rykenpbAvatar border
TS
rykenpb
Kumpulan Cerpen "Dendam Berdarah"


   
      GIF



        
By. Ryken PB

"Oke, yup! Saya jamin Anda akan sangat puas!"

"Terima kasih atas kepercayaan dan kerja samanya, selamat siang." Ucapan terakhir mengakhiri perbincangan dari seberang.

Setelahnya, Mr. Toni menuliskan sesuatu pada selembar kertas sambil mengisap sesekali sebatang rokok yang bertengger di dua jarinya. Lalu, memanggil salah seorang jongos yang merupakan tangan kanannya.

"REX, kemari!"

Seorang lelaki berkulit agak kecoklatan, rambut cepak dengan telinga kanan yang bertindik, tubuhnya kekar, bergegas masuk ke sebuah ruangan tak terlalu luas dengan pencahayaan sedikit remang.

"Periksa gudang 'basement', lakukan seperti biasa," perintah Mr. Toni sambil menyodorkan selembar kertas tadi.

"Siap, Bos!" ucap jongosnya tegas dengan rahang sedikit mengeras. Lalu, berbalik.

Di luar ruangan seorang lelaki yang tak berbeda jauh perawakannya dengan Rex, berdiri tegap, kedua tangan bersilang di belakang punggung bawahnya.

Kode mata dari Rex, yang sama-sama mereka telah pahami maksudnya membuat lelaki itu bergegas mengikuti Rex.

Sesampainya mereka di sebuah ruangan dengan beberapa perabot rumah, tepatnya di sisi tengah ruangan. Sebuah kursi sofa digeser lalu menyingkap sebuah karpet berwarna coklat motif bulatan. Enam buah ubin putih dipindahkan perlahan. Tampaklah lapisan atas pintu kayu sewarna karpet tadi. Salah seorang dari mereka membuka kunci pintu. Lalu, keduanya menuruni tangga dengan langkah kaki yang agak disenyapkan.

Rex kemudian menyentuh sebuah panel lampu. Seketika ruangan terang benderang dengan kapasitas pencahayaan sesuai kondisi ruangan.

Terdapat beberapa kotak kayu berbagai ukuran dengan tingkatan berbeda. Rex dan satu teman yang dikenal Rex dengan panggilan King, memeriksa satu persatu isi kotak menyesuaikan dengan daftar yang dipegang Rex. Sementara King mengambil barang yang satu persatu disebutkan Rex dan memasukkan pada sebuah peti kayu kosong. Lalu, menutup kembali peti-peti tersebut dengan terpal seperti sebelumnya.

Keduanya lalu keluar dari ruangan, di mana sebelumnya Rex telah mematikan penerangan. Pintu digembok lagi, ubin, karpet serta sofa dikembalikan pada posisi semula.

Lalu, Rex menemui Mr. Toni yang sudah berada di teras belakang rumah sambil menatap kebun bunga.

"Bos, semua barang lengkap. Apakah dimasukkan ke mobil box sekarang juga?" Rex bertanya hati-hati.

Mr. Toni tanpa menoleh dan tetap setia dengan rokok yang terselip di bibirnya berkata, "Masukkan ke mobil barang-barangnya sebelum pukul 11.00 malam. Ingat selalu berhati-hati." Tetap dengan suara yang berwibawa meski memiliki tampang mafia.

Mr. Toni adalah dulunya seorang bandar narkoba, berewokan dengan wajah terlihat garang, terdapat codet bekas sabetan pedang semasa perburuannya dulu. Beristri seorang wanita dari keturunan kelas menengah dan memiliki anak lelaki yang sekarang kuliah di luar negeri. Saat ini berprofesi sampingan sebagai penyelundup senjata selain sebagai rentenir serta memiliki beberapa anak buah.

Rex adalah seorang anak asuhannya yang dididik sejak berumur 14 tahun dan diambil dari sebuah desa terpencil. Setahun sebelumnya adalah masa-masa pembangkangan Rex.

