Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yusrilmahend927Avatar border
TS
yusrilmahend927
Sarjana Pertama, Episode 2 (Titik Tolak)


Beberapa kali suara jangkrik terdengan bersautan dan tampak bersahabat dengan denting jarum jam yang berpindah menunjuk angga yang nampak digantung dikamar kecil Syahrul merangkul perasaanya seakan berada dalam dimensi waktu yang lebih cepat. Ditatapnya lemas dan penuh harapan untuk esok hari tumpukan ransel-ransel besar yang berisi pakaian dan beberapa peralatan yang sudah disusun rapih berdasarkan kategori dan jenis, seperti telah mengikuti kuliah sang filosofi athena Aristoteles dengan materi pengelompokan miliknya berdasarkan jenis.dan ordo yang telah selesai sore tadi.
Episode perenungan ini terpecah ketika senyap suara malam ditimpahi diskusi kedua orang tuanya yang masih terjaga diruang tengah, maklum saja tidak cukup kuat sekat yang terbuat dari anyaman bambu membendung pembahasan yang saat ini terdengar sensitif ditelinganya.
“Bu, bener mau nyekolahin angga di kota bareng syahrul?” tanya pak hariadi yang cukup jelas dengan nada lelahnya
“mau gimana lagi to pak, anaknya minta begitu” jawab bu narti “mau disekolahkan disini bapak ya tau sendiri ndak jelas sekolahnya, jadi gak bener nanti anak kita” tambahnya.
“tapi ibu liat sendiri keadaan kita sekarang, kerja makin ndak jelas karna pabrik sering rusak, hasil panen kebun tidak meyakinkan” pak hariadi meyakinkan keadaan mereka saat ini.
“pak pak kalo ngikutin keadaan ya pasti maunya nurut, tapi ya gini-gini aja kasian anak-abak, masih bagus mereka mau sekolah tinggi” bu narti meyakinkan
Masih setia syahrul menyimak percakapan ibu dan bapaknya, cukup mengheningkan batinnya paling tidak harapan dan minpinya sedikit tertampar oleh keadaan. Syahrul ingat betul perjuangan tiga tahun lalu untuk menamatkan SMA, biaya dan perasaan ditempa untuk segera faham dengan beban realita hidupnya. Kala itu ia bersekolah diluar kampungnya bukan untuk bergaya apalagi pamer status sekolahnya kepada sekitar, lagi-lagi karena kualitas pendidikan dikampungnya jauh dibawah kata standar. Alhasil sebidang kebun satu-satunya kala itu harus dilepas. Tiga tahun tepatnya ia harus prihatin dengan keadaan, paling diingatnya ketika itu sebungkus abon digunakan sebagai bahan bakar tubuhnya selama seminggu. Puasa dan menjamak jadwal makannya adalah hal biasa bagi syahrul, pikirannya kala itu adalah bagaimana biaya yang ia gunakan seminimum mungkin.
“ya sudah kalo ibu maunya begitu, bapak melu ae, apalagi ibu wis yakin dan bulat tekatnya” ucap pak Hariadi.
“ibu yakin lah pak, pasti ada rezeki untuk anak-anak” tutup bu Narti.
Tak seperti banyak jiwa lainnya yang menghempaskan tubuh mereka diujung ranjang, ditutun matanya menjelajahi buku-buku koleksinya, kata demi kata membentuk menjadi kalimat dan bermuara menjadi paragraf-paragraf habis disusuri matanya diteman segekas kopi hitam tampaknya cukup menjadi candu bagi syahrul untuk tetap terjaga dan menyampaikan pesan dari sang bulan kepada mentari pagi itu. Dibangunkannya segera angga adik satu-satunya untuk mempeesiapkan diri dan melakukan perjakan ke kota hari itu. Berkumpul pagi itu seluruh anggota keluarga, seperti biasa akan ada wejangan dan nasihat dari kedua orang tuanya, hal tersebut telah menjadi kebiasaan dikeluarganya....

Bersambung....
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
481
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.