skydaveeAvatar border
TS
skydavee
Mengendalikan Emosi Supaya Tak Berakhir di Jeruji Besi
source:google

Sebagai negara yang mengadopsi sistem demokrasi, Indonesia lantas ditasbihkan menjadi salah satu negara besar pengguna sistem pemilihan tersebut. Julukan ini tidaklah berlebihan. Mengingat jumlah penduduk negara kita berdasarkan data seperti dikutip dari situs Indonesia Investment, sejumlah kurang lebih 260 juta jiwa.

Salah satu ciri negara dengan sistem demokrasi adalah terwujudnya sebuah partisipasi masyarakat, baik secara langsung ataupun tidak, dalam memantau jalannya roda pemerintahan. Demokrasi juga mensyaratkan lahirnya sebuah istilah "dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat". Secara sederhana, sistem ini merupakan antitesis dari sistem ala tirani atau pemerintahan yang otoriter. Sebab sistem tersebut, tidak menyertakan rakyat sebagai penentu kebijakan yang kelak diambil oleh rezim yang berkuasa.

Selain bentuk dukungan masyarakat secara langsung, demokrasi juga mencantumkan regulasi yang wajib memberikan kebebasan bagi masyarakat untuk men-suarakan kehendaknya. Termasuk kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan kebebasan memberikan kritik kepada penguasa bila kebijakan yang ditempuh oleh mereka keluar dari jalur rel yang seharusnya. Selalu dibutuhkan kerikil demi memperlancar serta mengokohkan lajunya kereta api pembangunan hingga kesejahteraan dan manfaat kebaikannya dapat berjalan merata seantero nusantara.

***
Melontarkan kritikan kepada penguasa adalah salah satu alat controlyang diberikan secara ekslusif kepada rakyat secara langsung maupun melalui perwakilannya. Namun, meski diberikan kebebasan untuk melakukannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah kritikan yang memiliki dasar. Karena kritikan yang tidak berdasar, ditengarahi memunculkan sikap subyektif dan menimbulkan potensi gesekan antara masyarakat di kalangan akar rumput. Tentu hal tersebut akan membuat kondisi tidak akan kondusif.

Sikap subyektif yang dialami oleh segelintir orang memang dianggap sebagai fenomena yang wajar. Disini, akan berlaku adagium bahwa, seorang pemimpin tidak akan pernah bisa memuaskan semua orang. Sebab ada jutaan orang yang memiliki pandangan dan kepentingan yang berbeda. Tiap orang-orang ini, akan tetap hidup dalam alam kehendaknya masing-masing.

***
source:google

Selain kritikan wajib memiliki dasar yang kuat, haram hukumnya kritikan dibalut dengan unsur hoax. Apalagi saat ini, hoaxsemakin berkelindan secara masiv akibat mudahnya akses ke beberapa media sosial. Dampak dari hoax jika disadari sungguh sangat membahayakan. Berita berisikan fitnah yang telah dimodifikasi sedemikian rupa, tampak seakan-akan menjadi sebuah kebenaran. Mirisnya, pelaku maupun korban hoax ini tidak hanya menyasar golongan rakyat jelata sebagai kasta terbawah dalam strata sosial masyarakat. Tak terhitung berapa orang dengan status terpelajar, para akademisi, bahkan mereka yang mendaku sebagai elit politik tak luput menjadi pelaku dalam pusaran penyebaran hoax.

Bila berlaku jujur, kritik yang semestinya bukanlah kritik yang sedemikian rupa. Ia seharusnya benar-benar sebuah kritikan yang konstruktif, obyektif dan ditujukan dengan niat yang baik. Diharapkan pula, kritikan tersebut dalam kerangka memberikan alternatif lain. Tanpa harus menyeret sebuah institusi, agama atau mengaku atas nama rakyat demi agenda tersembunyi dalam panggung politik praktis. Percayalah, banyak orang yang sudah bosan dengan sandiwara politik yang selalu dipertontonkan. Termasuk saya. Bagaimana denganmu, Bambang?
source:google

***
Negara demokrasi yang sehat adalah negara yang menjamin adanya kritikan dan diperlakukan sebagai jamu, meski kadang pahit, tapi ia menyehatkan.

Sedangkan masyarakat yang mendaku memiliki pemikiran yang maju, adalah masyarakat yang mengutarakan kritikan dengan cara-cara beradab. Menjauhi unsur hoax, pintar memilah informasi, serta mampu menahan diri bila mendapati informasi yang belum jelas kebenarannya. Gunakan data atau media lain sebagai pembanding. Dan tolong jangan asal shareberita apapun, walaupun datangnya dari kelompok sendiri. Meski kelompok ini memiliki kepentingan dan tujuan yang seragam. Dan yang terakhir, sanggup menahan emosi pada jari, agar tidak berakhir dibalik jeruji. Jika dahulu kala pepatah bijak mengatakan mulutmu adalah harimau-mu, kini selain mulut, jemaripun bisa menjelma menjadi harimau pula, yang menghantarkan seseorang menuju terungku. Sebab akhir-akhir ini, kritik via jemari pada media sosial - yang banyak terjadi - cenderung menyerempet pada perkara pidana.

Sungguh, hidup dibui itu tak menyenangkan. Hidup terkekang, tiada kebebasan walau sekedar incip sebungkus nasi padang. Tanyain deh Papa kalau nggak percaya. Mau belanja bahan bangunan aja diuber-uber orang.

source:google

Belum lagi sakitnya dilepeh oleh sekumpulan orang yang sudah dibela mati-matian. Camkan itu, Paijan!



©Skydavee 2019
Diubah oleh skydavee 18-06-2019 08:02
JakeGyllenhaalAvatar border
elenoir77Avatar border
slametgenthoAvatar border
slametgentho dan 5 lainnya memberi reputasi
6
4.9K
55
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.