Sebuah negara dapat dikatakan kuat, apabila warganya ikut andil menjaga dan melindungi pertahanan nasional. Sama halnya dengan Indonesia.

Sebagai negara besar keempat di dunia, membangun konsep pertahanan nasional yang strategis juga menjadi keseriusan pemerintah. Caranya adalah strategi Smart Power.

Menteri Pertahanan Republik Indonesia Ryamizard Ryacudu pernah menjelaskan tentang Smart Power. Menurutnya, desain strategi pertahanan Negara melalui Smart Power adalah berbasis Perang Semesta atau Total Warfare.

Eitss jangan salah menilai dulu dengan kata ‘Perang Semesta’. Karena Menteri Ryamizard punya penjelasannya.

Perang Semesta atau Total Warfare adalah kombinasi yang sinergis antara pembangunan kekuatan Hard Power (Kekuatan rakyat plus Kesiapan Ops TNI/alutsista), dan kekuatan soft power (Mindset dan Diplomasi pertahanan kawasan).

Sebagaimana yamg acapkali disampaikan Menteri Ryamizard, sinergitas dari Perang Semesta merupakan upaya untuk mengantisipasi tiga dimensi Ancaman bagi Indonesia.

Tiga Dimensi Ancaman itu adalah ancaman Fisik yang Nyata dan Belum Nyata, serta Ancaman Non Fisik yang dapat Mengancam Idelogy Negara dan Merusak “Mindset” Bangsa.

Perlu kita sadari bahwa, negara di seluruh dunia pasti memiliki ancaman tersendiri, termasuk negara super power seperti Amerika dan Jepang, misalnya. Tentu saja untuk mengantisipasi ancaman memerlukan strategi khusus.

Dalam hal ini, Menteri Ryamizard menegaskan bahwa, dalam rangka mempertahankan kedaulatan negara, diperlukan kepentingan strategis pembangunan konsep pertahanan Negara.

Sebab, untuk mengamankan kepentingan nasional, menjaga keselamatan bangsa, menjaga kedaulatan negara, serta menjaga integritas territorial NKRI adalah keharusanan pemerintah yang dibantu oleh masyarakat, TNI dan Polri.

Olehnya itu, dalam merumuskan strategi pertahanan Negwara, Kemhan selalu mengacu pada perkembangan kondisi aktual, seperti potensi ancaman negara masa kini dan masa yang akan datang.