darmawati040Avatar border
TS
darmawati040 
Negeri Yang Terluka
Hallo, selamat datang di lapak Araa. Semoga tulisan ini bermanfaat dan bisa mendamaikan kita semua. Salam sahabat dan sejahtera untuk pembaca tercinta.


Bismillah .... Asaalamualaikum, Indonesia. Apa kabarmu saat ini? Aku tahu, engkau tidak sedang baik-baik saja. Aku bertanya hanya untuk sebuah harapan. Harapan mendapat jawaban terbaik darimu. Namun, kenyataannya tidak demikian. Indonesiaku kini sedang terluka. Berdarah. Porak-poranda oleh pemikiran-pemikiran sesat segelintir manusia. Indonesiaku patah oleh kerakusan-kerakusan tak berujung sebagian petinggi negara.

Sejujurnya, aku bersedih hati melihatmu hendak digadai. Aku menangis dari tempatku berdiri. Aku meratap di sini. Di sudut kota yang juga mulai dipenuhi wajah-wajah asing yang merintis perkembangan ekonomi. Seolah kota ini milik mereka sendiri.

Di mana perginya pribumi? Hah! Seharusnya aku tidak bertanya. Tetapi, aku tetap ingin dan akan bertanya.

Quote:


Pribumi? Aku melihat orang-orang itu sibuk sendiri. Ada yang sedari pagi hingga pagi bekerja demi menafkahi anak istri. Ada juga yang sibuk menipu orang lain juga diri sendiri. Mereka mengambil yang bukan haknya berkali-kali. Tidak peduli siapa yang rugi.

Keluar masuk jeruji besi sudah menjadi rahasia publik. Berjalan santai dengan tampang yang seolah tidak berbuat apa-apa. Mereka tersenyum lebar seperti tak ada penyesalan. Tak ada ucapan maaf untuk orang-orang yang dirugikan.

Sebenarnya, mereka yang dicuri miliknya hanya sekadar kehilangan harta. Sementara mereka, kehilangan wibawa, rasa percaya, serta harga diri yang seharusnya tak pantas ditukar dengan lembaran-lembaran rupiah, atau rasa kenyang belaka. Ya, tapi itulah pribumi. Hobi melumpuhkan saudara sendiri. Lupa bagaimana nasib negeri yang katanya mereka cintai.

Selain orang-orang serakah yang lupa masa depan bangsa. Ada juga yang sibuk merangkak demi sebuah cita-cita. Sayangnya, tidak semua dari mereka punya kekuatan untuk benar-benar bisa meraihnya. Hanya mengandalkan kegigihan berusaha. Modalnya tak lain adalah fisik yang sehat. Hati yang ikhlas. Juga iman yang terus melekat di relung terdalamnya. Jika tidak, mereka pasti tumbang di balik ruang tanpa jendela; tempat beristirahat di kala malam menjelang. Tempat berteduh ketika terik membakar.

Penerus bangsa sungguh sangat minim pertumbuhannya. Bukan karena kurangnya populasi manusia. Melainkan merajalelanya pemicu kebodohan di negeri tercinta.

Sebut saja kehadiran berbagai macam game online. Salah satu faktor yang membuat lumpuh kecerdasan dan pemikiran anak bangsa dalam memajukan negara hingga lupa sejarah. Ditambah para wakil rakyat yang kerap menunjukkan sikap yang tidak seharusnya.

Seorang komika bahkan menjadikan mereka sebuah lawakkan dengan berkata,

Quote:


Ya, hal itu memang benar. Sekumpulan anggota dewan di kota Malang pernah ditangkap karena kasus korupsi.

Sebagian yang mendengar lawakkan komika itu, tertawa. Tapi tidak denganku. Ya, rasanya ingin berteriak,

Quote:


Namun, apalah arti teriakkan seorang gadis tak berpendidikan? Bagi pejabat-pejabat negara, suara bocah atau rakyat jelata hanyalah angin lalu yang kebetulan menampar wajah. Ya, sebatas menampar wajah. Tidak sampai ke relung atau pikiran.

