sistem pendidikan negara kita tertinggal sekitar 128 tahun. Terdengar miris? Iya ! Indonesia seharusnya berkaca kepada negara-negara dengan sistem pendidikan paling mutakhir sejauh ini. Akan tetapi, hal itu saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan penerapannya. Memang tidak akan mudah jika membuat perubahan kepada sistem yang telah mengakar lama. Akan tetapi, penulis percaya suatu hari nanti, suatu yang luar biasa akan muncul dalam pendidikan kita.
Quote:
Harapan lainnya mungkin lebih ke materi yang diajarkan. Tentu saja, inilah yang paling dirasakan para siswa. Bahan pembelajaran yang diberikan seharusnya lebih ke arah konseptual, yang dapat digunakan dalam kehidupan nyata. Meskipun penulis terkadang menikmati berbagai pelajaran di kelas, tetapi itu semua digunakan untuk menghadapi ujian yang akan datang. Setelah itu apa? Semua materi yang diajarkan akan lupa! Karena digeser oleh materi yang baru, dan itu semua terus terulang sampai sekarang.
Quote:
Pelajaran yang didasarkan pada bakat dan minat siswa mungkin juga bisa menjadi hal yang optimal. Akan tetapi, sistem kita harus berbenah cukup besar jika ingin menerapkan hal tersebut, karena selama ini semua siswa mendapat porsi dan materi yang sama. "Tidak semua ikan bisa bertahan lama di daratan (atau memanjat pohon?)" mungkin kita pernah mendengar ungkapan itu. Bakat dan minat menunjang potensi siswa menuju manusia yang unggul, tidak hanya diajarkan pada kegiatan ekstrakurikuler, tetapi kedepannya semoga bisa menjadi makanan pokok di setiap sekolah.
:siapgan MENUJU GENERASI EMAS 2045:siapgan
Sumber #1
Sumber #2
Sumber #3
Quote