Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

noviepurwantiAvatar border
TS
noviepurwanti
Ibu Kost Gesrek
Cerita Koplak
Pinterest


Part 1



Hai, Gaes! Apa kabar semuah! Pasti, dong, tetep ngikutin fanspage Cangkem Emak. Fanspage punya Mak Ratih yang paling ketche metcheche seantero Planet Namec super keren abad ini.

Ehem!

Gaes, mulai saat ini aku bakal nyeritakke alias menceritakan kejadian yang membuat aku, Ratih Putri Buowo Suparto Jinjing menjadi seorang kaya raya di usia belia.

Nggak boleh protes! Wajahku emang boros, kek wanita umur 40 tahun. Percayalah, aslinya aku masih konyos-konyos plek ketiplek koyo gadis tujuh belas tahun.

Buat para fans Mak Ratih yang nggak percaya? Monggo distalker foto-foto di FB yey.

Awas jangan semaput.

Kecantikanku mengalahkan bidadari surga.

Jadi gini, Gaes.

Pada jama dahulu, saat itu aku baru saja lulus SMU. Keluarga di Sidoarjo kelelep utang rentenir sialan. Mereka terpaksa mengawinkan aku dengan tua bangka pemilik modal supaya rumah dan seisinya nggak dijabel,bahasa asemnya disita.

Selama setahun hidupku tersiksa, Gaes. Bagaimana mungkin perawan pingitan berusia 19 tahun madunya disruput habis sama kakek-kakek usia 70 tahun.

Jijik, Gaes.

Siang dan malam aku berdoa supaya nyawa suami tua bangka Mbah Teoteblung segera ditarik sama malaikat pencabut nyawa.

Pada tahun kedua pernikahan, doaku dikabulkan.

Mbah Teoteblung koid ditabrak sama truk tronton. Badannya ancur, Gaes. Lengket-lengket di ban truk. Kasihan bang Modin yang bertugas membersihkan jenazahnya. Dia sampai muntah cecek. Mungkin itu yang dinamakan azab, sepanjang hidupnya dia melakukan banyak dosa.

Anak-anaknya pada sibuk berebut warisan, aku nggak doyan, Gaes. Takut kalau meninggal ditabrak sama Babang Lee Min Ho.

Aku juga nggak mau tinggal bersama orang tua. Masih sakit hati dengan perbuatan mereka yang menjualku. Maka kuputuskan merantau ke Kota Gudeg demi menenangkan hati.

Kalau hati lagi gundah, aku makan gudeg sepuasnya. Hasilnya? Badanku membohay permanen, Gaes.

Tak disangka, di sana aku diguna-guna oleh dukun sableng yang doyan janda muda. Kebetulan aku kerja jadi penjaga toko baju yang berhadapan dengan tempat prakteknya.

Lha kok aku mau saja dinikahi sama Simbah Rogo Mbladus yang bergigi ompong. Awalnya aku menolak, Gaes. Tiba-tiba Simbah menyebul wajahku pakai napasnya yang astaga jaran! Baunya bikin epilepsi.

Busuk luar biasa.

Anehnya, setelah itu aku manut sama perkataan Simbah. Kami menikah disaksikan warga kampung dan jin peliharaannya. Menurut padanganku, Simbah jadi orang ngganteng, Gaes. Berperut kotak-kotak dan servisnya di atas ranjang ... loyo.

Hahaha! Apes, Gaes.

Ndilalah tiga bulan setelah menikah, Simbah Rogo Mbladus juga meregang nyawa. Konon ilmu santet yang dikirim ke keluarga orang sholih kembali lagi kepadanya. Balik menyerang Simbah sampai maut menjemput.

Saat itu aku sedih. Bukan karena ditinggal Simbah, tetapi karena dalam rahimku tertanam benihnya.

Aku hamil, Gaes. Hamil!

Terpaksa aku balik kampung. Orang tuaku menyambut kehadiranku dengan setengah gembira setengah malu. Bagaimanapun aku tetap anaknya. Iya, tho?

Akhirnya aku melahirkan bayi perempuan yang ganteng. Demi masa depannya, aku memutuskan untuk mencari kerja di rumah orang konglomelarat di Ibu Kota. Mereka membutuhkan seorang pembantu yang full 24 jam menemani bapaknya yang sakit stroke.

