Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

babygani86Avatar border
TS
babygani86
Penemuan Lebah raksasa Wallace, Seekornya 127 Juta
Bolt pertama kali tahu tentang lebah raksasa Wallace 20 tahun silam, setelah membaca kisah ekspedisi Wallace di Maluku. Kemudian setelah berminggu-minggu menjelajahi hutan Maluku Utara, akhirnya Clay Bolt, entomolog dari University of Georgia menemukan apa yang ia cari, yaitu lebah raksasa Wallace yang diduga telah punah.

Satwa itu dinamai lebah raksasa Wallace (Wallace giant bee) karena yang pertama kali menemukannya di alam adalah penjelajah dan naturalis Inggris, Alfred Russel Wallace, pada 1859. Wallace menemukan seekor lebah betina dengan panjang sekitar 4 sentimeter di Pulau Bacan. Ia mendeskripsikannya sebagai serangga mirip tawon, berwarna hitam, dan berukuran besar dengan rahang yang sangat besar seperti milik kumbang rusa jantan.



Koleksi spesimen lebah eksentrik Wallace itu menarik perhatian Frederick Smith, entomolog di British Museum spesialis serangga ordo Hymenoptem. Pada 1861, Smith pun melakukan identifikasi dan mengumumkan bahwa lebah raksasa Wallace itu adalah spesies baru dengan nama Megachile pluto. Sejak itu, keberadaan lebah ini di luar radar kajian para peneliti serangga dunia sampai tim Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) memasukkannya ke “daftar merah” dengan status rentan.

Adam Messer termasuk peneliti yang tak sependapat dengan penetapan IUCN itu. Ia pun berhasil menemukan kembali lebah raksasa Wallace saat melakukan penelitian di Halmahera, Tidore, dan Bacan pada Februari 1981. Dalam makalahnya yang terbit dalam journal of Kansas Entomological Society edisi 1984, Messer menyebutkan lokasi penemuannya yang pertama di Halmahera lengkap dengan titik koordinat lintang dan bujur. Namun, saat Clay Bolt datang, lokasi tersebut ternyata telah berubah menjadi perkebunan.

Bolt mengungkapkan, pencarian itu tergolong tak mudah. Ia bersama rekannya dari American Museum of Natural History, New York, Eli Wyman, dan pemandu lokal, Iswan Maujud, menjelajahi hutan demi hutan selama berminggu-minggu. Mereka mengamati setiap pohon yang mungkin memiliki sarang rayap jenis Microcerotermes amboinensis karena lebah tersebut berbagi sarang dengan rayap itu demi perlindungan. Satu sarang diamati dengan teliti selama 20-30 menit.

Menurut Bolt, mereka memeriksa sekitar 30 sarang rayap sebelum akhirnya menemukan sebuah sarang yang berada di pohon yang tingginya sekitar 2,4 meter dari tanah. Di dalam sarang rayap itulah Bolt menyaksikan seekor lebah besar yang hidup di habitat alaminya.



Untuk memastikan lebah itu benar lebah raksasa Wallace, Bolt harus memeriksa sebuah garis pita putih di perutnya yang menjadi salah satu ciri khasnya. Lantaran lebah itu tak kunjung meninggalkan sarangnya setelah lama ditunggu, Bolt akhirnya memancingnya dengan sepotong rumput hingga keluar dan berjalan masuk ke tabung.

Dari situlah Bolt tahu bahwa itu benar—benar Wallace. Bolt menaruhnya di dalam kotak untuk pengamatan selama beberapa menit sebelum kemudian mengembalikannya ke sarang. Itu momen yang tidak akan pernah dia lupakan.

Temuan Bolt itu dipublikasikan organisasi pelestarian lingkungan Konservasi Margasatwa Global (GWC) pada 22 Februari lalu. Menurut GWC, lebah raksasa Wallace merupakan spesies kedua yang dapat ditemukan dari 25 spesies yang paling dicari dalam program Search for Lost Species.

Setelah penemuan itu, Bolt lebih khawatir akan keberlangsungan hidup lebah raksasa tersebut. Ia bahkan meminta Iswan Maujud merahasiakan lokasi sarang temuan agar tidak diganggu. Apalagi ada perubahan beberapa wilayah kawasan hutan menjadi perkebunan dan maraknya perburuan.

Ukurannya yang empat kali ukuran lebah biasa dengan rahang besar yang unik, habitat yang terbatas, serta sangat jarang ditemukan membuat kolektor berani membelinya dengan harga sangat tinggi. Pada Maret tahun lalu, di situs lelang online eBay, satu spesimen lebah raksasa Wallace terjual US$ 9.000 atau sekitar Rp 127 juta.



Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indra Exploitasia mengakui bahwa lebah raksasa Wallace belum termasuk spesies yang dilindungi. Indra sudah bersurat kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia untuk mengkaji status kelangkaan dan dasar penetapan menjadi dilindungi.

Sebagai upaya perlindungan terhadap satwa tersebut, Indra telah meminta Balai Konservasi Sumber Daya Alam Maluku memantau dan mengawasi pemanfaatan satwa ini. Ada tiga hal yang harus dilakukan, yaitu mengawasi ketat perburuan, mencegah peneliti asing tanpa izin, dan melakukan ekspedisi gabungan untuk mengetahui populasi dan biologi Megachilepluto yang belum lengkap diketahui

Data ilmiah dari ekspedisi dibutuhkan untuk mengajukan usul kepada Konvensi Perdagangan Internasional Tumbuhan dan Satwa Liar Spesies Terancam (CITES) dalam sidang COP18 di Kolombo, Sri Lanka, 23 Mei-3 Juni mendatang. Harus diusulkan agar statusnya masuk ke Appendix I. Spesies yang masuk Appendix I adalah flora dan fauna yang dilarang diperdagangkan secara internasional dalam segala bentuk.

Penelitian tentang lebah di Indonesia, khususnya untuk bidang taksonomi, bisa dibilang tidak ada. Ini dapat dibuktikan dari jumlah spesimen yang dimiliki Indonesia. Dari 1.390 nama spesies dalam marga Megachile yang dikenal di dunia, yang dimiliki Museum Zoologicum Bogoriense hanya 20-25 dan baru 17 spesies yang teridentifikasi. Padahal diperkirakan ada 400-500 jenis Megachile di Indonesia.

Kenyataan ini menjadi pelajaran berharga bagi peneliti dan perguruan tinggi yang mempunyai jurusan biologi untuk mengembangkan lagi ilmu taksonomi guna mengungkap berbagai spesies yang belum diketahui.

Lebah raksasa Wallace dikenal masyarakat Tidore sebagai raja ofu atau raja lebah, banyak jenis ofu (lebah) di hutan Tidore, terutama di daerah Oba. Ada yang kecil hingga besar. Masyarakat Tidore di Halmahera umumnya melihat lebah hutan sebagai hewan yang bermanfaat secara ekonomi sehingga banyak orang menjaga keberadaannya.


Spoiler for Referensi:


0
1.2K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Education
EducationKASKUS Official
22.5KThread13.6KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.