Rasa kecewa mendalam dan kesal yang luar biasa dirasakan oleh Persaudaraan Alumni (PA) 212. Hal itu lantaran 'junjungannya' tiba-tiba berubah sikap.

Terbukti dari adanya pertemuan Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pekan ini. Padahal sebelumnya mereka terlihat berseberangan di Pilpres 2019.

Karena rasa kecewa tersebut, PA 212 lantas meralat ucapannya terdahulu. Kini mereka mengaku Mekah sebagai paduan dan imamnya, bukan Kertanegara.

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Sekjen PA 212, Bernard Abdul Jabbar.

Pernyataan tersebut terlihat sangat menggelikan. Pasalnya, mereka sekarang seolah menyangkal Prabowo sebagai junjungannya. Padahal selama ini mereka selalu mengelu-elukan Prabowo sebagai Capres pilihan ulama.

Namun, setelah Prabowo rukun dengan Megawati, mereka merasa dicampakkan dan pupus harapan, sebab kendaraan politiknya tak bisa dikendalikan lagi.

Diakui atau tidak, PA 212 adalah pihak yang paling tidak senang dengan adanya pertemuan Prabowo dan Megawati tersebut. Padahal pertemuan tersebut adalah bagian dari rekonsiliasi demi kepentingan bangsa.

Tetapi mereka justru merasa cemburu dan kecewa berat. Karena upayanya untuk menegakkan khilafah kembali kandas.

Sebab, kendaraan politik yang ditunggangi telah sadar dan memilih rekonsiliasi untuk membangun kembali persatuan negeri ini.

Kalau diibaratkan, PA 212 sejatinya seperti hama, yang jika tidak segera dibasmi, akan merusak pertumbuhan bangsa Indonesia.

Sederhana saja menilainya, mereka yang tak senang dengan adanya rekonsiliasi nasional, maka adalah musuh bangsa ini. Itu sah untuk segera dibasmi daripada berkembang lebih luas lagi.