- Beranda
- Stories from the Heart
Senja Bersama Kakak Pembina
...
![jawaraedan](https://s.kaskus.id/user/avatar/2016/10/15/avatar9236011_7.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
jawaraedan
Senja Bersama Kakak Pembina
![Senja Bersama Kakak Pembina](https://s.kaskus.id/images/2019/08/15/9236011_201908150429190152.jpg)
Spoiler for kakak pembina:
![Senja Bersama Kakak Pembina](https://s.kaskus.id/images/2019/08/18/9236011_201908180831170992.png)
Cinta yang tumbuh di penghujung hari, meninggalkan rindu yang sangat berarti, berkali-kali ia menghampiri membawa sejuta mimpi.
Pertemuan kala itu membuatku semakin jatuh hati.
Quote:
Sinar mentari yang mulai meredup membuat suasana semakin terasa bagai mimpi, aku berdiri diantara barisan pramuka lainnya dengan tubuh tegak membawa tongkat kami berbaris satu persatu. Apel ini adalah akhir latihan kami untuk mempersiapkan persami lusa nanti. Di lapangan, rumput membentang luas di hiasi danau yang begitu alami, kami berdiri berlatih tanpa henti.
"Hormat Grak!!!" Ucap pratama(sebutan untuk pemimpin upacara) dengan lantang berteriak mengakhiri latihan apel ini.
"Tegak Grak!!!"
Aku yang berada di barisan depan terpesona pada kakak satu ini, wajahnya yang tampan dengan kulit sedikit putih ditambah ia memakai baju pramuka dengan baret dikepalanya menambah kegagahan dari seorang pria Membuat hati ini terus berdebar tiada henti.
"Oh my god, kakak satu ini tampan sekali siapa sihh namanya iiihh?" Seru ku dalam hati dengan wajah mulai merona, tatapan matanya melihat lurus pas didepan barisan ku. Terlihat dia mencoba beberapa kali memalingkan matanya, berdirinya pun mulai gelisah mungkin melihat diriku yang terus menatapinya dengan senyum menggodaku ataukah dia yang sudah mulai kelelahan sedari pagi terus berlatih.
"Balik kanan, bubar jalan!!!" Seru pratama membubar kan barisan.
"Aahh akhirnya selesai juga latihannya" rintih ku menghempaskan nafas selepas-lepasnya. Baru berjalan beberapa langkah aku teringat dengan kaka pratama itu "Sudah tidak ada? Kemana perginya?" Ucapku dalam hati setelah membalikan badan dan mencari kakak pratama dengan tatapan bertanya-tanya.
"Hayo, cari siapa?"
"Itu cari kakak pratama yang tadi" dengan polosnya ku menjawab pertanyaan yang tertuju padaku tanpa melihat siapa yang bertanya dan masih melirik mencari kakak pratama.
"Kakak disini"
Aku pun menoleh kebelakang, "aahh benar itu kakak pratama yang tadi" ucapku dalam hati menahan malu yang berkecamuk, wajahku memerah merona kepala ku menunduk menahan malu dengan ucapan ku barusan tadi.
"Udah ga perlu nunduk gitu, kenalin nama kakak Genta, panggil saja Kakak Gen" ucapnya kepadaku menjulurkan tangannya untuk bersalaman, aku semakin malu mencoba melirik wajahnya dikit demi sedikit.
"Ahhh gantengnya kakak" ucapku kelepasan tak kuasa menatap wajahnya yang tampan membuatku pingsan tak sadarkan diri.
----===----
"Ini dimana?" Ucapku perlahan membuka mata dengan tubuh terbaring di atas tandu yang terbuat dari tali tambang dimana sisinya terikat pada tongkat bambu sebagai tumpuan.
"Kamu sudah sadar?" Tanya dari suara seseorang yang tubuhnya membelakangiku
"Aku kenapa kak?" Ucapku berbalik tanya dengan tangan yang memegang kepala menjulurkan badan ke atas melihat sosok tersebut sedang membuat sesuatu
"Ini minum dulu teh hangatnya, tadi kamu pingsan saat berkenalan sama kakak" ucapnya membalikan badan menghampiriku membawa segelas teh hangat dan duduk disampingku.
"Oh kakak pemimpin upacara yang tadi ya?" Sahutku mengambil gelas yang diberikannya padaku perlahan ku tenggak teh tersebut
"Gimana udah enakan kan?"
