Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kelayan00Avatar border
TS
kelayan00
DI PENGAJIAN ADA KEDAMAIAN
sumber kaskus

Aji menutup buku tugasnya ketika kembali dilihatnya wajah Tini menyembul di balik pintu kamar yang terbuka sedikit.
 
“Masuklah.. “  katanya.
 
Wiwit masuk lalu duduk di bibir ranjang.
 
Aji segera membalikan badan, memandangi Wiwit, adiknya.
 
“Ada apa?” tanya Aji kemudian. Seperti biasa, bila ada masalah Wiwit selalu datang padanya.
 
Wiwit tidak langsung menjawab. Dia tatap kakaknya sejenak, lalu menunduk. Dia tatap lagi, lalu menunduk lagi. Dia tampak ragu-ragu untuk bercerita.
 
Aji menunggu.
 
“Dua hari yang lalu Andre mengajakku ke kantin. Andre mentraktirku.... “ Wiwit mulai cerita.
 
 “Aku pesan bakso, teh es manis, juga jus alpukat. Andre juga pesan bakso sama es jeruk.”
 
“Terus?”
 
“Aku makan habis satu mangkok. Mungkin lantaran enak, atau mungkin lantaran lapar. Sementara Andre cuman makan sedikit."
 
Aji memandangi wajah Adiknya, mencoba ingin tau apa yang sebenarnya ingin diceritakan. Soal makan  bakso? Apa anehnya? Pikir Aji.
 
“Andre memang sering mentraktirku, tapi waktu itu berbeda. Andre hanya mengajaku. Biasanya kami ke kantin rame-rame. Maya, lusi biasanya ikut. Andre biasanya juga sama temannya, Agus.”
 
“Terus..?" Aji jadi tak sabar.
 
“Setelah kantin agak sepi, Andre pun lalu bicara. Tampak serius. Dia katakan kalu dia suka aku. Dia ingin jadikan aku pacarnya.” Wiwit menunduk, menyembunyikan wajahnya yang berubah.
 
 Kembali Aji menatap Wiwit. Andre suka Wiwit, apa anehnya? Pikirnya lagi.
 
“Terus?”
 
“Setelah itu bel masuk berbunyi, dan kami kembali ke kelas masing-masing.”
 
Aji jadi kesal. Dia pikir ada masalah serius, tak taunya cuman cerita soal makan bakso sama tembakan Andre. Kan gampang, tinggal jawab, ya, atau tidak. Selesai. Meski kesal Aji tetap menunggu kelanjutan cerita Wiwid.
 
“Tadi sore ketika pulang sekolah, Misran nyamperin di parkiran.Dia mengembalikan buku. Dia katakan kalau di dalam buku itu ada amplop. Dia pesan agar membukanya setelah sampai di rumah. Dan benar, di dalam buku catatan yang dikembalikan itu ada amplop. Amplop itu berisi semacam surat, isinya lumayan panjang, hampir satu lembar. Intinya Misran suka aku. Misran juga ingin menjadikan aku pacarnya.”
 
Aji terbelalak. Ingin rasanya dia tertawa, tapi ditahannya. Ini baru menarik, pikirnya.
 
“Itulah, Kak, aku jadi bingung. Tidak  mungkin kan dua-duanya aku terima.”
 
“ya ... tidak mungkin. Kamu harus pilih salah satu. Pilih yang kamu lebih sukai.”
 
Dua-duanya memang Wiwit suka. Itulah yang membuatnya bimbang untuk menentukan pilihan.
 
Wiwit lalu menceritakan panjang lebar tentang mereka berdua. Wiwit bercerita sambil membayangkan wajah mereka. Sikap mereka. Semuanya.
 
Andre mempunyai wajah tampan. Anak pengusaha. Tidak pelit. Suka traktir teman-temannya. Juga dirinya. Banyak yang suka sama dia. Tapi dia tidak peduli. Dia lebih memilih dirinya.
 
Misran punya wajah biasa. Dari keluarga sederhana. Tapi dia cerdas. Selalu renking di kelas. Banyak juga yang mendekati dia. Mencoba mencuri perhatiannya. Tapi Misran hanya menganggap mereka teman. Tidak lebih. Beda dengan dirinya, dia sudah terang-terangan mengungkapkan perasaannya.
 
“Menurut aku sih, mending kamu pilih Misran.” Aji mencoba memberikan pilihan setelah Wiwit selesai menceritakan panjang lebar tentang Andre dan Misran.
 
“Punya pacar tampan, kaya, banyak resikonya. Jika sudah bosan, terus ada yang lebih baik, pasti kamu ditinggalin. Mending cari yang biasa, tampang biasa, dari kalangan biasa. Kamu tidak perlu khawatir kalau ada yang rebut, tidak perlu khawatir ditinggalin.”
 
Wiwit merenung sejenak.
 
“Tapi.... Andre pasti kecewa,” gumam nya lirih. Menunduk, menatap lantai kamar. Seketika terbayang wajah Andre, senyum Andre, tawa Andre. Dan itu membuatnya berat menolak cinta Andre. Menerimanya? Lantas bagaimana seandainya yang dikhawatirkan kakanya benar? Andre anak orang kaya, tampan, suatu saat, jika sudah bosan, ada yang lebih baik, lalu dia ditinggalkan. Lantas, bagaimana?
 
