Assalamu'alaikum Wr. Wb
Pembaca, apa kabar? semoga Kalian sehat selalu dan di berikan umur panjang ammin.
kali ini, ts mengajak agan dan sista untuk merenung sejenak, sambil minum kopi hangat karena pada hakikatnya ketidaktahuanlah yang membuat rasa kopi itu pait, maka dari itu di tambahkan gula, agar rasa kopi menjadi manis.

Perlu di ketahui bahwasanynya seluas apapun ilmu yang kita miliki, tentunya masih kurang banyak dengan Allah yang tergantung di dalam bumi, ilmu yang kita miliki masih setara secangkir kopi, pahit yang masih harus berkonsultasi dengan rasa yang lainnya agar nikmatnya bisa menjadi sesuatu.

Sebab ilmu Allah itu tidak sanggup kita mililki semuanya, walau sudah mempelajarinya hingga mengurangi luasnya samudra. dari hal inilah ts ingin belajar dan berbagi kepada para kaskuser dari sabang samapai merauke, alhamdulilah ada jalannya semoga segala ilmu bermanfaat bagi kami semuah.

Atau kita juga bisa bisa mengapresiaikan ilmu yang melimpah itu dalam luapan takaran air di dalam gelas yang melebihi jatah apresiasi untuk sisi tahu kita.
akibatnya, sisi ketidaktahuan kita pun masih begitu gemar nikmati sanjungan dan pujian. dan itu terkesan diri begitu paripurna.

Pada dasarnya sebuah sanjungan ialah apresiasi melimpah yang seharusnya melimpah yang menjadikan kita berbuat lebih, untuk membuka gerbang kebutaan kepada ilmu yang lebih lanjut lagi. seperti halnya pendapat beberapah orang pintar berikut ini:

1. Emha Ainun Nadjib

Seorang seniman, budayawan, penyair, serta intelektual asal indonesia.

Kejahatan adalah nafsu yang terdidik.
kepandaian, seringkali , adalah kelicikan yang menyamar. adapun kebodohan, acapkali, adalah kebaikan yang bernasib buruk. kelalaian adalah itikad baik yang terlalu polos. dan kelemahan adalah kemuliaan yang berlebih.

2. Ali bin Abi Thalib

Pemeluk islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhamad

Memuji seseorang lebih dari pada yang ia berhak menerimanya sama saja menjilatnya. Tetai melalaikan pujian bagi orang yang berhak menerimanya menunjukan kebodohan dan kedengkian.

3. Jalaluddin Rumi

Penyair sufi, ahli hukul, serjana islam dan teolog dari persia

Dengan cinta, yang pahit menjadi manis. dengan cinta, tembaga menjadi emas. Dengan cinta, sampah menjadi jernih. Dengan cinta, sampah menjadi jernih, Dengan cinta, yang mati menjadi hidup. Dengan cinta, raja menjadi budak. Dari ilmu, cinta dapat tumbuh.
Pernahkan kebodohan menempatkan seseorang di atas tahta seperti ini?