Untuk apa berlelah-lelah memikirkan rakyat? Bukankah mereka mampu menghidupi diri sendiri? Mungkin hanya kalimat itu yang ada di pikiran mereka, saat menyaksikan wajah-wajah yang dahulu diharapkan suaranya.

Tidak heran. Sudah menjadi kebiasaan yang turun temurun. Bahwa,

Quote:


Sebegitu tak ditakutinya sebuah sumpah. Mereka menyebut nama Allah dengan kitab suci Al-Qur'an di atas kepala. Tetapi, masih juga tergiur akan uang dan harta. Melanggar apa yang sudah diucapnya.

Ya, begitulah mereka. Putra-putra bangsa yang katanya mencintai Indonesia.


Lalu, apa yang dibuat asing di bumi pertiwi selain meningkatkan ekonomi mereka sendiri? Adakah mereka saling berselisih sebagaimana pribumi? Adakah mereka saling menyakiti sebagaimana pribumi yang hampir setiap detik saling caci maki?

Tidak! Para asing itu sibuk mengumpulkan harta. Saling bantu membantu sesama kaumnya untuk pertumbuhan ekonomi mereka. Mereka sibuk membangun gedung dan puluhan ruko di berbagai kota. Di mana, pribumi menjadi pegawainya. Sementara anak bangsa sendiri, mereka sibuk melayani hati yang patah karena jatuh cinta sebelum waktunya.

Ada juga yang saling singgung menyinggung hanya karena hal-hal sepele yang sama sekali tidak penting untuk dipermasalahkan. Dan, tak jarang menghilangkan nyawa saudara sendiri hanya karena membela yang benar dan salahnya belum pasti.

Hei, menepilah sejenak dari sifat,

Quote:


[I]Saatnya membuka mata hati dan pikiran. Jika bukan hari engkau bangkit dan menyadari kelemahan yang sedang dihadapi. Lalu kapan engkau hendak peduli? Apakah ketika bangsa ini hanya tinggal nama? Atau ketika para asing menodongkan senjatanya di kepala kita?

Tidak! Tolong katakan tidak, dan bangkitlah, Saudara! Bangsa kita tidak sedang baik-baik saja. Mungkin kita sudah dikepung di segala arah. Hanya saja, tidak terlihat begitu nyata. Akan jadi apa kita, jika nanti benar-benar akan dijajah kembali?

Indonesiaku. Negeriku. Bangsaku. Tanah air kecintaanku. Aku mengkhawatirkanmu sebagaimana khawatirku pada kehancuran keyakinanku. Dan aku terus memerhatikanmu dari sudut kota yang sama. Engkau kian terluka parah di tangan orang-orang yang setengah hati membela.


Apalah arti kata yang diucap para bedebah!

Quote:


Nyatanya, tidak! Para penguasa membuat negeriku dirudapaksa. Kehilangan segalanya! Menjadi bahan ejekkan negeri-negeri tetangga. Indonesiaku dibuat penguasa menanggung beban dengan hutang yang hampir tak terhingga. Indonesiaku sungguh dalam lara yang entah kapan bisa kembali sejahtera.

Kini, antara pejuang dan pengkhianat sulit dibedakan. Yang menyerukan keadilan dianggap makar; berlaku kekerasan. Sementara yang mulutnya bungkam, tangan, kaki, tetap berjalan untuk sebuah kepentingan diri sendiri atau kelompoknya, dinilai pejuang yang memakmurkan dan menjaga keutuhan.

Indonesiaku. Negeriku. Bangsaku. Tanah air kecintaanku. Aku melihatmu dalam kehampaan. Masihkah esok namamu dielu-elukan? Masihkah lusa keindahanmu terjaga? Masihkah hari-hari selanjutnya engkau dikabarkan tetap makmur dan sejahtera? Masihkah, duhai, Indonesiaku?


Quote:


Hai, kepadamu, para penguasa negeri. Bisakah engkau mencotohi kami kebaikan dan sikap adil? Sebagai bentuk penghormatan kalian terhadap pahlawan-pahlawan bangsa. Aku yakin, mereka pasti bahagia melihat pengganti-penggantinya mencintai sesama. Terutama rakyatnya.