***

Terlihat kerlip pada ponsel Rex. Sebuah pesan masuk dari kakak perempuannya, Agita.

[Pulanglah Dek sebentar, Ibu sedang sakit dan sangat merindukanmu]

Ia hanya menghela napas. Tiba-tiba kepingan diafragma semasa kecilnya bermain di benaknya.

Saat itu ia masih berusia sepuluh tahun.

Rex kecil baru saja pulang dari mencari kayu bakar ketika sesampainya ia di jalan setapak  menuju rumahnya. Tak jauh dari tempat ia berdiri terdengar suara jerit tangis minta tolong dari arah rumah bambu miliknya. Sekejap ia melemparkan kayu-kayu hasil pencariannya ke sembarang tempat. Lalu, ia berlari sekuat tenaga dengan bertelanjang kaki ke arah rumahnya.

Betapa terkejutnya atas apa yang dilihatnya. Seorang lelaki sedang menindih tubuh kakaknya yang kala itu berumur 18 tahun. Ia hanya terdiam dengan mata penuh amarah benci.

Panggilan kakaknya menyadarkannya. Lalu, ia mengambil sebuah balok kayu dan memukul punggung lelaki tersebut. Namun, pukulan tersebut tak membuat pemerkosa itu terluka parah. Sebaliknya balok tersebut berbalik ke arahnya setelah direbut lelaki itu. Pukulan kedua Rex yang berusaha mengenai tubuhnya meleset dan satu pukulan balik telak mengenai kepala Rex kecil. Dulunya bernama Riu.

Darah segar mengucur dari pelipis Rex kecil yang tak sadarkan diri.

Agita hanya menangis pilu atas apa yang terjadi pada Riu juga padanya. Ia hanya mampu berontak histeris setelah lelaki tersebut dengan beringas melanjutkan kebinalannya yang tertunda tadi. Setelah itu, ia dengan senyum meninggalkan mereka dengan tawa puasnya yang terdengar memuakkan.

Agita menyelimuti tubuh telanjangnya dengan pakaian yang berserak di lantai tanah dan ranjang besi kemudian menolong Riu. Saat itu ibunya tak berada di rumah.

***

Tiga tahun kemudian, lelaki pemerkosa itu yang tak lain merupakan lelaki, yang menjadi bosnya saat ini yaitu Mr. Toni, datang ke rumah dan mengajak Rex kecil, ikut bersamanya dengan niat tersembunyi akan dijadikan sebagai penyalur obat-obat terlarang, tetapi tak diijinkan oleh Ibunya dan Agita yang penuh tatapan benci.

Berbagai cara dilakukan Mr. Toni demi niat busuknya. Termasuk mengancam akan membunuh mereka, jika Rex kecil tak disetujui ikut bersamanya. Terpaksa mereka menyetujui dengan berat hati, setelah Mr. Toni menjanjikan segepok uang untuk mereka, terlebih mereka tak punya nyali untuk melawan bandar narkoba yang terkenal kejam itu.

Demi mengingat kejadian itu wajah Rex memerah, mata penuh kebencian, rahang menegang. 'Kini saatnya' ucapnya tegas dalam hatinya.

Berbekal dendamnya ia mengambil keputusan akan melakukan sesuatu. 'Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui'. Lalu ....

***

"Maaf, Bos, apa boleh saya pulang sebentar? Ibu saya sedang sakit," tanya Rex hati-hati sebab Mr. Toni sangat sensitif dengan izin untuk pulang.

Kening Mr.Toni sedikit mengerut dengan tatapan menyelidik. Beberapa saat ia terdiam hanya sibuk menyeruput kopi serta mengisap dalam-dalam cerutunya. Lalu, ....

"Jangan lama, sebelum senja kamu segera balik," ucapnya tegas bernada perintah.

"Siap, Bos!" tegas Rex sambil berlalu pamit.

***

Di perjalanan menuju hunian Ibunya, Rex singgah mengaso di sebuah warung kecil, memesan sepiring nasi uduk, segelas kopi. Sambil menunggu pesanan tiba ia mengeluarkan sebuah 'ballpoint' dan secarik kertas dan menuliskan sesuatu.

