phannu.ariAvatar border
TS
phannu.ari
Kisah Hijrah Seorang Guru Agama


      

Di kolong rumah berlantai 2 ini kupanaskan motorku. Motor Yamaha pemberian ayah ketika kutamatkan pendidikanku di universitas ternama di Makassar. Namaku rian anak ketiga dari tiga bersaudara. Kedua kakakku adalah perempuan. Ayah dan ibuku adalah seorang petani dan peternak yang lumayan sukses. Lewat hasil itu pula aku bisa bersekolah hingga perguruan tinggi.

4 tahun berkuliah di jurusan Pendidikan Agama Islam membuatku paham agama meskipun tidak seutuhnya. Perilakuku saat kuliah terbawa ketika aku merantau ke suatu kota yang masih di Sulawesi selatan juga. Aku suka bergonta – ganti pasangan dan tidak segan – segan untuk ‘‘bercinta’’ dengan pasanganku.

Saat kuliah aku total memiliki 4 pacar. Kesemuanya adalah mahasiswa berbagai kampus di kota ini. Setiap berganti tahun pelajaran pasti aku mengganti pasanganku.

Suatu hari aku pernah mendapatkan kejadian yang membuat jantungku hampir copot. Telponku berdering panggilan masuk dari pacarku yang bernama nisa. Kuangkat telpon itu sambil mengisap sebatang rokok kretek.

‘‘Assalamualaikum kak, dimana posisi?’’. Tanya nisa di balik telepon

‘‘Aku lagi di kos, ada yang bisa dibantu?’’. Tanyaku lagi pada anisa

Suaranya di balik telepon mulai tak  normal ‘‘Aku mual – mual kak, wajahku pucat dan pandanganku mulai kabur’’.

Kumatikan telepon, kupinjam motor tetangga kosku dan langsung tancap gas. Sesampai di kost nisa aku langsung menuju kamarnya. Kudapati pintu kamarnya tergembok. Akupun semakin panik, kurogoh kantong celanaku dan smartphoneku tak ada. Pikirankupun kacau balau, kuketok pintu tetangga kostnya dan tak ada yang membukakan. Sampai akhirnya aku menyamar menjadi petugas polisi yang sedang melakukan sweeping kos – kosan. Seorang tetangga kamarnya akhirnya membukakan.

‘‘Maaf mengganggu malam – malam, nisa kemana yah kok pintunya tergembok?’’. Tanyaku sambil melihat matanya tajam.

Akupun tidak konsentrasi karena teman kamar nisa ini hanya berbalut kain. Seorang laki – laki keluar dari kegelapan kamar tidak memakai baju dan hanya menggunakan celana boxer saja.

‘‘woi, kenapa mengganggu malam – malam?, kuhajar kau nanti kalau tidak sopan’’. Kata si laki – laki dengan wajah yang tegang.

Sebagai seorang  laki – laki tangguh akupun meminta maaf telah mengganggu pergaulan bebas mereka malam ini.

‘‘Mohon maaf kak sudah mengganggu, semoga cepat hamil yah pacarnya’’. Ujarku sambil berlari kencang menuju parkiran kost untuk mengambil motorku.

Laki – laki tersebut sempat mengejarku sampai di depan kost, mungkin karena ia malu hanya berpakaian minim.

Tak ada jawaban malam ini mengenai keadaan nisa. Aku akhirnya pulang dan beristirahat di kost.

--

Pagi menyapa, handphoneku masih saja melengket dengan cas nya. Semalam kucas lalu kutinggal tidur. Belum sempat mencuci muka kunyalakan handphoneku. Ehh sialan paket dataku ternyata sudah habis. Iseng – iseng mencari jaringan wifi, ada wifi yang namanya gratis. Langsung kuhubungkan dan ternyata menggunakan password. Nama wifinya berhasil mengecohku pagi ini.

Masih dalam perasaan cemas akan keadaan nisa, kupanjatkan doa untuknya pagi ini agar keadaannya tak memburuk. Iseng – iseng kutelpon nomor teman sekelasnya di kampus.

‘‘Halo, betul dengan temannya nisa?, aku rian pacarnya nisa’’. Kataku sembari membuka percakapan.

