• Beranda
  • ...
  • Pilkada
  • Menang karena Politisasi Agama, Prestasi Kerja Anies Baswedan Minim

jamalmrAvatar border
TS
jamalmr
Menang karena Politisasi Agama, Prestasi Kerja Anies Baswedan Minim

Pemimpin yang mendapatkan kuasa dengan cara bathil pasti tidak menorehkan prestasi. Klaim itu sepertinya terbukti pada diri Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Sebelum membahas prestasinya hari ini, kita tentu masih ingat bagaimana Anies Baswedan mendapatkan kekuasaan pada Pilkada DKI Jakarta beberapa tahun lalu. Ia dan barisan pendukungnya menggunakan "ayat dan mayat" untuk mempengaruhi psikologis pemilih.

“Pilih pemimpin yang seiman! Jangan pilih pemimpin kafir!” Ajakan itu begitu kuat disuarakan ketika rangkaian Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu berlangsung.

Hingga kini dampak dari penggunaan politik berdasarkan identitas itu masih terasa. Polarisasi dukungan masih kuat di akar rumput.

Alhasil, masyarakat pun seperti kehilangan rasionalitasnya. Janji-janji manis Anies Baswedan hingga kini tak pernah terbukti. Prestasi kerjanya pun tak kunjung tampak.

Predikat Jakarta sebagai kota dengan polusi udara tertinggi di dunia menjadi salah satu buktinya. Namun, belum diketahui solusi brilliant dari sang gubernur, selain menambah jumlah alat pencatat polusi dan wacana menanam tumbuhan lidah mertua di gedung-gedung Jakarta.

Selain itu, kinerja Anies Baswedan pun semakin tak bisa dibanggakan. Permasalahan pembuangan sampah, banjir, penertiban pedagang kaki lima, hingga masalah klasik kemacetan lalu lintas masih belum bisa dikurang atau ditemukan solusi yang signifikan.

Dengan kenyataan hari ini, Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 lalu harusnya menjadi pelajaran kita semua. Bahwa hendaknya memilih pemimpin itu secara rasional yang didasarkan pada kapasitas kepemimpinan dan kemampuannya. Bukan agamanya.

Rekam jejak, pengalaman, integritas hingga prestasi kerja seharusnya menjadi patokan utama. Bukan sekadar menata kata dan manis agama. Hasilnya, tak ada perubahan sama sekali.

Anies menjadi cerminan bagaimana mereka yang berhasil duduk di takhtanya karena telah mempolitisasi ayat-ayat Alquran sebagai alat untuk menyerang lawannya, ternyata hasil kerjanya minim sekali. Mungkin dia sadar, penggunaan politik identitas secara masif karena itu.
EnzoManAvatar border
terry741Avatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan 2 lainnya memberi reputasi
3
10.9K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Pilkada
PilkadaKASKUS Official
5.3KThread660Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.