Kita butuh makan, ayo kita nyalakan api untuk bakar jagung kawan.1)

(Batang bersuara mematikan--Utara sunyi).2)

(Putih berambut wangi--sedikit desahan--Barat lembah ombak beriak).3)

Ia tersenyum penuh harap untuk pesan ini. Lalu, secepatnya melipat secarik kertas tersebut dan memasukkan di saku jaket hitam yang dikenakan. Menyelipkan 'ballpoint, memperbaiki topi kupluk yang menutupi kepala serta menyantap secepatnya makanan yang telah tersaji beberapa menit lalu. Setelah itu, ia bergegas melanjutkan tujuannya.

***

Ia menatap sebuah rumah di hadapannya penuh senyum sekaligus pilu dengan asa tinggi berkecamuk di rongga dada. 'Sebentar lagi Ibu, Kakak. Rex akan memenuhi janji hati di saat naas itu' ucapnya mantap dalam hati. Lalu, melangkah menuju hunian kecilnya yang tak jauh berbeda semenjak ia tinggalkan dulu.

"Assaalamu 'alaikum, Riu pulang Ibu, Kakak," serunya lembut yang disambut salam dari dalam.

"Gimana keadaan Ibu, Kak?" tanyanya lanjut.

"Ibu masih lemah, Riu," balas Agita sambil memeluk adiknya itu.

Rex mencium punggung jemari Ibunya. Lalu, memeluk erat wanita tercintanya itu.

Setelah berbincang-bincang dan menyerahkan sebuah amplop tebal berisi uang serta dua buah bungkus makanan yang dibelinya tadi siang di sebuah warung makan.

"Oh ya, Kak. Tolong serahkan ini ke Randi, ingat ya, Kak. Hati-hati dan pesan ini harus secepatnya Kakak sampaikan sebelum besok pagi. Kakak jangan buka," bisik Rex hati-hati agar tak terdengar siapapun termasuk Ibunya.

"Bu, Kak. Rex gak bisa lama-lama di sini," ucapnya lembut yang dibalas anggukan pengertian dari kedua orang yang sangat disayanginya.

"Bu, Riu pamit. Assaalamu 'alaikum." Rex berpamitan dan memeluk erat ibunya sekali lagi dan melangkah keluar kamar.

"Ingat, Kak, pesanku tadi dan jangan lupa Kakak harus berhati-hati." Ucapan Rex tegas mengulang ucapan sebelumnya membuat Kakaknya mengangguk mantap.

Agita tahu apa yang dimaksud adiknya, sebab pernah suatu ketika sewaktu kecil, Riu pernah mengucap sebuah janji. Dalam hati ia berdoa untuk keberhasilan niat adiknya.

***

"Ran, ada pesan dari Riu," bisik Agita sambil menyerahkan secarik kertas dari Riu.

Randi membuka lipatan kertas itu dan membaca isinya. Ia hanya terdiam dan menghela napas sesaat setelahnya. Ia sangat paham arti sandi yang ditulis Riu. Ini serius dan darurat. Misi yang sangat berbahaya baginya juga bagi Riu. Randi adalah sahabat kecil Riu yang merupakan seorang anggota tentara berpangkat Letnan 1.

***

Temaram telah menampakkan kaki-kakinya di ufuk cakrawala seolah menyapa senja untuk berganti tugas, saat Rex tiba di rumah megah Mr. Toni.

Mr. Toni yang selintas melihat kepulangan Rex, memanggilnya.

"Rex, masukkan barang ke mobil!!" perintahnya.

"Siap, Bos!" tegas Rex seraya bergegas menuju gudang 'basement' dengan empat orang teman.

Beberapa lelaki anak buah Mr. Toni menuju garasi untuk mempersiapkan segala sesuatu.

Mereka bergegas sigap memindahkan peti kotak kayu ke mobil box dengan hati-hati.

