• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Kebangkitan Podcast di Indonesia dan Kurangnya Podcast Musik Lokal

romeorabun
TS
romeorabun
Kebangkitan Podcast di Indonesia dan Kurangnya Podcast Musik Lokal

Oleh Dimas Ario // Billboard Indonesia




“Dengan dunia yang saat ini fokus untuk mengurangi screen time, maka terbukalah kesempatan yang besar untuk audio,” tukas pendiri Spotify, Daniel Ek pada rilis pers dimana Spotify mengumumkan telah mengakuisisi dua perusahaan yang bergerak di dunia Podcast, Grimlet dan Anchor.

Grimlet adalah jaringan studio podcast populer yang sudah banyak memproduksi berbagai seri program podcast. Sedangkan Anchor adalah platform produksi podcast yang memudahkan orang untuk dapat membuat podcast (bahkan hanya melalui handphone) lalu mengunggahnya dan menyebarkan ke berbagai platform untuk mendengarkan podcast.

Setelah berjalan lebih dari 10 tahun sebagai platform streaming musik, Spotify kini menjajaki untuk menjadi platform audio terdepan yang mana selain menyediakan lebih dari 40 juta katalog lagu, kini juga menjadi rumah baru bagi banyak kreator podcast. Dari data bulan Februari 2019, tercatat lebih dari 185.000 judul podcast yang telah tersedia di Spotify.

Mengapa Spotify begitu gigih untuk terjun di dunia podcast sekarang ini? Di samping sebagai salah satu strategi yang ditempuh dalam mengatasi permasalahan finansial Spotify yang selama ini melanda mereka juga karena Spotify jeli dalam melihat perkembangan teknologi yang diikuti perilaku masyarakat dalam mengonsumsi konten.

Tahun 2014 tercatat sebagai dimulainya gelombang kedua audio konten dalam bentuk podcast. Perusahaan seperti Grimlet, Anchor dan Breaker berhasil menaikkan standar podcast dengan membuat infrastruktur yang lebih memadai bagi para kreator podcast, meningkatkan user experience sekaligus memproduksi konten audio yang berkualitas yang menarik untuk terus dikonsumsi pendengar.

Podcast mulai dikenal sejak 2004 yang kemudian bertambah populer di 2005 seiring Apple memasukkan fitur podcast ke dalam toko musik besutannya, iTunes. Perkembangan podcast gelombang pertama terasa cukup lambat, dikarenakan bandwidth dan perangkat teknologi yang belum mendukung konten audio sepenuhnya dan juga karena perilaku konsumsi konten masyarakat yang saat itu tengah gandrung pada media sosial berbasis teks dan juga visual.

Seiring dengan kemajuan teknologi dalam 5 tahun terakhir seperti meningkatnya ketahanan baterai handphone, koneksitas perangkat telepon genggampada mobil melalui Bluetooth, maraknya smart speaker dengan aktivasi suara dan juga smart headphones tanpa kabel, membuat kesempatan audio konten untuk berkembang semakin besar.

Dari sisi kreator, membuat konten audio dalam bentuk podcast juga jauh lebih mudah dan ekonomis (dari segi peralatan yang dibutuhkan) dibandingkan dengan membuat konten audio visual seperti Vlog yang sempat menjadi tren pada saat masyarakat mulai mengonsumsi konten video sejak 2012.

Dengan mobilitas masyarakat perkotaan yang tinggi juga membuat orang kian sering mengonsumsi konten audio. Membuka Instagram, email atau membaca berita di web akan menjadi kegiatan berbahaya jika dilakukan ketika sedang berjalan kaki atau mengendarai mobil. Karena itu konsumsi konten audio seperti podcast menjadi solusinya.

Saya membayangkan kondisi masyarakat kita di masa depan -yang mungkin akan terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi- akan mirip dengan situasi pada film fiksi ilmiah Her, karya sutradara Spike Jonze yang dirilis di tahun 2013. Di film tersebut, teknologi kecerdasan buatan dalam format audio sudah berjalan sedemikian menyeluruh ke berbagai aspek kehidupan manusia yang diiikuti layanan aktivasi suara yang menjadi aktivitas umum yang dilakukan semua orang yang masing-masing sibuk dengan earbud-nya.