Hai, kepadamu para pemuda aset bangsa. Adakah relungmu merasakan pedihnya perjuangan para penghulu kita? Yang rela bersimbah darah dan mengorbankan jiwa raganya demi Indonesia merdeka? Jika tidak, maka belajarlah untuk bisa merasakannya. Jangan lupakan sejarah! Sebab, di sanalah kita tahu asal mula berdirinya Indonesia.

Kepadamu, saudara sebangsa setanah air. Mari bersatu rapatkan barisan. Jangan mudah dibenturkan hanya karena beda pilihan dan keyakinan. Jangan terpedaya oleh tipu muslihat orang-orang yang ingin kehancuran tanah air tercinta. Kita adalah saudara.

Quote:


Saudaraku sebangsa setanah air. Sekali lagi, mari rapatkan barisan. Jangan beri peluang siapa pun untuk menyerang. Sebagaimana yang diucap oleh mantan jendral TNI kita, Bapak Prabowo Subianto:

Quote:


So, buang rasa benci kita. Tepislah ego yang sempat meraja. Kita adalah anak bangsa yang sama. Mengapa saling menumpahkan darah? Tidakkah orang-orang asing menertawainya? Pikirkanlah!

Cukup sudah rasa kehilangan itu mendera para keluarga mujahid penuntut keadilan. Jangan kalian tertawakan! Bagaimana bisa kita menjadikan kematian sebagai bahan candaan? Sebegitu tidak berhargakah sebuah nyawa yang sempat melekat di badan? Nyawa yang dianugrahkan oleh Tuhan.

Quote:


Indonesiaku. Indonesiamu. Indonesia kita bersama. Mari dijaga kedaulatan dan kesejahteraannya. Jangan biarkan penjajah kembali menghancurkan yang telah susah payah diperjuangkan oleh pendahulu kita. Para pahlawan-pahlawan bangsa.

Dan teruntuk penguasa. Berhenti berlaku semena-mena. Pandanglah rakyatmu sebagai manusia. Dan jadilah manusia agar bisa saling menjaga dan memanusiakan manusia. Rakyatmu bukanlah musuh negara. Melainkan penduduk yang harus dijaga, dan dipenuhi hak-haknya. Hak beruara, hak berpendapat, hak menerima dan menolak, dan segala macam bentuk hak sebagaimana yang di atur oleh Undang-Undang Dasar negara kita.

Quote:


[I]Setiap kepala tidak sama isinya. Jadi, jangan memaksakan kehendak agar semua orang mengikuti apa yang kita ingin. Yang menurutmu benar, belum tentu benar bagi orang lain. Yang menurutmu salah, belum tentu salah bagi orang lain. Di situlah fungsi adanya musyawarah. Sebagai jalan perdamaian.

Tidak ada jalan pintas dalam hidup bernegara. Selalu ada solusi untuk segala masalah. Tinggal kita yang memilih. Temukan solusi terlebih dulu, atau menempuh jalur yang menyengsarakan?

Sebagaimanapun gemerlapnya dunia, tetap tidak lebih indah dari sifat jujur dan arif yang dimiliki seseorang. Jadi, berlaku adil dan jujurlah.


Quote:


Sekian suara hati dan isi pikiran Araa. Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan. Salam sejahtera untuk para petinggi negara. Salam santun untuk teman kaskus tercinta. Dan salam sahabat untuk semua pembaca.

Pesan untuk petinggi-petinggi negara, juga para wakil rakyat. Bekerjalah untuk bangsa dan rakyat. Bukan untuk menindas dan merampas hak mereka. Suatu saat, bapak-bapak, ibu-ibu, tante-tante dan om-om, pasti akan kembali menjadi rakyat. Maka, bersikap baiklah terhadap rakyat. Agar kelak diperlakukan sebagaimana kita memperlakukan mereka.


End

BIMA, 26-05-19



Diubah oleh darmawati040 25-05-2019 17:54
jungyeon96Avatar border
swiitdebbyAvatar border
999999999Avatar border
999999999 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Cinta Indonesiaku
Cinta IndonesiakuKASKUS Official
5.3KThread2.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.