“Jika kamu bicara baik-baik, Andre pasti bisa menerimanya.?” Jawab Aji.
 
“Bener, Kak?” tanya Wiwit memastikan.
 
Aji mengangguk sambil tersenyum.
 
Wiwit lalu bangkit dari bibir ranjang. Dia melangkah ke luar kamar dengan perasaan lega.
 
Aji termangu. Dia jadi teringat dirinya. Dia baru ditolak Tia, cewek cantik di kampusnya. Sudah sebulan, tapi lukanya belum juga sembuh. Sakitiiit .... sekali. Dia bohong kalau Andre bisa menerimanya. Apapun alasannya, Andre pasti kecewa. Sama seperti dirinya.
 
Aji lalu tetawa. Mentertawakan Andre, sekaligus mentertawakan dirinya.
 
+++++

 
Besoknya, begitu Wiwit datang,  Aji langsung menarik lengannya, mengajaknya ke kamarnya. Dia jadi tak sabar ingin mendengar reaksi Andre setelah ditolak  Wiwit.
 
“Bagaimana reaksi Andre?” tanya Aji tak sabar.
 
 Wiwit tak langsung menjawab.
 
“Apakah dia marah?”
 
“Apakah dia menangis?”
 
“Apakah dia .. “
 
“Tidak, Kak, Andre tersenyum gembira. Dia sangat bahagia.”
 
“Hah... “ Aji melongo. Heran. Sebegitu besarkah jiwa Andre sehinga bisa menerima penolakan cintanya dengan gembira.
 
“Aku... aku tidak menolak Andre, Kak. Aku menerimanya,”
 
“Hah.... “ kembali Aji melongo.
 
Mendadak dia jadi kesal. Adiknya tidak menuruti pendapatnya. Adiknya telah mengabaikan masukannya.
 
“Heh, anak bau kencur. Denger ya. Andre itu anak orang kaya. Tampan. Banyak yang suka. Suatu saat kamu pasti ditinggalin... “
 
“Tidak, Kak. Dia sudah berjanji untuk setia”
 
“Orang yang mudah berjanji, pasti mudah pula mengkhianati... !”
 
“Tidak, Kak. Aku percaya Andre.”
 
“Janjinya palingan berumur satu bulan. Setelah itu.... kamu bakalan ditinggalin... !”
 
“Tidak, Kak. Andre tidak begitu”
 
“Kamu akan kecewa.. !“
 
“Tidak, Kak!”
 
“Kamu akan patah hati.... !“
 
“Tidak... !
 
“Kamu akan.... “
 
Buru-buru Wiwit pergi meninggalkan kamar Aji.
 
Sebenarnya siapun pilihan Wiwit bukanlah urusan Aji. Dia merasa dongkol karena kemaren Wiwit minta pendapatnya. Setelah diberi pendapat, pendapatnya tersebut malah diabaikan. Percuma kemaren bicara, minta saran , toh ujung-ujungnya dia pilih sendiri.
 
++++++

 
Sebulan kemudian, Wiwit kembali kekamar Aji. Seragam putih abu-abu masih membalut tubunya. Mukanya terlihat suram. Terlihat sedih.
 
“Ada apa?” tanya Aji.
 
“Kakak benar,” sahut Wiwit.
 
“Semalam Maya melihat Andre berjalan ke Mall bersama Nita. Kupikir hanya gosip.”
 
Mata Wiwit mulai berkaca-kaca.
 
“Tapi... siang tadi, aku melihat Andre dan Nita di kantin satu meja. Berduaan. Pas aku masuk bersama Maya dan Lusi, dia tidak pedulikan aku.... “ 
 
“Kamu sih tidak mau dengerin aku,”
 
“Iya, Kak, aku salah.. “ Tangis Wiwit pun pecah.
 
“Orang kaya ternyata .... jahat... “ lanjutnya disela-sela isak tangisnya
 
“Sudahlah. Tidak usah lagi pikirkan Andre. Tidak usah lagi pikirkan cinta. Masih terlalu dini memikirkan itu “
 
Wiwit menunduk. Mencoba menenangkan gelora di jiwanya.
 
“Nanti malam ikut aku, ya, ke pengajian Guru Zuhdi. Malam ini yang terakhir. Bulan Ramadhan pengajian diistirahatkan.”
 
Wiwit mengangguk, lalu melangkah meninggalkan kamar.
 
Aji jadi iba melihat adiknya. Bagaimanapun Wiwit adalah adiknya. Adik satu-satunya. Adik kesayangannya. Saat ini adiknya sedang kecewa. Hatinya lagi terluka. Dia tidak ingin adiknya larut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Itu sebabnya dia mengajak Wiwit pergi ke pengajian. Sebab di pengajian ada ketenangan. Di pengajian ada kedamaian. Setidaknya itu yang dia rasakan selama ini.
Diubah oleh kelayan00 30-10-2021 01:59
delia.adelAvatar border
anasabilaAvatar border
embunsuciAvatar border
embunsuci dan 7 lainnya memberi reputasi
8
3.6K
170
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.