"Iya kak" jawabku masih malu dan canggung terhadap situasi yang terjadi
Kamipun ngobrol kesana kesini hingga tubuhku perlahan mulai pulih, terlihat langit mulai menjingga matahari sepertinya akan hilang dalam peraduan malam yang sunyi.
Kamipun bergegas pulang, kak genta mengantarkan ku pulang karena rumahku dengannya ternyata satu arah, saat itu kami merasakan betapa indahnya langit yang kian menjingga di sepanjang perjalanan kami berbicara hingga disuatu tempat kami berhenti.
"Kesana dulu yuk" ucap kak genta menunjuk sebuah bukit mengajak ku kesana.
Aku pun hanya mengangguk berjalan pelan mengikuti langkahnya kedepan, tersenyum manis menatap seorang pria tampan dari belakang. Ohh pikirku apakah ini yang disebut dengan perasaan.
Sesampainya di atas bukit, aku terkagum pada sebuah pemandangan. Lihat langit dengan pancar sinar mentari yang menjingga berhiaskan awan-awan menggumpal bagai sebuah lukisan, kicauan burung-burung yang beterbangan membuatku tenggelam dalam keniscayaan.
"Ini yang disebut senja penuh harapan, warna nya membuat kita terus terkagum, kamu tahu kenapa senja selalu menjadi primadona?" Ucap kak genta padaku
"Ga tau kak"
"Disinilah kita melepas lelah berdoa pada sebuah harapan ketika esok datang berilah sebuah kebahagiaan" sahut kak genta
Aku yang masih terpana pun tak bisa berucap satu kata, menatap indah akan ciptaan sang maha kuasa.
"Sini kamu mau belajar baris berbaris ga?" Ucap kak genta berdiri mengambil posisi untuk mengajarkan aku tentang pramuka
"Yang pertama kakak ajarin tentang sikap sempurna dan pengecheckan atribut pramuka, periksa kerapihan ini bukan cuma dipakai untuk pramuka tapi secara umum juga, nah sekarang kamu berdiri ya" ucap kak genta mengarahkan ku untuk mengetahui lebih dalam tentang pramuka. Aku hanya mengangguk saja menjawab pertanyaan kak gen
"Dengarkan intruksi kakak ya" ucapnya mulai mencontohkan awal pergerakan
"Ya kak" jawabku mengikuti gerakan kak gen.
"Istirahat ditempat grak"
"Sikap sempurna"
"Periksa kerapihan....mulai"
Aku beberapa kali salah mengikuti apa yang dicontohkan oleh kak gen, meskipun begitu ia tetap mengajariku dengan telaten. Hatiku semakin berdebar dibalik seragam pramuka ini, berdua bersama diatas bukit dengan langit yang menjingga dan matahari yang perlahan mulai menghilang. Tak ada kesunyian yang tercipta, bahkan tawa dan canda kita memenuhi alam jingga ini dengan kekonyolonku yang selalu salah apa yang diajarkan kak gen.
"Udah mulai gelap, pulang yuk" ucap kak gen mengajak ku pulang setelah sekian waktu berjalan mengajarkanku.
"Iya kak" jawabku tersenyum padanya
Kami berjalan menuruni bukit, aku yang ada disampingnyapun terus menatap kak gen, seakan semua ini bagai mimpi, baru saja ku kenal dengannya, sekarang aku bisa bercanda, dan berjalan bersamanya. Jika takdir itu memang ada, bisakah ada cinta yang tumbuh mempersatukan kita? Jika ada suatu kekuatan untuk memberhentikan waktu, maka aku akan memberhentikan waktu hanya untuk menatap kak gen disini ,,"ohh pikiranku sudah semakin tak karuan, khayalku semakin menenggelamkan angan" bisikku dalam hati sambil berjalan tersenyum tiada henti.
"Hayoo kamu kenapa senyam senyum gitu?" Ucap kak gen bertanya padaku
"Oh gapapa ko kak"
"Benaran gapapa?" Tanya balik kak gen kepadaku, aku hanya mengangguk sambil tersenyum
"Oiya, kak gen rumahnya dikampung rawa jati pas disebelah mananya?" Ucapku memecah keheningan sementara yang terjadi.
"Gang manggis, kenapa emang?"
"Wah gang manggis ya? Berarti satu gang sama Nita dong?"
"Iya, loh Kamu kenal Nita?"
