Keris merupakan salah satu warisan budaya leluhur bangsa indonesia yang patut dilestarikan. Berbicara keris tentu saja tidak dapat dipisahkan dari keberadaan keraton atau kerajaan yang ada di Tanah Air. Benda pusaka tersebut diwariskan turun temurun, tetapi sayangnya sebagian sudah berpindah tangan keluar. Ini terjadi karena si ahli waris tidak tertarik pada benda pusaka tersebut dengan berbagai alasan.

Para pencinta keris dapat berbangga, karena keris kini telah diakui dunia sebagai warisan atau pusaka dunia oleh UNESCO.

Keris ini memerlukan perawatan dan pemeliharaan secara berkala. Keris yang kurang terawat, selain berkurang keindahannya juga akan cepat berkarat dan rusak. Tujuan perawatan adalah mencegah timbulnya karat yang dapat merusak bagian ricikan dan bilah keris, pola pamor.

Para ahli keris, kolektor atau pedagang keris selama ini menangguh berdasarkan apa yang telah mereka ketahui. Dalam penetapan tangguh keris diperlukan kurator/ seorang yang ahli terpercaya seperti Museum Pusaka TMII, Surat Kekancingan Keraton Yogyakarta. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan kesalahan penangguhan keris baru yang telah melalui proses kamalan sehingga terlihat tampak tua ataupun keris tua rekondisi yang disebabkan karena kekurang pahaman penjual atau pemilik sebelumnya ataupun kesengajaan.

A. KERIS TUS (Tangguh Utuh Sepuh)


Keris Tindih Dhapur Naga Siluman, Pamor Beras Wutah, Tangguh Cirebon, Abad 17


B. KERIS TUA Rekondisi


Keris Tua Rekondisi (Keris tua yang telah direkondisi dengan merubah dhapur)


Semoga bermanfaat, SALAM BUDAYA