Oke lah, merawat duda stroke lebih baik daripada menganggur di rumah. Gajinya juga besar, lebih dari UMK saat itu.

Berangkatlah aku ke Jakarta. Plonga-plongo mendongakkan kepala ngelihat gedung pencakar langit yang tingginya ampun mbokdhe. Untung saja ada sopir keluarga yang khususon menjemputku di stasiun. Jadi nggak khawatir tersesat dalam rimba metropolitan.

Eaaak!

Tuan Mahendra Jaya Abadi seorang duda renta yang kegantengannya mewaris pada anak-anaknya. Lelaki berusia 65 tahun itu tergolek lemah di atas ranjang.

Lumpuh sebelah kiri, Gaes.

Sebenarnya ada dokter keluarga yang mengontrol perkembangannya. Dia menyarankan agar ada yang merawat Tuan Mahendra. Yah, di sinilah aku berada. Terjebak dalam pusaran setan Simbah-Simbah tua yang amping-amping pintu kematian.

Setelah kurawat selama lima tahun, nggak disangka Tuan Mahendra bisa sembuh, Gaes. Nggak total, sih. Bibirnya masih mencong trilili, tetapi sudah bisa bicara lancar. Dia juga sudah bisa berjalan sampai lima langkah tanpa bantuan. Sebuah perkembangan yang membuat gigi terlihat dari sangkarnya.

Lha kok Tuan Mahendra jatuh cinta tho kepadaku. Mungkin cinta datang karena setiap hari aku merawatnya. Melihat aurot kendurnya untuk membersihkan kotoran jibrat.

Dia memaksa anak-anaknya untuk menikahkan kami. Apa aku menolak? Yo enggak, Gaes, lha wong kayu jati ee. Kalau dia meninggal lak lumayan dapat cipratan warisan.

Hahaha!

Bener, Gaes. Umur 26 tahun aku menikah dengan Tuan Mahendra. Lha kok ora mati-mati, tho, Gaes.

Dia sepertinya bahagia hidup bersamaku. Aku juga lama-lama merasa senang hidup menjadi istrinya. Saat cinta sudah merenda, Tuan Mahendra berpulang pada usia 77 tahun. Selama 13 tahun aku hanya merawatnya. Menjadi istri rasa pembantu buatnya.

Tuan Mahendra mewariskan indekost 10 pintu plus pavilium dua lantai untuk bekalku menjanda.

"Ratih, aku nggak akan merestui kalau kamu menikah sepeninggalku." Tuan Mahendra sempat mengucapkan kata-kata itu.

Aku hanya tersenyum dan menjawab, "Tenang saja, aku hanya untukmu, Tuan."

Padahal dalam hati menjerit, nggak janji deeh! Aku masih wanita normal, Coy! Puluhan tahun nggak aliri oli itu sesuatuh ya!

Perlu diketahui, Gaes. Orang stroke nggak bisa ohek-ohek secara sempurna. Hikz. Hikz. Cuma ndudul-ndudul doangan.

Ehem, akhirnya aku menjadi ibu kost yang nggak perlu kerja banting tulang. Dalam sebulan, puluhan juta masuk ke dalam ATM. Cukup ngangkang-ngangkang kaki, duit datang sendiri.

Kostku memang khusus buat karyawati bergaji tinggi. Setiap kamarnya dilengkapi AC, televisi, springbed, LED TV dan kamar mandi kaca. Ada 10 kamar, lima di kanan, lima di kiri. Di tengah-tengah berdiri paviliun.

Mantap, bener.

Awalnya aku tinggal di paviliun, Gaes. Kesepian bener. Temanku cuma ponsel doangan. Memang selama ini statusku jadi istri Tuan Mahendra, tapi aku nggak pernah diizinkan bersosialisasi dengan kalangan high class teman-teman Tuan. Aku hanya boleh menemani Tuan di rumah. Titik.

Makanya aku kuper, Gaes. Kerjaanku cuma apdet status, ngurusin fanspage Cangkem Emak dan nonton drakor.