"Nita teman SDku dulu kak, sampai sekarang juga kami masih sering bertemu, tapi udah lama aku ga main kerumahnya, biasanya kita ketemuan diluar"
"Begitu ya, yaudah kapan-kapan main aja lagi ke rumah teman SD mu itu, nanti mampir ke rumah kakak ya" ucap kak gen seakan membiarkan aku mengetuk pintu hatinya dan mencoba masuk.
Cukup lama kami berbincang dalam perjalanan, tak sadar waktu kian mencekam, jalan kampung yang terhempit sawah dan ladang pun kini gelap gulita. Kak genta mengeluarkan senter dari tasnya menerangi jalan kami berdua, jalan tanah dan berbatu ini cukup panjang untuk dilalui padahal sudah beberapa kali penduduk desa mengajukan perbaikan jalan namun tak kunjung ada jawaban. Ditambah lagi sepanjang jalan rusak ini tak ada penerangan membuat aku merinding ketakutan. Sebenarnya kalau aku pulang sendirian dihari yang gelap seperti ini biasanya lewat jalur satu lagi cuma itu harus memutar cukup jauh, tapi untung nya aja ada kak genta yang menemaniku lewat jalur ini agar cepat sampai rumah.
"Aaaa ular kak ular" teriakku terkejut menjatuhkan tongkat pramuka dengan seketika memeluk kak genta melihat sesuatu yang panjang dan hitam disamping kiriku saat berjalan
Kak gentapun mengarahkan senternya menerangi jalan disampingku
"Oalah ini cuma tambang ko bekas petani panen padi ini" ucap kak genta setelah menemukan yang telah menakuti ku.
Aku yang mendengarnyapun menengok kebelakang perlahan benda yang mengagetkanku.
"Sudah ga usah takut" ucap kak gen
Namun tak sadar tanganku masih memeluk kak gen, kemudian aku menatap wajahnya merasa malu dan melepas tanganku dari tubuhnya.
"Maaf kak aku peluk, takut soalnya" ucapku menunduk tersipu malu bukan main, malu bukan karena ularnya tapi karena memeluknya.
"Iya gpp"
Kamipun melanjutkan kembali perjalanan hingga sampai di depan rumahku.
"Ini kak rumahku" ucap ku
"Disini ya"
"Iya kak terima kasih udah menemani pulang"
"Iya gapapa, yaudah kalau gitu kaka pulang dulu ya dadah" ucap kak gen melambaikan tangannya
Aku pun masih menatap belakang tubuh kak gen yang berjalan perlahan meninggalkanku, setelah cukup jauh melihat kak gen, aku pun masuk kedalam rumah bersapa pada mama dan papa yang sudah menanti kepulanganku.
"Hormat Grak!!!" Ucap pratama(sebutan untuk pemimpin upacara) dengan lantang berteriak mengakhiri latihan apel ini.
"Tegak Grak!!!"
Aku yang berada di barisan depan terpesona pada kakak satu ini, wajahnya yang tampan dengan kulit sedikit putih ditambah ia memakai baju pramuka dengan baret dikepalanya menambah kegagahan dari seorang pria Membuat hati ini terus berdebar tiada henti.
"Oh my god, kakak satu ini tampan sekali siapa sihh namanya iiihh?" Seru ku dalam hati dengan wajah mulai merona, tatapan matanya melihat lurus pas didepan barisan ku. Terlihat dia mencoba beberapa kali memalingkan matanya, berdirinya pun mulai gelisah mungkin melihat diriku yang terus menatapinya dengan senyum menggodaku ataukah dia yang sudah mulai kelelahan sedari pagi terus berlatih.
"Balik kanan, bubar jalan!!!" Seru pratama membubar kan barisan.
"Aahh akhirnya selesai juga latihannya" rintih ku menghempaskan nafas selepas-lepasnya. Baru berjalan beberapa langkah aku teringat dengan kaka pratama itu "Sudah tidak ada? Kemana perginya?" Ucapku dalam hati setelah membalikan badan dan mencari kakak pratama dengan tatapan bertanya-tanya.
"Hayo, cari siapa?"
"Itu cari kakak pratama yang tadi" dengan polosnya ku menjawab pertanyaan yang tertuju padaku tanpa melihat siapa yang bertanya dan masih melirik mencari kakak pratama.
"Kakak disini"
Aku pun menoleh kebelakang, "aahh benar itu kakak pratama yang tadi" ucapku dalam hati menahan malu yang berkecamuk, wajahku memerah merona kepala ku menunduk menahan malu dengan ucapan ku barusan tadi.