‘‘Halo, mohon maaf kak jaringannya jelek’’. Jawabnya dengan suara yang terbata – bata.

Telepon terputus dan usahaku tak berhasil.

Akhirnya akupun memberanikan diri menelpon nisa. Hape tersambung dan akhirnya ada suara yang keluar.

‘‘ Nomor yang anda tuju sedang sibuk coba sekali lagi’’. Kata seorang perempaun dengan sopannya.

Putus asa, yah aku putus asa. Jangan – jangan penyakit nisa sangat parah atau jangan – jangan nisa hamil karena perbuatanku selama ini.

--

Karena kesibukan menyelesaikan skripsi aku mulai melupakan nisa. Iya tertumpuk diantara pikiranku yang kian hari kian suntuk karena sibuk merangkai kata demi masa depan.

Karena wifi kampus yang lumayan cepat dan tentunya gratis aku mencoba untuk mengecek facebook nisa. Benar saja setelah kubuka berandanya aku mendapat clue kalau nisa dirawat di  salah satu rumah sakit yang berdekatan dengan kampusku.

Akupun langsung menuju rumah sakit tersebut. Laptop dan beberapa lembar revisi skripsi kutitip di teman.

Sesampai di meja resepsionis aku bertanya mengenai pasien bernama nisa. Sial, pasien yang bernama nisa ada 10 orang dengan gejala penyakit yang berbeda – beda. Dengan ilmu cocoklogi yang kupelajari akupun memberanikan diri menuju kamar perawatan 5 yang menurutku adalah kamar nisa. Kamar kelas tiga yang dihuni 6 pasien ini hanya dibatasi oleh tirai. Setiap tirai kusibak satu persatu. Percobaan pertama gagal sampai kelima dan keenam adalah yang terakhir. Rasa malu enggan mampir, beberapa pasang mata melihatku seperti mahluk aneh. Di tirai enam ini akhirnya kudapati pujaan hatiku. Wajahnya lesu, 2 botol infus berbagai warna tergantung. Seorang teman menjaganya sambil terus memegang tangannya.

Ingin menangis tapi aku takut dibilang cengeng.

‘‘kamu kenapa nis, aku panik loh’’. Ucapku sambil memegang tangannya.

Temannyapun menyingkir mungkin dia berpikir sedang ada adegan sinetron sehingga dia memilih pergi.

‘‘mohon maaf ri aku tak mengabarimu. Aku khawatir nanti konsentrasimu terpecah’’ kata nisa sambil memegang kedua tanganku.

‘‘nggak kok nis’’. Balasku dengan mata – mata yang mulai berkaca – kaca.

‘‘sebenarnya aku hamil kak, usia kandunganku sudah menginjak 2 bulan. Namun aku berusaha keras menggugurkannya dan berakibat seperti ini’’. Ucap nisa dengan terbata – terbata.

Mendengar itu hatiku hancur, perbuatanku selama ini telah merugikan orang yang aku sayangi.

Teman nisa yang menjaga tadi kuizinkan untuk pulang dan  bertukar jaga denganku.

Sepanjang malam aku menatap wajahnya, jemarinya tak kulepas sambil membacakannya ayat suci Al-Qur’an.

Aku menyesal dengan perbuatanku. Apa yang kudapat di bangku kuliah tak dapat kuamalkan dengan baik di kehidupan nyata. Ilmu agama tersebut hanya lewat begitu saja dari telinga kanan ke telinga kiri.

Seminggu di rumah sakit nisa akhirnya keluar dari dari rumah sakit. Tak seorangpun yang tahu kalau nisa sedang sakit. Semenjak kejadian itu pula aku memutuskan untuk berubah dari perbuatanku yang lama. Aku mulai menjalankan sholat 5 waktu tanpa bolong, ikut kajian agama di kampus dan di masjid dekat kosan dan menjadi guru mengaji untuk anak – anak pemulung yang rumahnya tak jauh dari kostku.

Hubunganku dengan nisa masih  berjalan seperti biasa, ia mendukung apa yang kubuat. Dalam waktu dekat setelah aku menyelesaikan kuliah; aku berencana untuk bertandang ke rumahnya untuk berkenalan dengan keluarganya sekaligus untuk meminangnya.



anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
387
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.