***

Di sebuah markas TNI dan kepolisian yang bergabung dalam misi penting tersebut sedang sibuk membahas berbagai strategi penyergapan penyelundupan senjata api berdasarkan laporan Randi dan pesan sandi dari Rex.

***

Pada dua tempat yang telah disepakati sedang berlangsung transaksi.

Satu di wilayah Utara daerah terpencil, satunya bagian Barat daratan terendah dekat Laut.

***

Wilayah bagian Barat telah terkepung oleh beberapa Satgas dari pihak kepolisian dan TNI. Dalam penyergapan tersebut berhasil dicegah penyelundupan penjualan perempuan keluar negeri.

***

Di bagian wilayah Utara Mr. Toni dan Mr. Blen sedang melakukan kesepakatan dan mulai melakukan pembayaran setelah melihat isi peti kayu berdasar pesanan: SS1, Steyr AUG, AK-47, M1 Garand serta beberapa box kecil peluru berkaliber 5,56 x 45 mm.

Tiba-tiba ....

Dor! Dor!

Letusan senapan dari berbagai arah tersembunyi berhasil membubarkan kesepakatan kedua kubu tersebut.

Dor! Dor!

Rex yang berpura-pura menembak berusaha mencari posisi teraman.

Beberapa anak buah dari kedua kubu tertembak. Mereka saling serang dengan pihak lawan.

Randi berhasil menembuskan peluru ke dada kiri Mr. Blen sedangkan Riu berusaha mencari titik jitu untuk membunuh Mr. Toni demi untuk menyelesaikan dendamnya.

Mr. Toni yang tak tahu menahu tentang dendam Rex, mengikuti Rex yang berpura-pura melindunginya. Hingga akhirnya pada satu kesempatan di tempat sunyi dan hanya ada mereka berdua, Rex menembak dada Mr. Toni tepat di jantung.

Mr. Toni jatuh tersungkur dan dengan tangan menunjuk Rex sambil menahan rasa sakit di dada berseru, "Dasar pengkhianat kamu Rex."

Rex hanya tertawa bahak, mata menyalak penuh amarah kebencian berseru lantang, "Dasar Bandot Tua. Apa kamu lupa siapa saya, haaah!!"

"Kamu masih ingat peristiwa 15 tahun yang lalu!?"

"Masih ingat dengan gadis yang kamu rudapaksa dengan napsu iblismu dan seorang bocah kecil yang lemah dengan kepala berdarah, haaah!!" bentak Rex penuh angkara sambil menembaki kaki Mr. Toni yang berteriak, "jangan Rex." Lalu ..., "Aaaagh!!"

Sebuah peluru tembus di betis Mr. Toni.

"Kini, saya akan membalaskan dendam dan rasa sakit Kakakku."

"MATILAH KAU  DASAR BANDOT TUA!!!" teriak Rex kencang sambil menembaki kepala Mr. Toni dengan melesatkan dua peluru yang berhasil membuat dua buah lubang berdarah di dahi dan akhirnya ....

Bruk!!

Tubuh tak berdaya lemah kehilangan darah banyak akhirnya ambruk.

Rex atau Riu melemparkan senjata AK-47 dari tangannya dan terduduk lemas dengan mata yang berair bahagia penuh kepuasan berucap lirih, 'Kakak dendam kita sudah terbalas, saatnya Kakak bahagia tersenyum lagi seperti dulu, Riu berhasil membunuhnya, Kakak'.

Di bawah sebatang pohon Jati berdiri Randi dengan tatapan sedih menatap pada Rex, sahabatnya yang ke depannya akan ia jerujikan juga, tentunya dengan hukuman yang diringankan.


Quote:



Quote:


GIF

:terimakasih:terimakasih:terimakasih


emoticon-I Love Kaskusemoticon-I Love Kaskusemoticon-I Love Kaskus
Diubah oleh rykenpb 05-07-2019 14:06
armand112Avatar border
indrag057Avatar border
dieq41Avatar border
dieq41 dan 32 lainnya memberi reputasi
33
7.7K
132
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.