Aksi protes demonstrasi Papua, yang dipicu oleh viralnya video yang memuat isu rasis. Sungguh sangat disayangkan terjadi. Para pemecah persatuan negeri ini, baik yang berada di sini maupun yang berada diluar negeri, mungkin akan bergembira ria, atas permasalahan yang ada.
Mereka yang memang menantikan momen pecahnya tali persaudaraan kita, terus menjadi kompor. Berita yang bisa menyulut emosi terus disebar. Bahkan kabar rekayasa atau hoax yang bisa memicu pertengkaran, wara wiri menghampiri kita.
Kita harus berhati-hati. Karena pertengkaran yang menjadi bibit perpecahan, akan sangat bermanfaat bagi mereka yang menginginkan itu. Mereka menunggu dan akan bertindak memanfaatkan momentum atau waktu.
Viralnya video yang menyulut emosi, memanglah sudah terjadi. Apapun alasannya, itu merupakan sebuah kesalahan fatal. Oleh karena itu, tentu kita harapkan, aparat penegak hukum, mengambil tindakan cepat dan tepat. Serta pelaku yang menjadi penyebab pertengkaran ( provokator ) segera ditangkap dan diadili.
Dan kita pun, jangan sampai bertindak main hakim sendiri. Agar, kejadian yang tidak kita inginkan ini, segera teredam. Dan tali silaturahmi kita, terjalin kembali dengan erat. Sudah seharusnya kita sebagai penduduk
bumi Pertiwiini saling merangkul kembali, agar cita cita bangsa, impian dan perjuangan leluhur kita dapat terlaksana.
Keturunan, seni dan budaya besar, yang mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari, sudah terbentuk lama. Dari jaman perjuangan hingga kini terajut dengan rasa persaudaraan tertali. Eropa, Asia hingga Melanesia, berbaur campur membentuk ikatan persaudaraan negara kita. Sungguh sangat disayangkan, bila hal ini menjadi tercerai berai.
Mari kita sadari sedini mungkin. Sebelum masalah yang lebih besar datang. Dan sebelum penyesalan tiba karena kita terpecah belah.
- Bila kita merasa besar janganlah menghina dan mengejek yang dianggap kecil.
- Bila kita merasa lebih unggul, tak patut kita merendahkan yang lainnya karena dianggap terbelakang.
- Bila kita punya kelebihan sudah seharusnya kita membantu yang kekurangan. Bukan menghina atau melecehkan.
Ketiga hal ini, sedini mungkin kita tanamkan dalam hati. Dimulai dari diri kita sendiri. Karena diri kita sendirilah, yang sebenarnya sulit untuk mengendalikan emosi. Apalagi menyangkut perselisihan ras, api emosi seringkali mudah terbakar.
Kita bertanggung jawab atas semua tindak tanduk kita. Jangan sampai kita justru menjadi rasis dan
pemicu perselisihan antar golongan. Pemerintah melalui penegak hukum harus menjalankan amanah peraturan yang sudah ada. Para pelanggar aturan yang menyangkut soal rasis, mesti diadili dan diberikan ganjaran hukuman yang setimpal.
Tiada gading yang tak retak, pribahasa mengatakan itu sebagai pernyataan untuk kehidupan kita setiap hari. Kehidupan kita dalam keluarga, bermasyarakat dan bernegara, tentu tak selalu mulus akur. Ada saja perselisihan terjadi akibat perbedaan. Saling memaafkan dan sadar bahwa kita semua bersaudara, sebetulnya itu kunci utama. Semoga saja, perselisihan yang dipicu oleh isu rasisme, yang melanda negeri kita saat ini, bisa diselesaikan dengan kekeluargaan.
Kembali merajut tali persaudaraan dan saling memaafkan memang tidak mudah. Namun itu mesti terus diupayakan dan dijaga dengan segala daya upaya.
Sampai jumpa....