Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • Bisnis
  • Saatnya Indonesia Perbesar Ekspansi Sawit ke Pasar Besar Pakistan dan Bangladesh

padanglurus1Avatar border
TS
padanglurus1
Saatnya Indonesia Perbesar Ekspansi Sawit ke Pasar Besar Pakistan dan Bangladesh
 Saatnya Indonesia Perbesar Ekspansi Sawit ke Pasar Besar Pakistan dan BangladeshPemerintah bersama pelaku usaha Industri kelapa sawit dalam negeri harus mulai memperluas pasar industry ini ke sejumlah negara non  tradisiional seperti India dan China.
Apalagi setelah rencana Eropa dalam melarang beredarnya biodiesel berbahan sawit di kawasan tersebut mulai menemukan bentuk dalam rancangan  yang disebut RED II (Renewable Energy Directive).
Beberapa negara tersebut secara geografis juga tidak jauh dari Indonesia, yakni Pakistan dan Bangladesh dan sama-sama berada di wilayah Asia Selatan. Selain itu, secara jumlah penduduk, keduanya adalah negara dengan penduduk relative besar. Pakistan saat ini memiliki total penduduk tidak kurang dari  197 juta jiwa. Sedangkan Bangladesh sebesar 164 juta jiwa.
Hingga tahun terakhir, dua negara tersebut sejatinya sudah terlihat sebagai pasar potensial sawit Indonesia. Itu tak lain karena total ekspor sawit dan produk olahan minyak nabati ini ke kedua negara tersebut relative stabil. Pakistan dan Bangladesh  menempati posisi 5 dan 7 negara tujuan ekpor terbesar minyak nabati Indonesia ini.
Catatan Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit, volume ekspor sawit Indonesia ke dua negara tersebut terus mengalami peningkatan yang signifikan.  Pada tahun 2017, ekspor sawit Indonesia dan turunannya ke Bangladesh mencapai  1. 255.000  juta ton. Sedangkan untuk  tujuan Pakistan, total  ekspor pada periode yang sama berjumlah lebih besar yakni  2.213.000 juta ton.
Adapun negara dengan tujuan ekpor terbesar sawit adalah, tetangga dan satu rumpun kedua bangsa ini yakni India, dengan total ekspor tidak kurang dari  7.626 juta ton. Diikuti kemudian oleh Uni Eropa (5.026.000) China, (3,731.000) Afrika (2.287.000) lalu Pakistan sendiri  (2.213.000) Timur tengah (2,123.000) Bangladesh (1.255.000) dan terakhir Amerika Serikat (1.182.000)
Maka, dengan total penduduk 361 juta jiwa (gabungan kedua negara), maka semua pasti sepakat bahwa kedua negara adalah pasar yang masih bisa digarap secara lebih agresif.
Ini paling tidak sebagai solusi jika memang pada akhirnya Eropa resmi melarang biodiesel dari sawit masuk ke kawasan tersebut.
Hanya saja, tentu banyak PR yang harus diberesken lebih dahulu. Mulai dari konsisitensi penerapan label ISPO, atau kesiapan negosiasi panjang dan melelahkan, karena  bisa dipastikan, ada hal-hal yang menimbulkan gesekan  atau konflik, karena secara budaya juga politik, kedua kawasan ini punya karakter khas, layaknya negeri tanah Hindustani tersebut.
Namun dengan potensi besar yang dimiliki Indonesia dan pengusaha sawit dalam negeri tentu tak mau melepaskan peluang yang masih terbuka ini.
Sekedar Informasi, negara tetangga Malaysia menguasai tidak kurang dari  80 persen pasar sawit Pakistan. Namun itu kini sudah berada di tangan  Indonesia
Keberhasilan tersebut bisa diperoleh Indonesia dan Pakiskan menyelesaikan Preferential Trade Agreement atau PTA sejak 2013.


Diubah oleh padanglurus1 14-05-2019 17:10
0
213
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Bisnis
BisnisKASKUS Official
70KThread11.6KAnggota
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.