Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

omatsuri.hanaAvatar border
TS
omatsuri.hana
Bapak Ojol (Based on true story)
  
 
Hari ini hari sabtu, hari terakhir kuliah di minggu ini, biasanya sekitar jam 2 an aku sudah bersiap menunggu kereta menuju stasiun nambo di stasiun pondok china. Jadwal kereta menuju stasiun nambo belum terlalu banyak, hanya 5 kali dalam sehari. Kalau tidak bergegas sesuai jadwal maka di pastikan aku pulang harus menggunakan jasa ojek online. Tapi sayangnya hari ini ada hal lain yang harus aku kerjakan.
Hari itu kota depok berangin, udara nya sepoy-sepoy meski bercampur debu. Kegiatanku berlokasi di depok town square. Acara selesai pukul 7 malam lewat, aku pikir masih ada kesempatan untuk dapat kereta jadwal terakhir menuju stasiun nambo, selesai acara aku beres-beres cepat sekali agar tidak tertinggal kereta. Aku langsung menuju stasiun pondok china lewat parkiran belakang mall. Jarak mall menuju stasiun kurang lebih 800 meter. Sekitar 17 menit berjalan, aku berhenti karena baru teringat tas tentenganku berisi mukena dan botol minum tupperware tertinggal di lokasi acara, aku buru-buru arah balik dan berlari takut keburu hilang atau di buang panitia acara. Karena kalau sampai hilang, bisa di potong uang jajanku karena menghilangkan koleksi kesayangan emak :/
Di tangga menuju parkiran mall, tepatnya persis di dekat mcdonald, terpaksa aku harus memelankan laju ku. Karena sedang ada live drama. Aduh bagaimana ya, aku harus buru-buru ambil tasku yang tertinggal, tapi sayang banget kalo meninggalkan tontonan sesama sugar baby (halahh sebut cabhek) sedang bertengkar sambil salah satunya nangis-nangis bombay. Cara terbaik ya aku jalan saja pelan-pelan sambil mataku terus mengekor ke arah mereka. (ya Allah maaf aku kepo emoticon-Big Grin). Tapi sepertinya hal itu juga di lakukan orang yg lalu lalang lain nya.. LOL. Perempuan yang satu bertubuh sempurna, layaknya yang orang-orang sebut gitar spanyol. Di dada nya di tatto “I am a Bad Girl..” (kalian semuah sucihh aku yang berbusahh.. malah nyanyi..) rambutnya ikal ala-ala kabel pesawat telpon. Memakai jeans ketat dan baju kaos ketat warna kuning, yang kalo tangan nya mengangkat sedikit saja, maka area pinggangnya terlihat jelas. Sedangkan yang satu nya pakai celana jeans pendek yang ujungnya robek-robek bahasa keren nya di sebut ripped hotpants. Dan blouse yang tidak di kancing penuh, rambutnya pun sama dengan perempuan yang satunya lagi, keriting kabel telpon. Yang ku dengar samar-samar..
“anj*nk maksud lu apa WA duluan si om..” sambil dorong-dorong perempuan yang pakai hotpants.. yang di dorong-dorong diam aja tanpa perlawanan.
“kenapa lu diem aja, kekurangan duit lu ya.. sini gua beli barang lu..” si perempuan berbaju kuning terus mencecar..
“jangan diem aja bab*....” si perempuan berbaju kuning mendorong si perempuan bercelana hotpants hingga terjatuh, dan kaki terlihat lecet serius karena tergerus aspal parkiran. Si perempuan hotpants mulai nangis, mungkin karena sakit di dorong..
“jangan playing victim terus lu, malah mewek.. dasar jabla*y..” umpat si perempuan berbaju kuning, loh sesama jabla*y bukan nya saling mendukung, kok malah saling menghina..
Tetiba aku teringat barangku yang tertinggal, aku kembali berjalan cepat setengah berlari meninggalkan drama depok. Untungnya barangku masih tergeletak di kursi di depan panggung. Aku buru-buru mengambilnya dan bergegas kembali ke arah stasiun, di pelataran dekat parkiran dua perempuan itu masih dengan lakon nya, di tonton oleh dua anak kecil penjaja tissu seolah serius nonton sinetron di layar televisi. Kuat-kuat ya mentalmu nak, mungkin ini cara tuhan menyeimbangkan alam. Ucapku lirih dalam hati.
Sesampai di stasiun pondok china antrian mengular, aku nyempil di luar garis antrian mau bertanya ke petugas terdekat, apakah kereta menuju stasiun nambo masih tersedia..
“waduh, baru aja lewat mba jadwal yang terakhir..” jawabnya.. alamakkk aku tepok jidat. Langsung saja tanpa basa-basi aku buka aplikasi ojek online. Ku masukan alamat tujuan desa cibadak-sukamakmur. Dan yang tertera di aplikasi – maaf jarak maksimal 25 km, takut driver masuk angin—begitu jawab aplikasi.. aduh bagaimana ini, aku takut naik angkutan umum, karena terakhir naik angkutan umum di malam hari, supirnya mabuk dan ugal-ugalan. Akhirnya aku setting ulang lokasi tujuan sampai ke daerah citayam. Dan akhirnya aku dapat driver, langsung ku telpon sang driver..
“bang sebenarnya saya mau pulang ke sukamakmur, tapi lewat aplikasi gak bisa sampai titik tujuan..abang bisa gak antar saya sampai lokasi, jaraknya sekitar 32 KM.. nanti saya bayar 100 ribu..” ujarku di telpon.
 
“iya siap neng bisa, lokasi penjemputan sesuai map ya..” jawab driver ojek online.
 
“iya betul pak..” dan di jawab oke oleh si bapak, lalu ku tutup telpon.
 