"Udah ga perlu nunduk gitu, kenalin nama kakak Genta, panggil saja Kakak Gen" ucapnya kepadaku menjulurkan tangannya untuk bersalaman, aku semakin malu mencoba melirik wajahnya dikit demi sedikit.
"Ahhh gantengnya kakak" ucapku kelepasan tak kuasa menatap wajahnya yang tampan membuatku pingsan tak sadarkan diri.
----===----
"Ini dimana?" Ucapku perlahan membuka mata dengan tubuh terbaring di atas tandu yang terbuat dari tali tambang dimana sisinya terikat pada tongkat bambu sebagai tumpuan.
"Kamu sudah sadar?" Tanya dari suara seseorang yang tubuhnya membelakangiku
"Aku kenapa kak?" Ucapku berbalik tanya dengan tangan yang memegang kepala menjulurkan badan ke atas melihat sosok tersebut sedang membuat sesuatu
"Ini minum dulu teh hangatnya, tadi kamu pingsan saat berkenalan sama kakak" ucapnya membalikan badan menghampiriku membawa segelas teh hangat dan duduk disampingku.
"Oh kakak pemimpin upacara yang tadi ya?" Sahutku mengambil gelas yang diberikannya padaku perlahan ku tenggak teh tersebut
"Gimana udah enakan kan?"
"Iya kak" jawabku masih malu dan canggung terhadap situasi yang terjadi
Kamipun ngobrol kesana kesini hingga tubuhku perlahan mulai pulih, terlihat langit mulai menjingga matahari sepertinya akan hilang dalam peraduan malam yang sunyi.
Kamipun bergegas pulang, kak genta mengantarkan ku pulang karena rumahku dengannya ternyata satu arah, saat itu kami merasakan betapa indahnya langit yang kian menjingga di sepanjang perjalanan kami berbicara hingga disuatu tempat kami berhenti.
"Kesana dulu yuk" ucap kak genta menunjuk sebuah bukit mengajak ku kesana.
Aku pun hanya mengangguk berjalan pelan mengikuti langkahnya kedepan, tersenyum manis menatap seorang pria tampan dari belakang. Ohh pikirku apakah ini yang disebut dengan perasaan.
Sesampainya di atas bukit, aku terkagum pada sebuah pemandangan. Lihat langit dengan pancar sinar mentari yang menjingga berhiaskan awan-awan menggumpal bagai sebuah lukisan, kicauan burung-burung yang beterbangan membuatku tenggelam dalam keniscayaan.
"Ini yang disebut senja penuh harapan, warna nya membuat kita terus terkagum, kamu tahu kenapa senja selalu menjadi primadona?" Ucap kak genta padaku
"Ga tau kak"
"Disinilah kita melepas lelah berdoa pada sebuah harapan ketika esok datang berilah sebuah kebahagiaan" sahut kak genta
Aku yang masih terpana pun tak bisa berucap satu kata, menatap indah akan ciptaan sang maha kuasa.
"Sini kamu mau belajar baris berbaris ga?" Ucap kak genta berdiri mengambil posisi untuk mengajarkan aku tentang pramuka
"Yang pertama kakak ajarin tentang sikap sempurna dan pengecheckan atribut pramuka, periksa kerapihan ini bukan cuma dipakai untuk pramuka tapi secara umum juga, nah sekarang kamu berdiri ya" ucap kak genta mengarahkan ku untuk mengetahui lebih dalam tentang pramuka. Aku hanya mengangguk saja menjawab pertanyaan kak gen
"Dengarkan intruksi kakak ya" ucapnya mulai mencontohkan awal pergerakan
"Ya kak" jawabku mengikuti gerakan kak gen.
"Istirahat ditempat grak"
"Sikap sempurna"
"Periksa kerapihan....mulai"
Aku beberapa kali salah mengikuti apa yang dicontohkan oleh kak gen, meskipun begitu ia tetap mengajariku dengan telaten. Hatiku semakin berdebar dibalik seragam pramuka ini, berdua bersama diatas bukit dengan langit yang menjingga dan matahari yang perlahan mulai menghilang. Tak ada kesunyian yang tercipta, bahkan tawa dan canda kita memenuhi alam jingga ini dengan kekonyolonku yang selalu salah apa yang diajarkan kak gen.
"Udah mulai gelap, pulang yuk" ucap kak gen mengajak ku pulang setelah sekian waktu berjalan mengajarkanku.