Perkembangan Podcast di Indonesia

Di Indonesia, kebangkitan podcast terasa pesat sejak tahun 2018. Momen kebangkitannya pada saat platform Anchor meluncurkan layanan hosting tidak berbayar untuk mendistribusikan podcast ke berbagai platform. Sebelum ada Anchor, para kreator podcast harus menggunakan layanan hosting berbayar untuk mendistribusikan podcast mereka ke berbagai platform. Maka dari itu sebelum 2018, beberapa kreator podcast menggunakan layanan audio Soundcloud yang gratis. Beberapa podcaster yang lebih dulu populer di Soundcloud antara lain Adriano Qalbi dengan Podcast Awal Minggu, Rene Hafied dengan Suarane dan juga Iqbal Hariadi dengan Podcast Subjective.

Seiring dengan kepopuleran Anchor yang menyediakan layanan distribusi gratis, platform streaming musik Spotify juga membuka jalur distribusi podcast dari berbagai agregator podcast. Bahkan kini melalui Spotify for Podcaster, Spotify juga membuka jalur distribusi langsung dari para kreator, tanpa melalui layanan distribusi pihak ketiga. Dengan membuka keran distribusi podcast, membuat Spotify melaju kencang menjadi salah satu layanan populer saat ini untuk mendengarkan podcast.

Terbukti dari jejak pendapat dalam mengonsumsi podcast yang dilakukan media teknologi, Daily Social di 2018, sebanyak 52.02% koresponden memilih Spotify sebagai layanan utama untuk mendengarkan podcast, di atas Soundcloud dan Google Podcast.

Variasi Konten Podcast

Masih dari jejak pendapat Daily Social, alasan utama orang Indonesia mendengarkan podcast dikarenakan variasi konten yang ada (65%).

Pada awalnya banyak podcaster Indonesia mengusung berbagai macam tema pada podcast mereka. Salah satu contohnya adalah Apa Saja Podcast yang dibuat oleh podcaster pertama di Indonesia, Boy Avianto di tahun 2005. Sesuai judulnya podcast ini dapat berbicara dengan rentang topik yang variatif mulai dari motivasi diri hingga musik.

Sekarang, podcaster Indonesia masing-masing mulai fokus dengan mengusung tema tertentu. Mulai dari podcast yang khusus membahas gaya hidup, pendidikan, religi, kesehatan, bisnis, teknologi, seni dan hiburan, olahraga, keluarga dan komedi.

Kebangkitan podcast di Indonesia pada tahun 2018 semakin semarak dengan diluncurkan aplikasi podcast on demand, Inspigo yang juga menyediakan berbagai program podcast dengan tema-tema khusus, yang kebanyakan berkutat dengan topik-topik pengembangan diri, mulai dari karir, finansial hingga pelatihan emosional.

Berdasarkan data yang tersedia di Spotify dan Apple Podcast saat ini, peringkat atas podcast yang didengarkan pendengar Indonesia kini sudah didominasi podcast-podcast dalam negeri dengan rentang tema dari komedi, olahraga, horror, keluarga hingga hubungan percintaan. Beberapa podcast populer di Indonesia saat ini antara lain: Rapot yang berisi obrolan keseharian yang mengundang gelak tawa, Do You See What I See, kumpulan kisah nyata yang menakutkan, Box2BoxID, bincang-bincang ringan mengenai sepak bola, Obrolan Babibu dengan cerita seputar rumah tangga serta Teman Tidur dengan kisah-kisah romansa pengantar tidur.

Sejak tahun 2019 ini para konten kreator yang lebih dulu populer di YouTube seperti Raditya Dika juga mulai merambah ke medium podcast. Seiring dengan itu media dan brand mulai serius menggarap konten audio sebagai salah satu alat pemasaran mereka. Di Amerika Serikat, perusahaan seperti Twitter, Facebook hingga Netflix mulai merilis program podcastnya masing-masing. Sementara di Indonesia perusahaan seperti Kaskus, Gojek dan JOOX juga mulai memproduksi podcast di tahun 2019 ini.