Bosen, Kan?

Nah, pada suatu malam yang sunyi, ada beberapa pria ganteng yang nyari kontrakan. Mereka suka sama paviliunku dan menawar dengan harga spektakuler.

Aku kasian lihat wajah ganteng, nggak tega menolak. Terpaksa aku serahkan paviliun untuk ditempati ketiga cowok kinclong itu.

Kebetulan ada satu kamar kost pas di pojok dekat pavilium yang kosong. Aku pindah ke sana. Di sebelahku karyawati cerewet bernama Ayu yang protes mulu mendekam. Di sebelah Ayu teman kerjanya yang bernama Noni (eleh padahal wajahnya nggak kek Noni, tapi menjurus ke nonong) bersemayam. Mereka janjian pindah ke indekost ini sebulan lalu. Tepat di depan kamarku, sumber gosip bertempat tinggal.

Mereka suka banget ngegosipin tetangga yang juga temen sekantor. Dasar perawan tua kanibal. Makan daging temennya sendiri.

Setiap malam ketika aku sedang nongkrong di teras pavilium, mereka berdua kasak-kusuk ngegosipin Esther. Dia ngekost tepat setelah aku menjanda tiga purnama.

Si cewek bule kere yang sukanya nunggak bayar kost dengan alasan,  "Oh My, duitku abis buat beli bra impor.".

Sering juga "Sorry, Beautiful Moms, seminggu lagi ya, Please. Duitku ludes abis buat koleksi sepatu kulit buaya."

Preet!

Heleh! Kudepak bokong tipisnya tau tasa dia. Sangking si Esther itu pemandangan paling indah di sini jadi dua kupertahankan. Lagian kalau bayar kost dia suka nyogok pakai martabak manis kesukaanku.

Balik lagi sama duo resek tukang gosip.

Suara mereka keras, Gaes. Nggak perlu susah-susah nguping udah kedengaran. Di depan kost pan aku kasi sofa bulet dan meja kayu mungil satu di depan setiap kamar. Fasilitas buat anak kost kalau mau nongkrong.

"Gue baru beli maskara waterproof merk terkenal. Ya kali kalo dipake nangis kejer nggak bakalan luntur." Ayu nyerocos menunjukkan benda kecil berwarna hitam.

"Nangis kejer napa? Diseruduk ma Esther? Hahaha! Eh, tau nggak, gue pernah liat maskara Esther ngegumpal dikit gitu di ujung bulu matanya." Noni nyaut.

"Moga-moga kelilipen maskara biar matanya merah."

"Wanjir, tega bener lo nyumpahin. Tau nggak, kata-kata jelek bakal balik ke diri lo sendiri. Inget waktu lo nyumpahin sepatu Esther nginjek tai, taunya sepatu lo yang ilang sebelah." Noni sok jadi bu Nyai.

"Helleh, itu cuma kebetulan. Yawdah gue sumpahin Esther makin cantik."

"E tapi lo gak bakal ketularan cantiknya Esther."

Ayu ngegeplak kepala Noni. Mereka jambak-jambakan mandja.

Tiba-tiba, pintu kamar Esther kebuka. Si Bule Kere melenggang pakai hot pants menuju ke arahku. Duo resek langsung mingkem.

"Ini, maskara asli dari New York buat Moms. Baru beli tadi sore. Pakai ya, kena air hujan juga nggak bakal luntur. Beda ma maskara made in negara berflower." Esther tersenyum sambil menyerahkan bungkusan.

"Aku nggak butuh maskara, bayar aja kamar kost yang udah jatuh tempo kemarin lusa."

Esther mendelik, Gaes. Duo resek ngikik nggak jelas.

Ngetik segini banyak ternyata capek, ya. Udah ah, sekian apdetan Cangkem Emak. Tetep stay tune, ya. Mak Ratih bakal datang lagi menghibur kamu-kamu semua.

Pai-pai. Muuah!

Bersambung
Diubah oleh noviepurwanti 19-05-2019 13:05
cococrashAvatar border
anasabilaAvatar border
piripiripuruAvatar border
piripiripuru dan 15 lainnya memberi reputasi
16
9.5K
97
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.