janeeta97Avatar border
TS
janeeta97
Korban Kekejaman Mengantarkan Sebuah Hijrah



Sumber gambar: pixabay.com


Tak Peduli siapa dia? Pardi telah menelan banyak korban.

Menyembunyikan pekerjaan dari keluarga menjadi jurus jitunya. Hanya istri yang mengetahui, ia tak melarang karena lilitan hutang yang begitu melambung tinggi.

Mulai beraksi tiap malam menjadi andalan. Meski utang telah terlunasi, pekerjaan ini tak akan ditinggalkan. Terlanjur ketagihan dengan rasa nikmat yang tiada tara.

Begitulah Pardi menyembunyikan pekerjaan sampingannya. Ia memiliki keseharian buruh serabutan yang tak menentu. Pertanyaan-pertanyaan sering mencuat dari bibir para tetangga. Rumah mewah ia miliki dan serba kecukupan. Dapat duit darimana? Itulah yang menjadi tanda tanya besar.

***

Gerimis malam tak membuat Pardi patah semangat untuk melakukan aksi terlarang itu. Lilitan sarung membuat matanya saja yang terbuka bak ninja.

Bertengger di atas ranting pohon trembesi bersama senjata tajam menunggu mangsa.

Matanya mulai melotot saat melihat mobil yang melaju dengan kecepatan sedang dari arah utara. Pardi bergegas turun dan menghadang di tengah-tengah jalan. Berhentilah mobil dengan pegemudi seorang wanita separuh baya.

Di dekatinya mobil oleh Pardi dengan wajah seramnya. Membuka kaca cendela mobil dilakukan wanita itu. Pardi mengarahkan celurit ke wanita berkacamata itu.

"Mau apa ya?" kata wanita itu dengan tenang.

"Pilih hidup atau mati?" Ancam Pardi.

"Emang hidup atau mati ada ditanganmu."

Pardi mulai mengangkat celurit yang akan disasarkan kepada satu wanita pengemudi mobil itu.

"Oke. Jangan lakukan itu!" Kata wanita itu sambil menyetop perbuatan yang akan dilakukan pria itu. Diambilnya gelang yang menghiasi tangannya.

"Ambil saja! Semua ini untukmu." Kata wanita itu sambil memberikan gelang miliknya dan buah yang masih dalam parcel.

"Tapi ingat! Jangan ada korban lagi setelah aku! Semoga Allah membukakan pintu hidayah untukmu!" Imbuhnya sambil memacu kembali mobil berwarna hitam.

Aku tak peduli omonganmu emak-emak. Yang penting gue happy.

***

Hari-hari tetap dijalani oleh Pardi sebagai seorang begal yang tak tahu peri kemanusiaan. Otaknya tercuci dengan pikiran uang, uang, dan uang. Pardi masih menelan korban dengan tempat mangkal yang sama.

Pada hari itu Pardi menghadang segerombolan pemuda yang mengendarai sepeda motor. Para pemuda itu tidak mau menyerah begitu saja. Melawan adalah usaha mereka. Perlawanan sengit terjadi di antara mereka. Akhirnya Pardi kalah dari segerombolan tadi. Pardi tak berdaya lagi, badannya lemas, memar dan bercak darah timbul di sekujur badannya.

Ia mencoba melangkahkan kakinya. Dengan terseser-seser berusaha untuk menahan rasa sakitnya.

Braakk...

Pardi pingsan di tengah jalan.

***

"Dimana aku?"

"Bapak berada di rumah sakit. Tadi kamu ditemukan Pak Hasan tergeletak di tengah jalan." Kata seorang perawat.

"Saya Pak yang membawa sampeyan ke rumah sakit." Pak Hasan muncul dari pintu kamar pasien.

Pardi melelehkan air matanya dan mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang telah menolongnya.

***

Hari kedua Pak Hasan bersama sang istri menjenguk Pardi.

"Gimana Pak keadaannya? Saya kesini sama istri."

Praanggg......

Pardi langsung kaget ketika melihat wanita itu. Yah, wanita yang pernah ia begal dan mengatakan semoga Allah membukakan pintu hidayah untukmu.

Dengan tangis yang mengaung Pardi mengenalkan siapa dia sesungguhnya. Kekejaman itu ia ceritakan kepada mereka berdua. Dari peristiwa membegal istri Pak Hasan sampai segerombolan pemuda yang membuat dirinya ke rumah sakit.

"Jadi Bapak yang begal saya kala itu?" Kata Bu Hasan.

"Daripada begal jadi pekerjaan, Bapak bisa bekerja di rumah saya. Walaupun cuma tukang kebun, Tapi kan Pak Pardi bisa menafkahi anak istri dengan rezeki yang halal. Justru lebih berkah." Timpal Pak Hasan.

***

Akhirnya pernawaran Pak Hasan disetujui Pardi. Ia mulai bekerja di tempat orang yang telah menolongnya. Pardi mulai mengetahui dan menyesal telah membegal istri Pak Hasan yang notabene sebagai seorang hafidzah. Rumah Pak Hasan tak pernah sepi dengan orang. Selalu ramai dengan para murid yang mengaji di mushola miliknya.

Pardi mulai tergugah untuk mempelajari ilmu agama lebih dalam dan mengajak anak istrinya. Mereka belajar bersama Pak Hasan dan Bu Hasan.


Cerita ini hanya fiktif belaka


Quote:
Diubah oleh janeeta97 30-06-2019 13:45
Mahbubah127Avatar border
anasabilaAvatar border
swiitdebbyAvatar border
swiitdebby dan 14 lainnya memberi reputasi
15
2.7K
81
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.