Sambil menunggu bapak driver datang, aku screenshoot layar pemesanan di aplikasi yang menunjukan nomor kendaraan dan nama bapak driver. Nama nya pak sartono. Lalu ku kirim via whatsapp ke emak.
“mak, aku pulang naik gojek..”
“oke hati-hati di jalan” jawab emak.
Tak lama bapak driver datang, usia nya ku taksir kira-kira 45 tahun, wajahnya terlihat sendu. Entah karena lapar atau kelelahan. Yang jelas dari wajahnya terukir jelas kesulitan hidup.
“dengan Via..” tanya nya, dan aku mengangguk.. lalu ku lihat sekilas plat nomernya, dan sesuai dengan plat nomer yang sudah ku hafalkan di aplikasi tadi.  Aku pun naik di boncengan..
“gpp ya pak agak jauh nariknya..” ucapku membuka obrolan dan trip pun di mulai.
“iya gpp neng, kebetulan bapak juga baru dapet satu tarikan dari pagi..” ujarnya dan aku hanya mengangguk-angguk padahal hati pingin nangis mendengarnya.
Sepanjang perjalanan kami lebih banyak diam, karena suara angin dan kendaraan serta tekanan dari helm mengganggu pendengaranku, jadi kalau mengobrol pun tidak efektif.
Setelah memasuki daerah citeureup, artinya sudah sebentar lagi sampai ke rumah. Dan jalanan berangsur-angsur sepi dan minim penerangan jalan. Sesekali si bapak menanyakan arahan jalan, lalu ku jawab singkat.. masih lurus pak, belok kanan, belok kiri. Memasuki kecamatan sukamakmur jalanan memang total gelap, ilalang kiri kanan, serta rumpun bambu lebat menjulang menaungi jalan, seolah melarang cahaya apapun untuk menyinari dari atas. Jalanan sih syukurnya mulus. Saat di perjalanan ini, si bapak berulang kali memanggilku..
“neng...” panggil si bapak.. lalu ku jawab..
“iya kenapa pak..” sambil main hape.
“gak, mastiin aja masih di belakang saya..” ujar sibapak, ternyata dia ketakutan kalo aku hantu. Haha. Otak jahilku tiba-tiba saja tercetus, apa aku pira-pura misterius saja ya, tapi mengingat cerita si bapak yang lagi sepi orderan, aku mengurungkan niat jahilku takut si bapak kena serangan jantung.
Siapapun yang kesini di malam hari, pasti akan berfikir memasuki kawasan dunia lain, atau setidaknya merasa masuk ke hutan belantara yang beraspal, karena memang lokasi penuh pepohonan dan gelap. Serta hanya satu dua kendaraan lain yang berlalu lalang. Sehingga berulang kali si bapak panggilku “neng” lalu ku jawab “iya pak”.. begitu saja sampai pohon bambu cekikikan.
Dan tiba-tiba saja si bapak berhenti di tengah jalan, jadinya malah aku yang takut si bapak berniat jahat. Aku pasang posisi siaga, dan handphone siap-siap menelpon mama kalau terjadi sesuatu. Lalu karena suasana yang hening, maka terdengar jelas si bapak sedang berkomat-kamit. Lalu ku fokuskan kupingku, ternyata si bapak sedang membaca surat yasin. Sungguh aku ingin turun dan tertawa terpingkal-pingkal., tapi aku tahan karena mungkin aku sudah lama di daerah ini, jadi sudah tidak takut dengan kegelapan. Tak lama kemudian si bapak melanjutkan perjalanan. Dan lagi dia panggil aku untuk memastikan aku ada, tapi kali ini tidak ku jawab. Bukan karena iseng, tapi ku pikir seharusnya si bapak tau ada aku karena boncengan tentu masih terasa ada muatan. Tapi tak di nyana, si bapak malah ngebut panik. Untungnya rumahku sebentar lagi sampai..
“pak itu rumah sebelah kanan ya cat abu-abu..” ucapku memberi arahan, dan si bapak pun berhenti tepat di depan rumah, sudah ada ibu menunggu di teras dengan mukena putih duduk di bangku. Aduh ini kayaknya si bapak abis baca cerita ojol yang dapat penumpang hantu, masa melihat ibuku saja seperti melihat sussana, ya walaupun kalau sudah ngomel ibuku memang lebih seram dari sussana saat jadi kuntilanak.
Setelah aku turun, dan memberikan helm kepada si bapak. Lalu ku sodorkan uang 120 ribu rupiah.
“alhamdulillah, makasih ya neng..” respon si bapak, akupun mengangguk senyum.
Cukup lama si bapak memperhatikan rumahku dan sekelilingnya, lalu akhirnya di bilang.
“neng bapak numpang tidur di teras ya, soalnya gak berani pulang balik sendiri..”
Ibuku menahan tawa. Begitupun aku. Wah bagaimana ini masa driver ojol penakut.
“iya-iya silahkan pak..” jawab ibuku mencairkan suasana.
Lalu ibu menyiapkan alas tidur dan selimut untuk si bapak tidur di luar. Kami tidak bisa memberi tempat di dalam, karena si bapak orang asing, juga ayahku sedang pergi dinas.
Dan malam itupun bapak driver ojol menghabiskan malam yang dingin dan sunyi di teras rumah kami.
Begitulah hidup, menurutku komedi, menurut si bapak adalah cerita horror..mungkin dalam pikiran si bapak tiba-tiba besok rumah ini menghilang menjadi petakan kuburan seperti di cerita-cerita horror... emoticon-Big Grin


Note : Hidupmu tergantung pikiranmu.. maka teruslah berfikir yang positif dan lihat hidup dengan sudut pandang terbaik, karena hidup tak seburuk drama sinetron indosiar.. :/
 
 


anasabilaAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan anasabila memberi reputasi
2
643
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.