"Iya kak" jawabku tersenyum padanya
Kami berjalan menuruni bukit, aku yang ada disampingnyapun terus menatap kak gen, seakan semua ini bagai mimpi, baru saja ku kenal dengannya, sekarang aku bisa bercanda, dan berjalan bersamanya. Jika takdir itu memang ada, bisakah ada cinta yang tumbuh mempersatukan kita? Jika ada suatu kekuatan untuk memberhentikan waktu, maka aku akan memberhentikan waktu hanya untuk menatap kak gen disini ,,"ohh pikiranku sudah semakin tak karuan, khayalku semakin menenggelamkan angan" bisikku dalam hati sambil berjalan tersenyum tiada henti.
"Hayoo kamu kenapa senyam senyum gitu?" Ucap kak gen bertanya padaku
"Oh gapapa ko kak"
"Benaran gapapa?" Tanya balik kak gen kepadaku, aku hanya mengangguk sambil tersenyum
"Oiya, kak gen rumahnya dikampung rawa jati pas disebelah mananya?" Ucapku memecah keheningan sementara yang terjadi.
"Gang manggis, kenapa emang?"
"Wah gang manggis ya? Berarti satu gang sama Nita dong?"
"Iya, loh Kamu kenal Nita?"
"Nita teman SDku dulu kak, sampai sekarang juga kami masih sering bertemu, tapi udah lama aku ga main kerumahnya, biasanya kita ketemuan diluar"
"Begitu ya, yaudah kapan-kapan main aja lagi ke rumah teman SD mu itu, nanti mampir ke rumah kakak ya" ucap kak gen seakan membiarkan aku mengetuk pintu hatinya dan mencoba masuk.
Cukup lama kami berbincang dalam perjalanan, tak sadar waktu kian mencekam, jalan kampung yang terhempit sawah dan ladang pun kini gelap gulita. Kak genta mengeluarkan senter dari tasnya menerangi jalan kami berdua, jalan tanah dan berbatu ini cukup panjang untuk dilalui padahal sudah beberapa kali penduduk desa mengajukan perbaikan jalan namun tak kunjung ada jawaban. Ditambah lagi sepanjang jalan rusak ini tak ada penerangan membuat aku merinding ketakutan. Sebenarnya kalau aku pulang sendirian dihari yang gelap seperti ini biasanya lewat jalur satu lagi cuma itu harus memutar cukup jauh, tapi untung nya aja ada kak genta yang menemaniku lewat jalur ini agar cepat sampai rumah.
"Aaaa ular kak ular" teriakku terkejut menjatuhkan tongkat pramuka dengan seketika memeluk kak genta melihat sesuatu yang panjang dan hitam disamping kiriku saat berjalan
Kak gentapun mengarahkan senternya menerangi jalan disampingku
"Oalah ini cuma tambang ko bekas petani panen padi ini" ucap kak genta setelah menemukan yang telah menakuti ku.
Aku yang mendengarnyapun menengok kebelakang perlahan benda yang mengagetkanku.
"Sudah ga usah takut" ucap kak gen
Namun tak sadar tanganku masih memeluk kak gen, kemudian aku menatap wajahnya merasa malu dan melepas tanganku dari tubuhnya.
"Maaf kak aku peluk, takut soalnya" ucapku menunduk tersipu malu bukan main, malu bukan karena ularnya tapi karena memeluknya.
"Iya gpp"
Kamipun melanjutkan kembali perjalanan hingga sampai di depan rumahku.
"Ini kak rumahku" ucap ku
"Disini ya"
"Iya kak terima kasih udah menemani pulang"
"Iya gapapa, yaudah kalau gitu kaka pulang dulu ya dadah" ucap kak gen melambaikan tangannya
Aku pun masih menatap belakang tubuh kak gen yang berjalan perlahan meninggalkanku, setelah cukup jauh melihat kak gen, aku pun masuk kedalam rumah bersapa pada mama dan papa yang sudah menanti kepulanganku.
Diubah oleh jawaraedan 18-08-2019 01:31
![anasabila](https://s.kaskus.id/user/avatar/2016/06/30/avatar8914126_40.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
![tien212700](https://s.kaskus.id/user/avatar/2020/12/18/avatar10974720_1.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
tien212700 dan anasabila memberi reputasi
2
441
Kutip
0
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
![Stories from the Heart](https://s.kaskus.id/r200x200/ficon/image-51.png)
Stories from the Heart![KASKUS Official KASKUS Official](https://s.kaskus.id/kaskus-next/next-assets/images/icon-official-badge.svg)
31.6KThread•43.1KAnggota
Thread Digembok