Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dilaksanakan oleh dua orang atau dua pihak dengan maksud meresmikan ikatan perkimpoian secara norma agama, norma hukum dan norma sosial.

Dan  di dalam agama tertentu ada sebuah ketentuan untuk memberikan mahar atau mas kimpoi sebagai syarat sah kedua belah pihak dapat meresmikan sebuah hubungan ke jenjang pernikahan (CMIIW).

mas kimpoi atau mahar itu adalah harta yang diberikan oleh mempelai pria kepada pihak mempelai wanita pada saat pernikahan. Atau secara antopologi, mahar seringkali dijelaskan sebagai bentuk lain dari transaksi jual beli sebagai kompensasi atas kerugian yang diderita pihak keluarga perempuan karena kehilangan beberapa faktor pendukung dalam keluarga seperti kehilangan tenaga kerja, dan berkurangnya tingkat fertilitas dalam kelompok.

Mahar bisa dibayarkan tunai dan juga bisa di bayarkan tangguh. Jika dalam akad nikah mahar tidak disebutkan jumlah dan jenisnya maka calon suami wajib membayarkan mahar kepada istrinya sebuah mahar mistli yaitu mahar senilai/ setara yang pernah diberikan kepada wanita yang memiliki banyak kesamaan dengan calon istrinya.

Besaran mahar atau mas kimpoi itu sendiri sebenarnya tergantung dari kesiapan dan kemampuan calon mempelai pria. Tidak ada paksaan untuk besaran nilai mahar atau mas kimpoi yang akan diberikan. Namun, dalam berbagai tradisi mahar atau mas kimpoi sering di bandingkan atau di setarakan dengan status sosial seseorang

Di sejumlah wilayah atau daerah di Indonesia, terdapat tata cara khusus atau tradisi seputar proses pemberian mahar. Biasanya pemberian mahar juga diiringi dengan benda benda lainnya yang dikenal dengan ‘seserahan.’ Dalam tradisi etnik tertentu pemberian mahar juga dilakukan dengan prosesi arak-arakan dengan diiringi nyanyian atau alunan musik tradisional. Seperti prosesi mengantar mahar dan seserahan sesuai adat  yang dilaksanakan dengan iringan tabuhan rebana dan genderang adat yang melantunkan lagu tradisional bahkan berbalas pantun.

nah, membaca berita diatas tentu jiwa missqueen kita yang masih pada jomblo akan menjerit

Bagaimana tidak? seorang penjual bakso yang seringkali profesinya diremehkan banyak orang memberikan mahar atau mas kimpoi berupa sebuah mobil fortuner yang harganya sangat fantastis dengan alasan mendobrak tradisi mahar atau mas kimpoi yang biasanya hanya barupa seperangkat alat shalat dan perhiasan.

Sebenarnya sih sah sah aja mau memberikan mahar atau mas kimpoi berupa apapun yang penting sebagai calon mempelai pria, agan mampu, ikhlas dan tidak merasa terbebani. Tapi, kalo ada tetangga yang julidnya setengah mati dan membandingkan pemberian mahar atau mas kimpoi pada saat pernikahan anaknya. Apakah tidak akan mungkin calon mertua tiba tiba meminta mahar atau mas kimpoi yang lebih mewah dari pernikahan anak tetangganya itu tadi?

jadi mana yang lebih baik, mahar atau mas kimpoi yang mengikuti tradisi atau gaya hidup?