Podcast Musik di Indonesia

Di antara berbagai tema khusus yang kini digarap oleh podcaster Indonesia saat ini, sayangnya tema musik terhitung masih sedikit jumlahnya. Entah mengapa belum banyak musisi, jurnalis musik atau praktisi musik yang memanfaatkan momen kebangkitan podcast di Indonesia untuk lalu melahirkan podcast khusus musik.

Padahal dengan medium podcast, musisi dapat bercerita banyak mengenai karya mereka. Sedangkan bagi praktisi musik yang banyak bekerja di belakang layar, podcast dapat menjadi medium untuk berbagi wawasan dari berbagai aspek pada ekosistem musik. Sementara bagi para jurnalis musik, dengan bertumbangan media musik cetak di Indonesia saat ini seharusnya dapat memacu mereka untuk terus membuat konten musik pada medium lain, salah satunya podcast.

Jika ditelusuri dari sejarahnya, podcast musik pertama yang ada di Indonesia adalah News Music From Indonesia yang dirilis di tahun 2006. Podcast ini adalah salah satu corong promosi dari layanan agregator musik, Equinox DMD yang menjadi salah satu distributor pertama di Indonesia yang menyebarkan album-album musisi tanah air ke toko digital iTunes.

Podcast News Music From Indonesia dipandu oleh jurnalis Jason Tedjasukmana yang juga menjadi salah satu pendiri Equniox DMD. Pada podcast ini Jason mewawancarai salah satu musisi atau band yang albumnya didistribusikan oleh Equinox lalu juga memutarkan 1 atau 2 lagu dari musisi atau band yang bersangkutan. Podcast News Music from Indonesia juga menjadi pelopor monetisasi podcast dengan disponsori oleh PT Djarum.

Jika kembali melihat data podcast terpopuler di platform Spotify dan Apple, tidak ada satu pun podcast Indonesia yang bertengger dalam 10 besar podcast di kategori musik. Data ini menunjukkan dua hal: pertama, kurangnya podcast musik lokal yang ada sekarang ini. Kedua, kalaupun ada podcast musik juga tidak dapat meraih banyak pendengar seperti podcast-podcast tema khusus lainnya.

Mungkin salah satu penyebabnya podcast-podcast dalam negeri bertema musik yang ada sekarang ini rata-rata tidak begitu konsisten dalam merilis episode baru. Ada yang hanya merilis 1 episode dalam 2 bulan atau paling banyak 2 kali dalam sebulan. Bandingkan dengan podcast-podcast dalam negeri yang kini bertengger pada urutan teratas, rata-rata merilis episode terbaru minimal 1 kali dalam seminggu

Bagaimanapun, podcast-podcast musik dalam negeri berikut ini patut kita apresiasi. Semoga mereka dapat terus konsisten dan mendapat banyak pendengar sekaligus memacu para penggemar musik lainnya untuk membuat podcast musik sesuai dengan kegemaran dan keahliannya masing-masing.

Behind That Scene



Podcast oleh Pramedya Nataprawira, mantan jurnalis Rolling Stone Indonesia yang mewawancarai musisi dan praktisi musik.

RadioGagap



Podcast oleh Ilham Farie, music director JAK101fm yang isinya juga wawancara dengan musisi dan praktisi musik.

Kekoreaan



Dua penggemar musik K-pop bernama Ron dan Dita berbicara mengenai seluk beluk dunia fandom musik K-Pop.

Kombur-Kombur



Dari label musik independent Orange Cliff (Sigmun, Bin Idris, Vira Talisa) yang mewawancarai musisi yang berbicara mengenai karir musik mereka masing-masing dan berbagai aspek kemanusiaan yang menyertainya.

Another Music Podcast



Dipandu oleh Noor Kamil dari agregator musik digital Believe Indonesia dan Arga Narada, music director radio Prambors. Berbicara mengenai berbagai persoalan belakang layar dari aspek bisnis di industri musik.

Iga Massardi



Penulis lagu dan vokalis utama Barasuara, Iga Massardi merilis podcast dimana ia berbagi pandangan dan tips menjadi seorang musisi.

Soundclass



Podcast dari media online, Whiteboardjournal yang di setiap episodenya mengundang 1 musisi untuk bercerita mengenai 3 lagu pilihan yang berarti di hidup mereka.
japarina
japarina memberi reputasi
1
1.6K
6
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.3KThread81KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.